Flashback

11 0 0
                                    

Apry memasuki ruangan miliknya, betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang berada di dalam ruangan itu. Dirinya segera disambut baik dengan Ran, tapi bukannya senang ia justru merasa panas dingin, khawatir dan takut terutama saat melihat Anti berdiri menatap foto miliknya.

Apry tau bahwa Anti telah mengetahuinya, ia juga tahu bahwa hal yang ditakutinya selama ini akan terjadi dimana Anti akan membenci dirinya untuk selamanya. Apry berjalan pelan ke arah Anti, dan memegang pundaknya untuk menjelaskan, tapi sebelum ia melakukannya Anti sudah berbalik badan menghadapnya dengan air mata yang menetes dan foto yang dijatuhkannya.

Apry mencoba menjelaskan pada Anti, namun Anti tidak mau mendengarkannya dan pergi meninggalkan semua orang dalam ruangan itu, sepertinya ia tidak butuh penjelasan apapun, hatinya telah terluka dan kecewa. Sementara Apry ia hanya diam saat sahabatnya dan orang yang dicintainya itu pergi dengan perasaan kecewa.

"Anti...." ucap Apry dengan suara yang getir dan meteskan air mata.

Ia menyandarkan tubuhnya kedinding, mengambil foto pernikahan yang sudah pecah itu, sekilas ia melihat seorang wanita menghampiri dirinya dengan seorang anak kecil yang ia gendong. Perempuan itu mengusap air mata Apry dengan lembut, membuat Apry menatapnya dengan mata yang semakin penuh dengan air mata.

"Anti, dia pergi, dia kecewa sama aku." Apry bicara dengan isak tangisnya seperti anak kecil yang sedang mengadu pada orang tua.

"Apry maaf, tapi semua udah terjadi."  Wanita itu menjawab perkataan Apry.

Apry tidak membalas permintaan maaf itu, ia hanya diam dan masih terus memikirkan Anti, saat itu adalah hari pertama Sari melihat Apry benar-benar hancur dan menangis. Sebenarnya saat hari pernikahan itu tiba ia sudah melihat kesedihan dan rasa takut di mata Apry tapi saat itu Apry masih mampu menyembunyikan tangisnya, bahkan setelah menikah ia menjalani tugasnya sebagai suami yang baik dan menganggap anak Sari seperti anaknya.

Sari menatap kembali pria yang sedang menangis itu, ia merasa telah menghancurkan kebahagiaan pasangan kekasih yang seharusnya bersatu justru berpisah karenanya, tanpa sadar Sari menitikkan air mata karena merasa bersalah, tapi ia juga tidak bisa membohongi perasaannya yang tidak bisa kehilangan Apry.

Tidak ada yang bisa Sari lakukan untuk Apry, seperti apa pun cara Sari membujuk Apry untuk tenang itu tidak akan berhasil, Apry masih terus memikirkan Anti, ia terus memandangi foto Anti yang berada di dalam dompetnya foto yang ia ambil saat mereka masih dalam satu pekerjaan.

Apry mengingat sesuatu saat dimana ia bertemu dengan Anti untuk pertama kali, Apry memang menyukai Anti pada pandangan pertama saat ia melihat Anti. Bukan karena hanya kecantikannya tapi ketenangan di wajah Anti, senyumannya dan sikapnya menunjukkan bahwa ia seorang perempuan yang baik akhlaknya.

Selama Anti berada bersamanya dalam satu ruangan, ia berusaha untuk menjaga sikap agar Anti tidak merasa ilfil dan gerah melihat tingkahnya yang terkadang gila. Ia tidak menyangka bahwa Anti mampu membuatnya percaya bahwa cinta pada pandangan pertama itu benar adanya, dan inilah pertama kalinya ia mencintai seseorang dalam waktu cepat, dan tidak bisa berhenti untuk memikirkannya.

Apry juga mengingat ketika ia tahu bahwa Anti juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Saat itu ia sedang berbicara dengan seseorang, tanpa sengaja ia melirik ke cermin dan terlihat pantulan bayangan Anti yang tengah memperhatikannya, ia pun tersenyum senang karena cintanya terbalas dan mulai menggoda Anti dengan menguji kesabaran Anti.

Terkadang Apry membuang pandangannya saat Anti melihat kearahnya, mengabaikannya, mendiaminya, dan membuatnya cemburu. Hal itu semata-mata dilakukan untuk menguji perasaan Anti, ia ingin tahu seberapa besar Anti menyayanginya.

Tapi sepertinya ia juga keterlaluan dalam menguji Anti, sering kali ia melihat Anti menangis karena dirinya. Walaupun jauh dilubuk hatinya ia tidak bermaksud untuk membuat Anti terluka, dibalik sikap cueknya ia sangat memperhatikan Anti. Bahkan ia juga sering merasa cemburu jika Anti dekat dengan pria lain, tapi ia sadar ia tidak memiliki hak untuk cemburu pada seseorang yang belum menjadi miliknya.

Cintanya pada Anti seperti orang munafik, ia terlihat biasa saja dan cuek pada Anti namun jauh di dalam hati dan saat berdoa nama Anti lah yang selalu ia sebut, nama Anti yang selalu ia minta pada yang maha kuasa. Bahkan karena rasa penasarannya terhadap doa yang selalu Anti panjatkan, ia pun pernah menguping doa milik Anti yang saat itu sedang meminta dengan menangis dalam shalatnya. Sejak hari itu ia yakin bahwa Anti memang sangat mencintainya dan rasanya sudah cukup untuk menguji kesabaran Anti.

Setiap kali ia menyakiti Anti ia tahu bahwa Anti akan berdoa untuk bisa melupakan dirinya, sehingga Apry pun tidak mau kalah, ia pun berdoa agar Anti tidak pernah melupakan dirinya, mungkin itulah alasan kenapa setiap Anti berusaha menjauhi Apry justru mereka semakin dekat.

Begitu banyak perjuangan yang mereka lakukan untuk mempertahankan cinta dalam doa dan juga diam yang mereka miliki ini, hingga akhirnya saat perjuangan itu tinggal satu langkah lagi semuanya justru menjadi akhir yang menyedihkan.

****

Apry sadar dari lamunannya yang memikirkan kisah cintanya dengan Anti, kini ia melirik ke arah foto yang pecah tadi, ia tersenyum namun matanya berkaca-kaca.

Hebat, hanya karenanya gue mengorbankan cinta gue sendiri, entah keberanian apa yang membuat gue mengambil keputusan itu.

Pikirnya dalam dati, pernikahan mereka memang tidak direncanakan dan terjadi begitu saja secara mendadak.

Seorang sahabat lelaki manapun akan berkorban untuk sahabat wanitanya, bahkan jika harus mengorbankan kebahagiaan.

Apry bergumam seraya memandangi foto Sari, ia teringat kesalahan yang Sari lakukan hingga akhirnya ia harus menikahi Sari. Bulan ke dua Apry dan Sari pergi ke kota ini, ia mendapati Sari dalam keadaan yang tidak baik, Sari hamil dengan seorang pria yang telah meninggalkannya sebelum mereka pergi ke kota itu. Sebagai seorang sahabat tentu ia tidak bisa melihat tangisan Sari yang begitu terluka karena harus menanggung malu dan beban itu sendiri.

Terlebih saat bulan ketiga kehamilannya ia mencoba bunuh diri karena merasa putus asa dan gelap mata,  Apry yang mengetahui hal itu tentu segera mencegah dan melakukan segala cara untuk menenangkan Sari. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bertanggung jawab dan menikahi Sari agar Sari tidak menanggung malu tersebut.

Apry mengambil keputusan itu dengan mata yang berkaca-kaca dan hati yang berat, karena ia tahu di kota lain sedang ada wanita yang menunggunya untuk ia nikahi juga, tapi saat ini ia tidak punya pilihan lain, ia tidak mungkin membiarkan Sari bunuh diri di hadapannya.

Sampai pada hari pernikahan mereka tiba Apry masih merasa berat hati, senyumannya saat itu adalah tangis baginya karena hatinya masih sangat mencintai Anti, walaupun ia sudah tidak memberikan kabar apapun pada Anti dan berharap Anti melupakannya, tapi ia yakin Anti akan tetap menunggunya untuk datang. Pikiran Apry kacau setiap hari ia dihantui rasa khawatir, rasa takut dan sedih karena memikirkan reaksi Anti jika tahu akan hal ini. Pernikahan dan keputusan yang ia ambil itu seperti hal buruk yang membuatnya tidak bahagia.

Jodoh Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang