in the middle of journey

1.1K 197 6
                                    

Seminggu kemudian, Eric sudah terlihat duduk manis di halte seorang diri. Sunwoo yang kebetulan memiliki jadwal pulang paling terakhir karena harus membersihkan kelas pun menghampiri.

Dilihatnya kemeja putih milik pemuda blonde itu memiliki noda merah di bagian lengannya—Eric sepertinya melepas jas kuningnya, terbukti dari sebuah gumpalan berwarna kuning di atas pahanya— dan rambutnya sedikit mencuat. Keadaan Eric selayaknya seseorang yang baru saja kembali dari medan perang, bagi Sunwoo.

Semakin tipis jarak antara keduanya, Sunwoo dapat dengan jelas melihat sisi kanan pipi Eric lebam. Kepala si manis tertunduk, menyebabkan pandangan keduanya tak dapat terjalin. Buru-buru ia mengambil langkah selebar mungkin, rasa penasaran bercampur khawatir tercetak jelas pada wajahnya.

Eric duduk di halte, hadir lebam seperti waktu itu. Meski sekarang lebih parah daripada sebelumnya.

"Eric." Sunwoo bersuara, tubuhnya menjulang di hadapan Eric yang terduduk di dudukan semen dengan jemarinya sedaritadi meremat jas kuning kebanggaan sekolahnya. "Lo..." Ia menelan salivanya, terasa sedikit mengganjal untuk mengutarakan frasa selanjutnya begitu wajah yang sejak tadi tertunduk kini menengadah. "... mau cerita?"

Pupil mata Eric bergetar, bola matanya bergerak mencari mata Sunwoo supaya dapat ia lihat tatapan mengasihani milik pemuda itu. Namun, alih-alih tatapan mengasihani seperti yang biasa ia dapati, Eric malah menemukan binar penuh kecemasan yang terpancar dari mata bulat Sunwoo.

"... boleh?" Suara Eric mengecil, entah apa yang pemuda itu takutkan tapi melihat keadaannya yang bagi Sunwoo sangat jauh dari kata baik-baik saja, mungkin ada kisah pahit disebaliknya yang melatari semuanya.

"Of course," sahut Sunwoo sambil mengambil tempat di sebelahnya. "Tapi, sebentar. Gue balik ke sekolah dulu," ujarnya dan langsung berlari menuju sekolah setelah ia menaruh tasnya.

Menunggu beberapa menit, Sunwoo akhirnya kembali dengan sebuah kotao berwarna putih di tangannya. Pemuda itu segera mengambil tempat di sebelah Eric, meraih lengan sang sahabat perlahan dan mulai menggulung lengan kemeja putih tersebut.

Diam-diam pemuda Kim itu meringis kala didapatinya luka cukup serius di lengan si manis. "Ini luka lama?" gumam Sunwoo, tangannya bergerak mengobati garis memanjang itu secara lembut sambil sesekali bibirnya meniupnya. "Kalau sakit, tahan."

Seperti ada resleting di mulutnya, Eric bungkam. Matanya senantiasa memperhatikan setiap pergerakan yang Sunwoo lakukan, tanpa sadar seluruh atensinya tersedot penuh pada sosok rupawan di sebelahnya. Berpuluh-puluh menit keduanya habiskan dalam keheningan, tidak ada kecanggungan seperti yang biasanya Sunwoo rasakan saat bersama seseorang namun tak berbicara banyak hal, melainkan kenyamanan serta... kelegaan?

Tidak tahu sebenarnya, Sunwoo sendiri masih meraba-raba perasaan berdesir tersebut. Dan faktanya, rasa aneh itu hanya muncul jika seluruh inderanya mendapati presensi seorang Eric Sohn berada pada radarnya.

"Udah?" Eric mencicit, karena dilihatnya Sunwoo malah membuat tangannya yang memegang kapas terhenti di udara.

Mengerjap, pandangan keduanya sejalur waktu kepala Sunwoo terangkat. "Belum, sih. Cuman gue lagi mikir ini udah bener belum? Gue takut salah langkah," katanya, padahal jelas sekali yang pemuda itu pikirkan jauh dari apa yang baru saja ia ucapkan sebagai alibi.

Eric mengulum bibirnya, sedikit terlihat salah tingkah begitu dirasanya tatapan Sunwoo sudah beralih pada lengannya kembali. Ia buang muka, menghindari kedua pipinya yang merona secara alami.

stranger | sunric. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang