Sejuk aprilnya dua ribu empat belas mengudara kala semi menyuara oleh bayu perantara tindakan semesta merajut jarak ribuan kilometer kedua hati yang sejatinya kehilangan peka akan rasa.
Buih lautan biru seakan sebagai alarm, akan satu kilas balik yang masih segar dalam ingatan. Ah, iya, bersuanya mereka diatas kapal pesiar dengan kepungan lokawigna yang gotong-royong meruntuhkan jagat keduanya.
"Tuan, maaf, boleh minta tolong?" Sosok taruna tadinya menyumbat rungu dengan nada-nada mendapati taruni dalam pandangannya.
"Ya?" Rupanya alunan melodi terlampau merdu hingga membiaskan suara, menggoda untuk dilepaskan.
"Maaf, kamera saya sepertinya ada dibawah tempat tuan duduk mengingat tadinya saya singgah disitu."
Begitulah ulah semesta yang mempertemukan keduanya dalam keadaan yang tak begitu tampak rumit. Namun lagi-lagi, hal-hal pelik selalu timbul dari ketidakpastian yang tersembunyi.
Tajuknya dalam buaian warsa dua ribu sembilan, Karimunjawa jadi tujuan, dengan alunan pasang lautan tergoda menyaksikan. Tepat lima tahun kebelakang, tertanam dalam fungsi ingatan tanpa lekang.
Penuh cinta,
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Kelabu
Teen Fiction❝Ceritera sedikit kata atas kasih yang awalnya tak berhingga ˳⸙ Lentera dan Binar ᵕ̈