🍋9💡

31 4 0
                                    

"Maafkan aku Eve, aku sama sekali tidak tau kalau mereka membuat aturan seperti itu." Camryn terus mengguncangkan tubuh tengkurapku

"Astaga berhentilah membuat badanku semakin pegal Cam, aku sudah memaafkanmu." Aku berseru jengkel. Sejak tadi Camryn tak henti-hentinya mengucapkan kalimat itu. Belum lagi aku terus-menerus di kejarnya saat di Kampus.

Sedangkan yang di jengkeli hanya memasang wajah tak berdosa.

"Astaga, kau penggemar Why Don't We? Apa mereka menyebutnya? Limelights?" Camryn berseru-seru. Aku hanya menatapnya bodoh. Mengiranya kesurupan. Aku memang tak pernah bercerita soal itu pada Camryn.

Camryn menatap bingkai foto the boys yang ku letakkan di nakas. Juga foto mereka bersamaku saat tour itu.
Sekarang aku mengerti kenapa Camryn tiba-tiba berseru seperti itu.

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Kau seharusnya beruntung ku ajak ke sana, meski harus di usir tapi kau satu-satunya penggemar yang dapat menginjakkan kaki langsung di rumah mereka." Camryn berceloteh tanpa titik koma.

"Dan kau juga di antar Zach pulang? Astaga ini gila!"

Kenapa sekarang Camryn yang menjadi heboh seperti ini? Akhirnya aku menceritakan bagaimana aku mengenal Zach sejak kecil.

"Benarkah?" Camryn menatapku terkejut. Aku hanya mengangkat bahu.

"Dan aku baru tau kau berteman dengan Kay, aku melihat kalian di sekitar Kampus kemarin. Apa Kay berkuliah di sana?"

Camryn menggeleng. "Kay mengambil kuliah online, dia hanya menemuiku."

Aku mengangguk-angguk.

"Omong-omong, kau di lane siapa?" Tanya Camryn.

"Daniel." Aku tersenyum sambil membayangkan Daniel yang sedang beraksi di atas panggung.

"Aku menyukainya." Perkataan Camryn membuatku berhenti tersenyum. Apa yang dia katakan?

"Aku tau, ada banyak yang menyukai Daniel, dan aku tak berhak melarangmu untuk itu, lagipula kau mungkin lebih berpeluang mendapatkannya karena kau mengenal mereka." Aku berkata kecewa.

"Tidak terlalu kenal, aku memang beberapa kali ke rumah mereka dan beberapa kali mengobrol dengan Daniel tapi itu tidak bisa di simpulkan aku akan dengan mudah mendapatkannya Eve."

Kali ini aku diam. Ada benarnya juga. Dan itu artinya tidak ada yang menghalangiku memuji-muji Daniel.

***

Hari-hariku berjalan biasa saja. Yang membuatnya menyebalkan mungkin karena Tugas setiap hari yang terus menghantuiku. Mom tak pernah menghubungi apalagi menanyakan kabarku. Aku tak perlu mengharapkan hal seperti itu dari Mom. Mom yang dingin akan tetap seperti itu. Ryan menelponku beberapa hari yang lalu. Dia gagal di terima di Universitas Texas dan sekarang dia malah menjadi asisten Ayahnya mengurus perusahaan properti besar itu. Bagiku itu sebuah kehormatan menjadi asisten seorang pengusaha terkenal. Tapi Ryan malah menggerutu setiap saat karena perintah Ayahnya.

Aku dan Camryn sering menghabiskan waktu bersama. Tentu saja, karena dia teman sekamarku.

Aku sedang berada di kamar sendiri. Camryn masih mengurus beberapa tugasnya di luar. Suara ketukan pintu membuatku terpaksa bangkit dari kursi dan menutup laptopku.

Aku membelalakkan mata melihat siapa yang datang.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Aku gugup hendak menutup pintu tapi menahannya. Zach.

"Kau bilang aku boleh menemuimu." Zach menyeringai tanpa dosa.

"Tapi kau bisa menunggu di bawah saja, bukan ke sini." Aku bingung bercampur kesal karenanya.

Catch Me Back (Zach Herron) •Why don't we•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang