Karya: Dini
atlantisHappy Reading
-----------------------------------------------------------------------Malam itu, pukul 20.00 WIB. Aku duduk di bangku taman dekat Rumahku. Sesekali aku menghapus air mata yang jatuh di pipiku.
Tiba-tiba, seseorang memegang pundakku dari belakang.
Seketika aku merinding, tapi aku berusaha positive thinking meskipun rasanya ingin kabur dari tempat itu sekarang juga.
"Nggak usah merinding gitu juga kali. Aku manusia, bukan hantu," katanya sambil terkekeh.
Suara ini tidak asing. Aku perlahan membalikkan badanku.
"Re ... Reyhan? Kok kamu bisa ada disini sih?" tanyaku dengan nada kaget.
"Hmm aku ngapain ya kesini," ucapnya dengan wajah yang sedang berpikir.
Aku tambah kesal aja liat muka sok mikirnya Reyhan.
"Tinggal jawab aja susah banget sih," kataku sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Ya sudah, aku jawab. Aku kesini buat nyariin kamu. Sekarang aku yang nanya, kenapa kamu bisa ada disini?"
"A ... aku cuman nyari angin kok," ucapku gugup.
"Angin kok dicariin, angin kan ada dimana-mana ngapain mesti di cariin. Mending cari pacar sana," ucap Reyhan dengan senyum yang ditahan.
"Ish, ngomong sama kamu nggak guna, bikin badmood aja," kataku sebal.
"Kamu kesini pasti ada masalah kan, Reyna?"
"Nggak."
"Yaelah jujur aja lah, Na. Kita itu dari kecil sampai besar selalu sama-sama. Curhat aja lah aku mau kok dengerin curhatan kamu," ucap Reyhan meyakinkan.
"Hmm besok aja curhatnya, ya. Aku mau pulang. Disini dingin banget. Kamu gak kasian sama aku," kataku memelas.
"Ya sudah, deh. Aku antar ya? Tetapi, jangan lupa besok harus ceritain masalah kamu ke aku."
"Iya bawel amat sih."
Karena jarak rumah dan taman dekat, mereka hanya berjalan kaki pulang.
Setelah sampai, aku bergegas masuk rumah tanpa sepatah kata yang kuucapkan kepada Reyhan. Reyhan hanya geleng-geleng kepala dan pulang ke Rumahnya yang berdekatan dengan Rumahku.
Setelah melewati ruang tamu yang sunyi. Aku bergegas masuk ke kamar.
"Untung ortu aku lagi gak ada di Rumah."
"Hoam", uapku.
"Mending aku mandi dan langsung tidur," ucapku sambil mengambil handuk.
Setelah mandi, aku merebahkan diri di kasur bersiap untuk tidur.
"Kok aku gak bisa tidur ya," gumamku.
Aku mencoba memejamkan mata. Tetapi, hasilnya nihil. Aku kembali mengingat kejadian sore tadi yang membuatku pergi ke taman. Di mana aku dihina dan dimaki di depan banyak orang oleh sahabatku sendiri yang memilih pacarnya dibanding diriku.
Flashback on
Sore ini, aku sangat senang karena aku akan bertemu dengan sahabat lamaku di kafe yang telah dijanjikan. Aku datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Aku berniat menunggu di dalam kafe, lalu memilih duduk di sudut kafe setelah memesan cappucino di barista.
Karna bosan menunggu aku memilih membaca novel yang aku bawa dari Rumah.
Tak lama kemudian, aku dihampiri oleh seorang laki-laki yang hampir seumuran denganku.
"Hai, sendiri ya boleh aku temenin?" katanya ramah dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"Hai, boleh duduk aja," ucapku.
"Kenalin nama aku Fendy. Nama kamu siapa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.
"Nama aku Reyna," jawabku sambil menyambut tangannya.
"Wah namamu cantik secantik orangnya," ucapnya sambil duduk di kursi yang ada di depanku.
"Kamu bisa aja ngegombalnya" ucapku malu.
"Ciee malu, jujur aku nyaman sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?" katanya dengan senyum manis khasnya.
Aku diam, aku tidak tau harus berkata apa. Aku bimbang takut nolak dan takut nerima pasalnya aku baru tau ini cowok. Setelah sibuk berpikir akhirnya Aku mengambil keputusan.
"A ... aku ngg ...."
Brak
"Oh jadi gini ya kelakuan lo, Na. Lo ingin ngerebut pacar gue haa!" kata seorang gadis dengan wajah memerah.
"Loh Rin maksud kamu apa?" kataku bingung.
"Nggak usah pura-pura, deh, Na. Gue udah tau kebusukan lo. Fendy itu pacar gue dan lo mau ngerebut dia dari gue. Gue gak akan biarin itu terjadi. Mulai sekarang persahabatan kita putus. Gue gak mau lagi temenan sama wanita busuk kayak lo," kata Ririn murka.
"Rin, ini nggak seperti yang kamu liat. Aku bisa jelasin tolong jangan putusin persahabatan kita ya, Rin. Dengerin aku, dia itu nggak baik buat kamu, dia itu playboy," kataku lirih.
"Apa lagi yang harus dijelasin Na semuanya udah jelas dan aku lebih percaya sama pacar aku dibanding kamu. Dan aku gak suka kamu jelek-jelekin pacar aku di depan aku sendiri," kata Ririn berlalu pergi.
Aku melihat Fandy pergi dengan seringaian senang. Aku mengedarkan pandangan kini semua orang tengah memandangku jijik. Aku tidak tahan dan berlari keluar kafe setelah membayar pesananku. Aku tak menyangka sahabatku berubah.
Flashback off
Aku tersadar dari lamunanku, aku cepat-cepat menghapus air mata yang mengalir dipipiku. Aku masih tak percaya dengan apa yang aku dengar dari sahabatku tapi aku yakin masih ada yang menyayangiku termasuk keluarga dan sepupuku. Besok aku akan menceritakan semua masalahku kepada sepupuku itu semoga itu mampu meringankan beban yang aku punya.
---o0o---
Jangan lupa vote dan komennya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Historia: Broken
Short StoryTentang mereka, manusia-manusia kuat yang masih bisa tersenyum walaupun hati nya sangat rapuh dan di rendahkan oleh orang-orang sekitar. ------------------------ Story by: Member GBM