Happy reading
"Nin, panggilin bunda sama ayah kamu sana kok nggak keluar-keluar ada urusan apa sih? Ini udah 2 jam loh apa nggak laper mereka, sekarang makanan buat mereka jadi dingin kan."perintah Soraya pada Anin,
jika ia tau anaknya sedang berusaha membuat cucu untuknya sudah pasti Soraya tidak akan meminta Anin untuk menganggil mereka."Iya Oma,"ujar Anin lalu bangkit dari duduknya dan berjalan kearah kamar ayah dan bundanya.
"Mah, kamu nggak curiga apah kalau mereka lagi bikinin kita cucu, nanti ganggu lagi Anin,"ujar Sandi pada istrinya saat melihat cucunya sudah sedikit jauh dari mereka.
"Ohh iya pah, mamah kok nggak kepikiran sampai situ ya pah, tapi ini udah 2 jam lebih pah masa iya belum selesai kasian Alena dong pah kalau nurutin Bagas yang bisa sampai berjam jam, lagian mereka belum sarapan pah. Biarin aja deh diganggu sama Anin hehehe,"ujar Soraya sembari terkekeh, suaminya hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan istrinya.
*
*Anin yang sudah didepan kamar Alena dan Bagas, dia berhenti berjalan dan berhenti di depan pintu tidak mengetuknya dahulu, karena Anin merasa ada yang janggal ia mendengar suara yang aneh.
"Ahhhhhh maasshh pelann pelanhh."
Seperti itu suara yang Anin dengar ia menempelkan telinganya di pintu untuk menguping."Awhhh maasshh lebihhh cephhhatt mash."Anin Anin bergidik mendengar suara bundanya yang semakin keras.
"Bunda lagi apa sih sama ayah tadi bilang pelan-pelan sekarang bilang lebih cepat, mana suara bunda kayagitu lagi,"gumam Anin yang merasa bingung, ia masih setia menguping di depan pintu tapi sudah tidak terdengar lagi suaranya, Anin yang merasa ingin tahu lantas mengetuk pintunya.
Tok..tok...
Bunyi ketukan pintu terdengar oleh sepasang manusia yang baru saja meraih kenikmatan duniawi.
"Mas tuh ada yang ketuk pintu lihat sana aku lemes banget,"ujar Alena lirih karena ia sudah amat lemas, ia benar-benar ingin menghajar suaminya, bilangnya hanya satu ronde tapi malah melakukannya sampai berkali-kali hingga baru berhenti sekarang ini aja sudah ronde ketiga dan bodohnya lagi jika Bagas memintanya lagi dia tetap menurutinya.
"Mas udah itu lihat siapa yang ketok pintunya,"ujar Alena sekali lagi kepada Bagas yang belum juga beranjak dari atas tubuhnya malahan sekarang sedang menciumi leher dan tangannya kembali memainkan gundukan kesukaannya.
"Udah lah yang biarin aja, nanti juga diem kalau nggak dibuka-buka, yang satu kali lagi yah?"pinta Bagas sambil mulutnya menghisap dada Alena. Alena yang mendengar Bagas meminta satu kali lagi entah kenapa jadi ingin menangis rasanya, kenapa tenaga suaminya tidak ada habisnya bahkan ia sudah sangat lemas ia juga mengatuk dan lapar tapi Bagas malah meminta lagi dan lagi.
"Mas udah dong hiks aku capek hiks.. hiks."Alena menangis akhirnya ia sudah tidak tahan dengan ulah suaminya yang terus saja memintanya.
"Iya yang sudah yah jangan nangis lagi, maafin mas ya,"ujar Bagas merasa bersalah membuat istrinya menangis dengan mengecupi wajah istrinya berkali-kali. Ia mengusap air mata yang turun dipipi istrinya. Alena mengangguk.
"Ya udah mas lihat dulu ya siapa yang ngetuk pintunya."Bagas turun dari tubuh Alena dan menggunakan bokser dan celananya saja yang berada di lantai tidak menggunakan atasannya. Alena mengangguk ia yang sangat lemas tidak sanggup memakai pakaiannya, jadi memilih menutupi tubuhnya dengan selimut saja.
Bagas berjalan ke arah pintu kamarnya dan membukanya.
"Loh nin ada apa?"tanya Bagas pada Anin.
"Itu yah aku disuruh oma panggil bunda sama ayah, disuruh makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...