Penulis: raspberrybombz
Tema: Days of 4 Seasons (Musim Dingin)
Genre: songfic, romance, lowkey fluff
***
"I've been spending the last eight months thinking all love ever does is break, and burn, and end
But on Wednesday, in a cafe,
I watched it begin again."
***
"Aku tahu bulan-bulan terakhir ini terasa sulit bagimu, tapi kau harus bangkit."
"Teman kecilmu datang jauh-jauh dari Kanada, Jeno. Apa kau benar-benar tidak ingin menemuinya?"
"Aku bukannya ingin memaksamu, tapi ini sudah waktunya kau bangkit dari kesedihanmu dan mulai berinteraksi dengan orang lagi."
"Paling tidak tinggalkan apartment-mu selama beberapa saat dan lupakan sejenak tentang si bajingan itu."
Ucapan Jaemin terus terngiang di kepala Jeno. Imbauan baginya untuk menemui Mark Lee, teman sepermainannya yang pindah ke Kanada dan sudah tak bersua dengannya selama belasan tahun. Jeno biasanya bukan tipe yang perlu dipaksa-paksa hanya untuk sekadar memenuhi janji; dia memang sosok yang malas keluar dari rumah, tapi dia tidak pernah menolak jika diajak untuk bertemu karena merasa tidak enak. Yah, pengecualian untuk saat ini.
Delapan bulan terakhir benar-benar berat untuknya.
Jeno menghela napas, ia alihkan pandangannya dari langit-langit kamarnya ke jam dinding di sebelah kiri ranjangnya. Pukul setengah dua siang, yang berarti satu jam lagi menuju waktu yang ia sepakati bersama Mark.
Helaan napas sekali lagi terdengar. Jeno bangkit dari ranjangnya, menyeret kaki jenjangnya menuju lemari kayu berukuran sedang kemilikannya. Pada akhir musim gugur, Korea terasa sangat dingin, maka dari itu Jeno memilih memakai sehelai jeans putih sederhana yang dipadukan dengan kemeja putih polos, kemudian dilapisi dengan sweater rajut berwarna salem.
Jeno menyempatkan diri untuk mematut bayangannya di kaca pada pintu lemarinya. Alisnya sedikit berkerut, seolah sedang memberi penilaian terhadap selera berpakaiannya.
"Pemilihan warna yang buruk. Kenapa semua pakaianmu berwarna cerah dan pastel? Kau pikir kau tampak bagus dengan ini? Wajah dan tubuhmu terlalu maskulin untuk ini semua. Warna hitam lebih pantas di tubuhmu."
Jeno menghela napas. Tanpa disadari, otaknya kembali memutar hal itu lagi. Komentar-komentar menyakitkan yang dilontarkan mantan kekasihnya kepadanya, semuanya tidak mau lenyap dari memorinya.
Jeno berbalik, sedikit menggelengkan kepalanya dengan maksud membuyarkan semua memori penuh luka yang tengah terputar itu. Dengan gerakan cepat, ia meraih kunci mobilnya serta sehelai mantel hangat warna abu-abu cerah yang tergantung rapi di stand hanger di dekat pintunya.
Tidak butuh waktu lama bagi Jeno untuk tiba di basement bangunan apartemennya, lalu masuk ke dalam Bugatti putih kesayangannya. Segera ia jalankan mobil itu membelah jalanan kota Seoul, sementara jemarinya bergerak mengotak-atik tombol di radio, mencari lagu yang sesuai dengan seleranya untuk menemaninya selama berkendara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARKNO FIC FEST 2020
FanfictionBook ini terdiri atas sejumlah karya fanfiction dari para author yang telah berpartisipasi dalam event yang diselenggarakan oleh Markno Zone bernama, "MARKNO FIC FEST #1" yang berlangsung dari tanggal 7 Agustus sampai dengan 13 Agustus 2020. Seluruh...