Gue gak pernah menyangka bahwa cinta bisa sejatuh ini. Gak pernah sama sekali. Gue pikir cukup untuk jatuh cinta sekali lalu mati bersama cinta pertama.
Namun, semenjak gue mengenalnya. Semenjak gue tahu bahwa hidup ini gak cukup untuk jatuh dalam sekali. Semenjak gue mengerti kalau butuh bangkit berkali-kali demi hati yang telah patah.
Gue cukup tahu diri untuk mengerti bahwasanya cinta gue yang sekarang ini memanglah sejauh ini.
Namanya Rigel Fleece.
Cinta pertama gue yang membuat gue sejatuh dan setahu diri ini. Cinta pertama yang membuat gue merasa sama. Cinta pertama yang juga membuat gue merasa cukup dengan memandangnya dari jarak sejauh ini.
Hari ini dia terlihat begitu bersinar ditimpa cahaya lampu panggung. Wajahnya yang tampan, lesung pipi nya yang manis, serta senyum nya yang tak pernah luntur itu cukup membuat gue jantung gue berdegup dengan kuat.
"Terima kasih sudah hadir malam ini. Selanjutnya saya akan membawakan lagu pertama yang membawa saya hingga seperti sekarang ini."
Ini dia. Lagu yang menjadikan awal segalanya bagi gue. Lagu yang menjadikan bahwa gue gak sendirian untuk berjuang mati-matian dari yang namanya sedih. Lagu yang menjadikan gue menjadi satu dari sekian juta fansnya saat ini.
"Monodrama."
Saat bibirnya yang mengucap judul lagu itu, entah kenapa justru membuat senyum gue mengembang. Gue merasa dibawa kembali dalam kisah lama, lalu dibantu untuk berdiri dan berjalan beriringan bersamanya.
Sebelah kiri kanan lalu depan belakang gue terlanjur larut dalam melodi indah yang dihantarkan Rigel dalam sebuah petikan gitarnya. Bahkan, beberapa diantara mereka sudah terlanjur menghirup suara yang mirip dengan suara bebek.
Srrrrt..... srekk.....
Kurang lebih kaya gitu suaranya. Sedangkan gue, hanya bisa tersenyum sambil terus mengayunkan lighstick mengikuti ritme yang ada.
Dalam hati gue hanya bisa mengucapkan banyak sekali terima kasih karena telah membuat gue tidak merasa sendiri di dunia ini. Pula Tuhan, yang ternyata masih berbaik hati dengan gue sebagai hamba-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auzora
General FictionMimpi. Gue pernah bertanya-tanya apakah hal yang ingin gue capai juga termasuk mimpi? Bahkan sekalipun itu sulit, bisakah gue menyebutnya itu mimpi? Ataupun akan hal kecil yang sedekat itu gue gapai juga bisa disebut dengan mimpi? Satu hal, sederhan...