Biar Aku yang Mengalah

11 0 1
                                    

Apry mengantar Ade pulang ke rumahnya. Lalu menghubungi Ran untuk membuat janji temu nanti malam.

"Halo, assalamualaikum?" ucap Apry saat Ran menjawab teleponnya.

"Wa'alaikumsalam, iya kenapa?" tanya Ran menjauh dari Anti.

"Gue udah di lampung, boleh kita ketemu?" kata Apry langsung ke inti.

Ran terdiam sejenak, lalu melirik ke arah Anti yang sedang memperhatikan Ran  dari jauh. "Mau ngomong apa?" tanya Ran.

"Intinya malam gue ke rumah lo. Bisa ketemu, kan?"

"Sekarang aja, bentar lagi gue ke kantor kita ketemu di sana aja." jawab Ran.

Apry mengiyakan permintaan Ran, pembicaraan pun selesai. Namun setelh mematikan telepon Ran terdiam sejenak seperti ada yang mengganjal di pikirannya.

"Siapa yang menelpon?" tanya Anti menghampiri Ran yang melamun itu.

"Karyawan," jawab Ran berbohong.

"Oh, iya udah siang kamu nggak ke kantor? Pergilah mereka pasti nunggu kamu, aku bisa ke toko sendiri, kok." ucap Anti menyuruh Ran segera pergi.

"Kamu benar nggak apa-apa?" tanya Ran meyakinkan.

Anti hanya mengangguk seraya tersenyum, Ran pun dengan inisiatifnya memesankan taksi online untuk mengantar Anti ke toko. Setelah melihat Anti dijemput oleh taksi itu Ran pun segera pergi menuju kantor miliknya.

Sepanjang jalan ia terus melamun, pikirannya kacau. Rasa takut kehilangan, cemburu, semua berada dalam pikirannya. Namun ia menguatkan hatinya untuk menerima semua kenyataan, walaupun pada akhirnya ia dan Anti tidak akan bersama.

Ran berjalan ke ruangannya, sementara Apry sudah dari tadi menunggunya di ruangan itu. Ada perasaan senang dan sedih di hati keduanya saat bertemu. Rasa senang karena dapat berjumpa kembali dengan sahabat lama, dan rasa sedih karena keduanya sama-sama memiliki perasaan pada orang yang sama dan takut kehilangan orang itu.

"Bro, lo udah lama nunggu?" tanya Ran tersenyum seraya memeluk Apry.

"Nggak. Oh, ya gimana kabar lo dan keluarga?" Balas Apry setelah melepas peluk dari Ran.

"Baik alhamdulillah, kalau lo? Gimana keluarga? Sari bagaimana?" jawab Ran seraya mengajak Apry duduk bersama.

"Gue dan Sari akan segera bercerai, jadi gue datang ke sini untuk menebus kesalahan gue sekaligus untuk meluruskan permasalahan gue. " kata Apry.

"Cerai? Kenapa?" tanya Ran bingung.

Apry menjelaskan semuanya pada Ran, ia juga menjelaskan mengenai hubungannya dengan Sari setelah pernikahan itu berlangsung. Sementara Ran mendengarkan dengan serius, namun jauh dalam hatinya ia mulai merasa gelisah karena Apry pastinya akan kembali menemui Anti.

"Sorry waktu itu gue...." ucap Ran terputus.

"Gue tau, wajar lo marah dan kecewa sama gue, tapi tenang gue akan berusaha mengganti kesedihan Anti dengan kebahagiaan, walaupun Anti mungkin nggak bisa menerima kembali cinta gue." Kata Apry yang membuat Ran seketika membisu dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Lo akan bantu gue untuk bisa dekat dengan Anti lagi, kan?" tanya Apry.

Ran tersenyum, dengan berat hati ia menjawab pertanyaan Apry, "pasti, gue akan bantu."

Apry tersenyum lega mendengarnya, sementara perasaan Ran bercampur aduk. Hati kecilnya ingin sekali menolak dan mengatakan pada Apry bahwa ia ingin memiliki Anti, namun logika mengatakan bahwa jika ia melakukan itu sama saja ia menyakiti perasaan sahabatnya. Sehingga ia memutuskan untuk bungkam dan memendamnya sendiri.

"Besok lo ke tokonya aja, dia sudah berhasil buka toko kue sesuai dengan cita-cita dia. Dia juga punya beberapa cabang dan usaha lain, seperti toko kosmetik." Jelas Ran.

"Gue nggak tau alamatnya," jawab Apry bingung.

Mendengar hal itu maka Ran beranjak dari kursinya lalu mengambil kertas dan pena untuk menuliskan alamat toko Anti. Ia memberikannya pada Apry dalam hati ia berpikir untuk menerima apa yang akan terjadi.

Apry menerima alamat itu, menyimpannya dalam dompet. Obrolan mereka tak sampai di situ karena tiba-tiba Apry bertanya pada Ran yang membuat bibir Ran keluh untuk menjawabnya.

"Tapi, lo nggak suka sama Anti, kan?" tanya Apry.

Ran terdiam sejenak, lalu ia menjawab pertanyaan itu. "Iya gue suka, tapi lo pasti akan merebutnya kembali."

Jawaban Ran membuat Apry diam dan menatap serius ke arah Ran, seketika wajah Apry berubah dan merasa tidak enak hati karena telah memiliki niat untuk mendekati Anti kembali.

"Sorry Ran, gue...." ucapan Apry terputus.

"Nggak, gue bercanda." Sambung Ran datar tanpa ekspresi.

"Lo serius, kalau emang lo suka gue akan mundur. Lo boleh sama dia." Tukas Apry.

"Nggak, gue nggak suka, mana mungkin gue bisa gantikan posisi lo di hati dia," jawab Ran dengan nada bicara yang berat.

Apry kembali tersenyum, dan menepuk pundak Ran. Obrolan mereka pun terus berlanjut hingga tanpa sadar waktu sudah menunjuk sore hari. Ran meminta ijin pada Apry untuk menjemput Anti di tokonya, sebelumnya ia menawarkan Apry namun karena merasa belum siap menemui Anti maka ia pun menolak.

Apry membiarkan sahabatnya itu menjemput wanita yang sangat ia cintai walaupun hatinya sangat cemburu dan tidak rela. Saat Ran akan mengambil kunci mobil ia melihat kotak cincin di saku celana Ran, tapi ia tidak sempat menanyakan hal itu karena Ran sudah terburu-buru.

"Bocah itu ternyata mau lamar cewek, tapi siapa, ya?" gumam Apry saat mobil Ran sudah melaju.

Tak lama Apry pun masuk ke dalam mobilnya dan memutuskan untuk pulang, dan menyiapkan diri untuk bertemu Anti esok hari. Sementara Ran perasaannya campur aduk, ia ingin sekali mengatakan pada Anti bahwa Apry akan menemuinnya besok, tapi bibirnya keluh dan tidak bisa mengatakan hal itu karena rasa cemburunya.

Dalam hati ia berharap semoga Apry tidak jadi menemui Anti. Bagaimana pun juga perasaan yang telah lama hilang jika kembali diingatkan maka akan kembali ingat walaupun hanya sedikit. Ran tahu bahwa Anti belum sepenuhnya melupakan Apry walaupun kini hubungan mereka sudah sangat dekat Ran tetap tidak akan bisa mendapatkan cinta yang lebih besar dari cinta Anti pada Apry.

Baginya lebih baik ia mengalah daripada harus memaksakan cinta Anti untuknya dan harus menyakiti sahabatnya. Ran menoleh ke arah Anti yang terlihat lelah bekerja, ia tertidur di mobil Ran, membuat Ran menghentikan mobilnya dan memandangi wajah Anti dengan mata yang menahan tangis. Ia mengambil cincin di sakunya lalu meletakkannya di jari manis Anti, tanpa sepengetahuan Anti lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Saat tiba di depan rumah Anti, ia membangunkannya dengan lembut, tanpa memberitahu bahwa ia telah memasangkan cincin itu. Anti yang terlihat sangat mengantuk itu segera pamit dan turun dari mobil meninggalkan Ran yang masih berada di dalam mobil tepatnya di depan gerbang rumah Anti.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang