Keesokan harinya Renjun benar-benar bertemu dengan Jeno. Sejak pagi ia merasa gugup luar biasa. Bahkan sejak subuh Renjun tidak tidur demi memilih pakaian mana yang akan dia pakai untuk bertemu Jeno. Akhirnya, pria itu memutuskan mengenakan kaos putih polos yang sedikit kebesaran di badannya dengan celana jeans.
Kedua tangannya saling bertaut saat menunggu Jeno dengan gugup. Hingga sepuluh menit terakhir, Renjun dapat melihat Jeno berjalan ke arahnya kemudian dudu di hadapan Renjun sembari menampilkan senyum di wajahnya.
"Sudah lama? Maaf ya tadi ada sedikit gangguan." ucap Jeno
"Gak papa kok, aku juga baru datang." jawab Renjun dengan menampilkan senyumnya.
Keduanya memesan makanan dan sembari menunggu, mereka berbincang ringan hingga makanan keduanya datang.
"Oh iya Renjun, akhir pekan nanti kamu ada acara gak? Mau ikut? Aku dan teman-temanku akan melakukan busking di salah satu pusat perbelanjaan. Kalau kamu gak meberatan dan memang tidak ada acara, ayo ikut kami." tawar Jeno
"Mau! Boleh! Aku akan ikut, nanti kirim aja alamatnya dimana" jawab Renjun antusias yang tanpa sadar membuat Jeno ikut menarik kedua sudut bibirnya.
Mereka sibuk mengunyah makanan masing-masing sampai seorang gadis berambut panjang dengan lesung di kedua pipinya tiba-tiba menghampiri mereka– lebih tepatnya menghampiri Jeno, kemudian memeluk leher pria itu dan mengecup pipinya. Renjun jelas terkejut dengan kejadian di hadapannya, namun sebisa mungkin ia merasa tidak terjadi apa-apa. Ia hanya bisa menunduk dan fokus mengunyah makanannya.
"Jeno! Kamu kok gak balas pesan aku sih? Kamu kemana aja?" ucap gadis itu sembari mem-pout-kan pipinya.
"Ponsel aku habis batre, dan aku lagi ketemuan sama temen baru aku" setelah Jeno mengatakan hal tersebut, gadis itu baru menoleh dan menatap Renjun dengan tidak suka seolah ia sudah mencuri mainan kesayangannya.
Renjun tersenyum simpul sebagai sapaan meski tidak mendapat balasan. Setelah hampir lima menit gadis itu tetap disana dan mengacaukan makan siang Renjun bersama Jeno, akhirnya dia pergi.
"Maaf, ya. Aku sama Heejin udah putus dari lama tapi dia masih kayak gitu ke aku. Selain karena kita memang temen dari kecil dan orangtua kita dekat, gadis itu memang sedikit memiliki kepercayaan diri di atas rata-rata makanya suka seenaknya. Aku mau terang-terangan marah ke dia juga gak bisa" jelas Jeno merasa tidak enak dengan Renjun
"Gak papa kok. Kamu emang populer banget ya Jen" jawab Renjun sembari tersenyum miris.
"Iya, tapi gak ada yang berhasil nyuri perhatian aku kayak kamu." ucap Jeno
"Eh? Maksud kamu?" Renjun bertanya dengan heran.
"Aku tertarik sama kamu, Renjun. Aku gak pernah seperti ini senelumnya. Mungkin terlalu cepet buat kamu, tapi aku beneran pengen deket sama kamu. Boleh, kan?"
Renjun hanya mampu membelalakkan mata kaget mendengar kalimat yang Jeno ucapkan.
"H-hah?!" pria itu masih membelalakkan matanya lucu membuat Jeno gemas.
"Aku ingin dekat dengan kamu, Manis. Boleh, kan?" dan penjelasan Jeno tersebut berhasil membuat pipi Renjun memerah karena malu.
Pria itu menunduk sembari menangkup kedua pipinya dengan jantung yang tidak beraturan.
Apakah sekarang saatnya?
Apakah dia diberi kesempatan untuk dicintai Lee Jeno?
.
Renjun tersenyum saat Jeno mengantarnya pulang sampai di depan apartmennya. Pria itu mengusak pelan puncak kepala Renjun sembari tersenyum.
"Jangan lupa hari minggu nonton aku, ya?" ucap Jeno yang dibalas dengan anggukkan dan senyum malu-malu dari Renjun.
Ia turun dari mobil Jeno kemudian melambai kecil pada pria itu sampai kendaraan tersebut tidak lagi kelihatan. Renjun naik menuju unit miliknya dan Jaemin dengan senyum yang tidak pudar dari wajahnya. Ia tidak tahu kalau sejak seharian ini Jaemin khawatir bahkan kesal karena Renjun pergi dengan Jeno.
"Pulang sama siapa? Kenapa gak hubungin aku?" todong Jaemin begitu Renjun masuk, membuat pria itu gelagapan karena terkejut.
"Nana! Bikin kaget aja sih!" protes Renjun kemudian ikut melempar pantatnya disamping pria tersebut.
"Aku dianterin Jeno pulang. Nana tahu gak? Jeno bilang, dia mau lebih deket sama aku!! Akhirnya impian aku selama bertahun-tahun buat bisa deket sama dia bakalan terwujud!" cerita Renjun dengan heboh, sementara Jaemin mengerutkan keningnya.
"Maksud kamu?"
"Jadi, Jeno bilang dia tertarik sama aku dan dia mau ngedeketin aku Nana!" cerita Renjun masih dengan kehebohannya. Ia tidak sadar dengan perubahan raut wajah Jaemin yang sudah keruh.
"Jauhi dia" tegas Jaemin
"Maksud kamu?" Renjun mengubah ekspresinya, menunjukkan ketidaksukaannya dengan ucapan Jaemin barusan.
"Renjun, kita semua tahu gimana Jeno di kampus. Aku gak mau kamu cuma dijadiin korban dia yang berikutnya." jelas Jaemin
"Jaemin, kita kan hanya melihat Jeno dari luar, siapa yang tahu dia orang yang bagaimana?" Renjun masih membela diri.
"Itu kamu tahu jawabannya Renjun. Kita gak tahu gimana Lee Jeno dan kamu masih mau terjebak sama dia."
Renjun menatap Jaemin dengan kening berkerut sebelum bangkit dan meninggalkan pria itu.
"Aku capek, mau tidur" dan setelah itu hanya suara pintu kamar Renjun yang tertutup.
Jaemin yang melihat itu hanya menghela napas. Ia cemburu dan tidak suka Renjun dekat dengan Jeno terlebih semua orang tahu bagaimana pria itu memperlakukan pasangannya hanya sebagai pelampiasan atau ajang bersenang-senang. Membayangkannya saja membuat Jaemin kesal, terlebih dengan kenyataan kalau Renjun begitu menggilai pria itu sejak lama.
Jaemin membiarkan Renjun mengurung diri di kamar sampai jam makan malam tiba. Pria itu mengetuk pintu kamar Renjun.
"Renjun makan dulu nanti kamu sakit" ucap Jaemin yang tidak mendapat respon dari Renjun.
"Aku minta maaf, aku cuma khawatir sama kamu." lanjut pria itu dan menit berikitnya pintu kamar Renjun nampak terbuka menampilkan wajah Renjun.
"Maaf" ucap Jaemin
"Renjun juga minta maaf karena udah bersikap gak baik sama Nana padahal Nana cuma khawatir" jawab Renjun dengan bibir melengkung ke bawah.
Jaemin memeluk Renjun yang langsung dibalas pelukan erat oleh Renjun. Jaemin tersenyum kemudian melepaskan pelukannya dengan sedikit tidak rela.
"Makan, yuk." ajak Jaemin yang langsung dibalas anggukkan oleh Renjun.
Keduanya menuju meja makan kemudian menghabiskan makan malam mereka sambil bercengkerama.
Tidak apa, mungkin kali ini Jaemin hanya harus melihat Renjun dan tetap di sisinya sebagai sahabat. Mungkin suatu saat nanti akan ada masa Renjun menatapnya dengan binar penuh cinta. Meskipun sekarang Jaemin harus puas hanya dengan menjadi sahabat, tidak apa. Jaemin akan menunggu dengan sabar. Mungkin suatu hari nanti Renjun akan melihat ke arahnya.
Mungkin.
Meski Jaemin sendiri tidak yakin dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
FanfictionLee Jeno terjebak dengan pesona Huang Renjun hanya dalam lima detik : Terlalu hebat dan luar biasa untuk digambarkan dengan kata-kata