from hello

2K 251 47
                                    

"Halo."

Sunwoo yang awalnya tengah bermain dengan ponselnya pun terinterupsi oleh sapaan seorang pemuda disebelahnya. Ia melirik sang pemuda asing itu, merasa aneh juga sedikit takut mengingat mamanya selalu mengatakan untuk mengurangi interaksi dengan orang tak dikenal.

"Gue?" Menunjuk diri sendiri, Sunwoo mengalihkan pandangan pada pemuda itu.

Pemuda bersurai blonde itu mengangguk, mempertahankan senyumannya yang cukup manis. "Boleh duduk?"

Melirik ke sekitar, Sunwoo mengangguk. Lagipula, ini bukanlah tempat miliknya, benar 'kan? Jadi untuk apa ia melarang atau bahkan mengusir pemuda asing itu?

Setelah pemuda asing itu duduk, keheningan langsung mengisi ruang di antara keduanya. Sunwoo kembali sibuk dengan ponselnya, sementara sang pemuda asing malah secara terang-terangan memperhatikannya.

Ingin mengajaknya berbicara pun, Sunwoo sama sekali tidak tahu harus memulainya darimana. Ia terlalu ragu juga gengsi untuk sekedar memulai percakapan, apalagi kepada orang asing yang baru ia temui beberapa menit lalu.

Dan berakhirlah keduanya nyaman dalam keheningan, sampai bus yang Sunwoo tunggu sedaritadi muncul dan berhenti tepat di hadapan keduanya.

-

Pulang sekolah adalah hal yang selalu Sunwoo tunggu dari sekian banyaknya rentetan kejadian di sekolah. Pemuda bermarga Kim itu bergegas keluar kelas, mengabaikan fakta bahwa teman-temannya masih sibuk mencatat materi terakhir.

Persetan, Sunwoo sudah muak harus duduk untuk waktu lebih lama. Bokongnya sudah tidak berasa lagi hingga rasanya sejak pelajaran keempat, ia ingin melompat lewat dari jendela saja.

Memang. Semuak dan sejengah itu seorang Kim Sunwoo akan sekolah.

"Hai!"

Baru juga Sunwoo duduk di halte bus, sosok pemuda blonde itu hadir kembali mengisi tempat disebelahnya. Seragamnya masih sama, kemeja putih yang dibalut jas kuning. Bukan seragam sekolah Sunwoo, tapi ia yakin sekolah pemuda itu tak jauh darisini.

"Boleh duduk disini, lagi?" tanyanya, retoris.

Padahal tidak harus Sunwoo jawab pun tak apa. Toh, ini tempat umum, bukan miliknya. Namun, demi menghargai pemuda itu, ia menganggukkan kepala sebagai balasan. Sebelum akhirnya menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone.

Tanpa membuang waktu, pemuda itu segera mengisi tempat kosong disebelah Sunwoo. Keduanya duduk bersisian, dengan pemikiran juga kesibukan masing-masing hingga samar Sunwoo tanpa sadar bernyanyi kecil.

Pemuda blonde itu terkekeh, menarik atensi Sunwoo untuk sekedar melirik dengan sebelah alis terangkat padanya. "Lo juga suka lagunya Queen?"

"Juga?"

"Gue suka lagu-lagunya dia," ulang pemuda itu seraya mengeluarkan ponsel.

"Ah-gue gak terlalu tahu lagunya, cuman gak sengaja keputar aja barusan terus enak, yaudah gue ulang," jelas Sunwoo, melirik pemuda asing itu tengah berselancar di dunia maya.

Kepala bersurai blonde itu terangguk, seiring dengan suara pelan yang berasal dari lagu yang ia putar di ponsel. Sunwoo mengalihkan pandang, cukup tertarik begitu melihat bagaimana asiknya pemuda itu menikmati alunan musik.

"Lo tertarik sama musik?" tanya Sunwoo, untuk pertama kalinya.

Kepala pemuda itu tertoleh, kemudian mengangguk dengan senyuman yang semakin mengembang. "Gue suka, soalnya kadang cuman musik yang bisa ngertiin keadaan gue," jawabnya dengan guratan senyum sendu, tapi tak berlangsung lama.

Sunwoo diam. Bingung harus merespon apa sampai pemuda blonde itu kembali tersenyum cerah dan mengulurkan tangan padanya. "Gue Eric Sohn, panggil aja Eric. Lo?"

Pandangan pemuda bermarga Kim itu turun untuk memperhatikan jemari mungil Eric, sebelum akhirnya menerima uluran salam perkenalan itu dengan senyum tipis. "Sunwoo, Kim Sunwoo."

"Salam kenal, Sunwoo!" Senyum Eric semakin lebar, menulari Sunwoo yang ikutan memperlebar senyumannya juga.

"Salam kenal juga, Eric."

-

Terhitung satu bulan keduanya sering menghabiskan waktu bersama di halte tersebut. Menunggu bus datang dengan membuka percakapan ringan sebagai pengisi ruang. Dan Sunwoo baru tahu kalau Eric merupakan pindahan dari luar negeri, pantas saja wajahnya sedikit asing.

"Sunwoo, mau?" tawar Eric seraya menyodorkan sekotak bekal masih utuh padanya.

Sunwoo yang saat itu tengah sibuk bersenandung kecil dengan earphone sebagai penyumpal telinganya pun menoleh. "Buat lo aja, itu 'kan bekal lo."

Eric mengedikkan bahunya, dan Sunwoo baru menyadari sisi kanan kening pemuda blonde itu sedikit lebam. "Ric, lo gak apa-apa?" tanyanya seraya mempersempit jarak.

"Nggak apa-apa, emang gue kenapa?" tanya Eric balik seraya memakan bekalnya.

"Kening lo lebam."

Pandangan Eric naik, meski tahu ia tidak akan bisa melihat keadaan keningnya. "Tadi di kamar mandi sekolah gue sempet kepleset, gue kira gak bakal ninggalin bekas," ucapnya seraya mengelus keningnya pelan.

Sunwoo melirik pemuda itu, kemudian beranjak menimbulkan raut penuh tanda tanya dari Eric. "Lo tunggu disini," ujarnya memerintah sebelum akhirnya berlari meninggalkan Eric sendiri di halte bus.

Butuh waktu sekitar lima belas menit bagi Eric untuk menunggu hingga akhirnya sosok Sunwoo kembali dan duduk disebelahnya. Tangan pemuda Kim itu terulur, menunjukkan es batu yang terbalut kain digenggamannya pada Eric.

"Buat apa?" tanya Eric, merasa heran.

Sunwoo mendecak, lantas mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Eric. "Biar gak makin parah atau bengkak," ujarnya seraya menempatkan kain itu tepat menutupi memar dikening Eric.

Pemuda blonde itu meringis kecil kala sensasi dingin langsung terasa, mengingat cuaca saat ini juga tengah berangin membuat Eric tanpa sadar meremat ujung jas Sunwoo. Kelopak matanya terpejam, membiarkan Sunwoo secara diam-diam menatapnya lamat-lamat dari jarak yang cukup dekat dengan bibir berkedut menahan senyum gemas.

Baru setelahnya ia memberi jarak, masih dengan tatapannya terkunci dan terfokus pada wajah teman barunya yang menggemaskan. Ah, Sunwoo baru sadar betapa indahnya ciptaan Tuhan di sebelahnya ini. Kemana saja ia selama nyaris satu bulan lamanya?

"Woo, ini udah?"

Suara Eric membuyarkan lamunan Sunwoo akan paras bak dewa Yunani milik sang teman. Hingga tanpa sadar karena terkejut, ia menekan lebam Eric membuat sang empunya luka memekik tertahan.

"Sunwoo, kenapa ditekan?" rengekan gemas mengalun begitu saja dari bibir mungil Eric.

Sunwoo yang menyadari kesalahannya langsung panik dan tanpa pikir panjang malah mendaratkan kecupan ringan di pelipis pemuda blonde tersebut. Membuat Eric yang tadinya menggerutu juga mengaduh, jadi membeku seketika kala dirasakan desiran aneh tepat di dalam dadanya.

Tatapan keduanya sama-sama bertemu, semakin menciptakan desiran sekaligus gelenyar aneh bagi masing-masing individu. Sunwoo yang merasa jantungnya bekerja dua kali lipat lebih cepat, dan Eric yang merasa geli layaknya ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya.



-

started : 6 Agustus, 2020. [5:20 a.m.]
revisi : 21 Desember, 2020. [10:22 p.m.]

note :
maaf yah, ini aneh banget :( soalnya emang lagi pengen bikin sunric tapi gak panjang, huh ╥_╥

stranger | sunric. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang