Human and The Cat

22 3 0
                                    

Di sore hari yang tenang seperti biasa Allendis sedang bersantai di taman sambil meminum kopi yang baru ia beli dari vending machine. Sambil meminum kopi yang ia minum ia juga membaca novel yang berjudul "The ABC Murders" oleh Agatha Christie. Ia sangat berkonsentrasi membaca. namun, tiba tiba konsentrasi nya terpecahkan oleh seekor kucing yang sedang mengejar-ngejar ekornya.  Iapun  menoleh ke arah kucing itu.

"Kucing? Sedang apa kucing itu mengejar ngejar ekornya sendiri?" Bingung Allen. "Tapi, kucing itu terlihat lucu dan imut." Allen terus memperhatikan kucing itu.

Kucing itu pun menyadari Allen yang terus memperhatikannya. Kucing itu pun medekat ke arah Allen. Saat kucing itu tiba di depan Allen, tiba-tiba....

"Apa?" tanya kucing itu sembari berubah wujud menjadi sosok wanita bertelinga dan berekor kucing. Allen yang melihatnya sangat terkejut. 

"Ah, tidak apa-apa kok." sahut Allen. Allen ingin sekali mengelus kepala wanita kucing itu dan itu sangat tdak sopan. Siapa juga yang tidak mau mengelusnya? Dia terlihat sangat lucu dan imut.

Allen pun melanjutkan minum kopinya. Namun, kopinya sudah habis. Ia pun memuli merokok. Kucing itu pun berdiri dan membuang rokok Allen lalu duduk di samping Allen.

"Kamu tidak lihat tanda itu? Dilarang merokok. DI-LA-RANG ME-RO-KOK! Lagi pula merokok tidak baik untuk kesehatan." kata kucing itu.

"Begitu ya. Maafkan aku ya kucing manis?" Allen menyadari kalau mereka belum berkenalan. "Maaf nama kamu apa ya? kan aneh aku menyebut mu kucing manis." Allen bertanya degan senyuman yang ramah.

"Ah, iya nama ku Mei. Kalau kamu manusia?" jawab Mei nama kucing itu. "Allendis, panggil aja Allen. Salam kenal ya." Allen dan Mei pun saling bersalaman.

"Mei, aku pergi beli kopi dulu ya." ujar Allen. "Baiklah." sahut Mei.

Sambil menunggu Allen, Mei bermain main dengan ekornya lagi. Saat Allen kembali ia kembali melihat keimutan itu lagi. Allen berjalan ke arah Mei sambil meminum kopi nya.

"Maaf menunggu lama ya." Allen kembali duduk ke kursi taman itu. Saat Allen meminum kopinya, Mei terus memperhatikannya seperti menginginkannya. "Mau coba kopinya?" tanya Allen.

"Ah, kalau kopi harusnya bisa saja, asal tak terlalu pahit." jawab Mei.

"Anda kuat meminum double shot?" tanya Allen sambil mengulurkan sekaleng kopi.

"Apa itu double shot? Nama kopi?" tanya Mei. Mei pun meminumya tanpa mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari Allen.

"Uwaaaaa! Pahit sekali!!" teriak Mei kepahitan. 

Allen pu merogoh kantong celananya berharap terdapat sebuah permen.

"Ah ada, ini makan permen ini." ujar Allen sembari memberikan permen itu ke Mei.

Mei pun memakan permen itu. Tapi, rasa pahit kopi double shot itu maih terasa sedkit di mulutnya.

"Allen, terima kasih. Kamu tidak terlihat seperti orang yang suka makanan manis tapi kamu menyimpan permen. Untuk apa?" tanya tanya Mei.

"Ah,  permen itu bonus dari pembelian kopi itu. Kamu sepertinya suka makanan yang manis ya." Allen tersenyum melihat tingkah manis Mei itu.

"Iya! saya sangat menyukai makanan manis. Tapi tidak terlalu manis." jawab Mei sambil tersenyum.

"Begitu, lalu sedang apa kamu di taman sambil mengejarngejar ekor mu tadi?" Allen terkekeh.

"Itu... Ah... Karna saya tidak tau harus kemana lagi dan melakukan apa jadi saya datang ke tama ini-" Mei terdiam sejenak. "Ekor? Ekor ini menganggu." lanjut Mei.

"Kenapa ekormu bisa mengganggu mu? Ekornya bergerak sendiri?" tanya Allen. "(Mei dia terlihat sangan menggemaskan)" Allen Membatin.

Mei mengangguk pelan 

"Iya. Ekor ini terus bergerak dengan sendirinya. Lalu, saya terus mengejarnya berharap dia mau berhenti." jawab Mei.

Allen tertawa kecil saat mendengar jawabn dari Mei. Sedangkan Mei mendekat ke arah Allen.

"Lalu, apa Allen mengetahui mengapa ekor ku terus bergerak?" tanya Mei.

"Saya memang buka kucing.  Tapi, saya pikir setiap kucing bisa mengontrol ekornya sendiri. Ternyata tidak?" ujar Allen. 

"I-iya juga Allen bukan kucing. Lalu, saya bisa saja mengontrolnya. Tapi terasa aneh jika dia bergerak." Jawab Mei

Tangan Allen terlihat ingin meraih ekor milik Mei.

"Me-mei, ini agak kurang sopan. Apakah saya boleh menyentuh ekor mu?" tanya Allen penasaran.

"Me-menyentuhnya...? Boleh saja...." Jawab Mei.

Allen pun mengelus elus ekornya Mei.

"Uwaa... lembut sekali." ujar Allen.

Tangan Allen bergerak ke arah pangkal dan mengelusnya lagi.

"Ah, maaf saya lancang. Habisnya lembut sekali." kata Allen sambil tertawa kecil.

Ekornya di elus Allen, tubuhnya bergetar karena geli dan juga kaget saat Allen bergerak ke arah pangkal. Muka nya memerah . Allen yang melihat Mei terlalu mengemaskan melihat Mei. Ia mulai membelai pipinya Mei.

"Nama mu Mei kan? Nama mu sangat bagus. Apakah kamu lahir di bulan Mei? Sehingga nama mu Mei?" tanya Allen dengan suara lembut.

Muka Mei semakin memerah karena Allen.

"I-iya namaku Mei. dan kamu Allendis. Na-nama mu juga bagus kok. A-aku tidak tau mengapa nama ku Mei." Jawab Mei tergagap gagap.

"Begitu ya. Baiklah." ujar Allen sambil mengusap usap kepala Mei. "Kamu sedang senggang kan? Setelah ini mau kemana? Saya bosan di sini dan tidak tau harus kemana dan tidak begitu tahu daerah sini." Tanya Allen.

Mei terlihat sangat menikmati usapan kepala Allen

"Hmmm.... entahlah Saya sendiri juga tak tau mau kemana. Allen sendri pengin kemana?" tanya balik Mei.


*(Hmmmm.... kira kira mereka kemana ya? nantikan di chapter selanjutnya ya.)

*Jangan lupa di rating, share, dan comment ya teman teman.






Love in The ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang