Rasa

3 0 0
                                    

1 jam kemudian

Bagas tiba dengan pakaian ganti bella.
Bella segera memeluk bagas senang lalu masuk kekamar mandi di ruangan jacob. Ia mandi dan berpakaian disana dengan rambut yang masih basah ia keluar dari kamar mandi.

Bagas mendekat dan mengeringkan rambut bella yang basah dengan handuk. Maxim menaha marah karna tak ingin bella semakin membencinya.

Setelah rambutnya kering, bagas menata rambut bella. Sungguh maxim hanya bisa mengepalkan kedua tangannya. Semua bayangan masa kecil mereka dimana maxim selalu membantu bella menghias rambutnya, ia bahkan membeli buku dab menoton video hanya agar bisa menata rambut bellanya dengan indah. Namun karna kesalahannya malam itu, jangankan menyentuh rambutnya melihatnya tersenyum saja sudah menjadi hal yang sangat sulit.

Jacob melirik maxim, sebagai orang yang tahu jelas apa yang terjadi diantara sahabat dan bocah gempal yang kini menjadi bidadari di hadapan mereka sekaligus cinta pertamanya yang takkan pernah bisa ia gapai bagai fatamorgana.

Ya jacob mencintainya. Mencintai Bella sejak pertama kali melihat senyum bella yang tulus padanya. Namun karna ia sangat menyayangi maxim sahabatnya yang menyebalkan itu jacob memutuskan memendam rasanya, bahkan tak ada seorangpun yang tahu soal itu. Bahkan maxim pun tak pernah mengetahuinya.

Cantik...ucap bagas setelah selesai menata rambut bella.
Bella tersenyum dan segera mengecup pipi bagas saat bagas menunjuk pipinya untuk dicium dan segera bella cium dengan senangnya lalu tersenyum begitu manis pada bagas, tanpa tahu ada maxim yang dibakar cemburu, dan jacob yang memilih membuang pandangannya karna tak mau rasa cemburunya terbaca. Namun sayang bagas sudah terlebih dulu mengetahuinya.

Kita pulang...tanya bagas.

Mm...sahut bella sambil tersenyum.

Lalu bagas mengambil tas berisi pakaian kotor bella dan merangkul bahu bella posesif. Ya bagas sengaja. Dan dia berhasil membuat 2 pemuda di hadapannya menahan murka.

Bella dan bagas melewati mereka begitu saja. Maxim dan Jacob terdiam. Tiba2 langkah bella terhenti. Ia berbalik mendekat ke arah jacob. Jacob terbelalak.

Apa...ada apa? Apa ada yang ketinggalan? Ujarnya panik, ritme jantungnya tak teratur. Bagas berbalik menahan tawa.

Bella dengan cuek merapihkan dasi yang dipakai jacob. Ya sejak menjadi CEO dari WO dan seorang model membuat bella tak suka melihat fashion yang berantakan dan jelek.

Jacob menahan nafasnya. Gugup, sudah pasti. Ayolah yang merapihkan dasinya itu bella, bukan sekedar cewek, tapi cinta pertamanya, belum lagi di sebelah kirinya ada sahabat super dingin yang sedang menatapnya tajam. Berkali-kali membuatnya menelan nafas kasar.
Setelah merasa sudah rapih bella tersenyum lalu menatap jacob tepat dikedua matanya dan tersenyum manis lagi. Sungguh kaki jacob melemah. Ia terpaku. Ia tak pernah mengharapkan atau bahkan dengan lancang bermimpi bella akan memberikan tatapan hangat dan senyum manis itu untuknya, ya untuknya bukan maxim.

Terima kasih sudah mengizinkan aku menginap, maaf gara2 aku kakak jadi tidur disofa... Ucap bella.

Terima kasih kak jacob...ucap bella lalu pamit setelah memberikan jacob lolipop.

Jacob masih terbelalak dan tak bergeming kenapa ia bisa tahu. Padahal ku sudah membohongi maxim dengan berkata tidur di apartement.

Yah bella tahu saat tadi sarapan diruang kerja jacob. Bella melihat selimut disofa. Dari situ ia sudah bisa menerka. Untuk apa selimut disofa jika ia bisa tidur dikamar istirahatnya. Belum lagi sejak tadi pagi jacob terus memijat lehernya. Itu sebabnya saat sarapan tadi bella berusaha lebih memperhatikan jacob.

Ya bella memang lebih dekat dengan maxim sejak kecil, namun selalu ada jacob disana. Jacob yang selalu menggoda dan menjahilinya namun selalu menjaganya bahkan saat sama2 menempuh pendidikan di luar negeri bersama maxim, tak pernah ada satu hari pun jacob tak mengabarinya entah itu dari telpon,wa, email, surat ataupun video call. Bahkan saat maxim melupakannya jacob tak pernah melupakannya dan selalu menyemangatinya dan memberi kabar yang baik2 saja tentang maxim walau pada akhirnya bella terluka karna kenyataan. Namun ia tak marah dengan jacob. Pasti sulit untuk jacob berbohong padanya. Biar playboy tapi jacob tak jago berbohong terutama pada bella. Itu sebabnya bella tak pernah membenci jacob barang seditik pun.

Dia Yang Kucinta, Dia Yang KusakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang