Look How Red The Maple Leaves Are

13.7K 1K 271
                                    

Penulis: markno-vevo

Tema: Days In 4 Seasons (Musim Gugur)

***

Mark tidak tahu mana yang lebih indah: dedaunan maple merah yang gugur dengan gemulai hingga menutupi taman atau wajah Jeno yang tampak bahagia ketika memandanginya.

***

Semua orang tahu jika Lee Jeno, si tampan dan populer dari arsitektur di Universitas British Columbia menyukai dirinya: Mark Lee, mahasiswa jurusan musik yang super biasa-biasa saja.

Jika Mark diperintah untuk menjabarkan tentang betapa ganjilnya hal itu, maka belasan esai panjang pun dapat ia selesaikan. Puluhan lagu buatannya pun tak akan mampu menjelaskan anehnya hal tersebut. Atau mungkin coba datangi kumpulan mahasiswa kampus yang sedang asyik duduk di taman kampus, tanyakan pada mereka siapakah Mark Lee itu, maka jawaban yang akan keluar adalah oh, dia pemuda yang disukai oleh Jeno kan. Hebat sekali, ia lebih dikenal sebagai seorang mahasiswa yang disukai Jeno daripada seorang mahasiswa yang berhasil ikut serta dalam menulis lirik lagu keluaran terbaru NCT 127 berjudul 'Mad Dog'.

Lagipula, siapa juga yang akan tahu tentang pencapaian cukup besarnya itu. Bagaimanapun juga gosip panas pasti menyebar lebih cepat bukan?

Hal aneh nan mengejutkan tersebut bermula saat musim gugur yang santai dan cukup dingin. Ia dan Lucas tengah menyantap makan siang di kantin fakultas teknik. Berkat iming-iming akan ditraktir oleh temannya itu, Mark pun setuju untuk menemaninya mengintai Jungwoo, calon kekasih Lucas yang menurut temannya beberapa hari ini sedang dekat dengan pemuda lain. Namun, bukannya menemukan Jungwoo bersama pemuda lain, Mark justru mendapati dirinya diberi pengakuan cinta, lengkap dengan balon dan cokelat batangan, dari orang asing.

"Mark Lee, aku menyukaimu!" serunya di tengah-tengah kantin kampus.

"Uhuk! Uhuk!" Lucas tersedak setelah menyemburkan jus apelnya ke majalah Playboy yang sedang dibacanya, memekik kaget karena halaman majalah yang dibeli diam-diam olehnya itu berakhir basah. Sementara, sang penerima justru duduk dengan wajah tercengang. "A—apa?"

"Ayo, jadi pacarku. Ambil balon ini jika kau menerimaku. Ambil cokelat ini jika kau menolakku."

Sebentar, Mark masih bingung. Otaknya mendadak bekerja begitu lambat. Jadi, pemuda di hadapannya ini benar-benar menyatakan perasaan kepadanya? Dirinya? Seorang Mark Lee? Izinkan dirinya berbangga hati terlebih dahulu.

"Cepat jawab, Bodoh." Lucas menyikut perutnya, sembari sibuk mengipasi majalahnya dengan tangan yang bebas.

Mark tersentak kecil. "Oh, iya."

Dengan pelan, tangan Mark bergerak menuju tangan kiri sang pemuda. Raut ragu tercetak jelas di wajahnya, memberi satu lirikan pada pemuda itu yang masih tersenyum.

"Maaf," ucap Mark lalu mengambil cokelat tersebut dengan mantap.

Balon di tangan kanan pemuda itu kini terlepas, mulai menari-nari di langit-langit kantin. Kedua matanya bergetar, menatap Mark dengan sorot sedih yang begitu kentara.

"Kau... menolakku?" tanyanya dengan suara tercekat, seperti hampir menangis. "Ba—bagaimana bisa?"

Mark mengangguk keras, begitu yakin dengan keputusannya. "Iya, aku menolakmu. Maaf, tapi aku sama sekali tidak mengenalmu apalagi menyukaimu."

Ucapan darinya justru dibalas dengan wajah menahan tangis dan isakan pelan. Mark mengerjap panik, terlebih ketika empat orang pemuda tiba-tiba menghampiri mereka dengan terburu-buru.

MARKNO FIC FEST 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang