Cerita Tentang Kita (1)

14 4 0
                                    

Namaku Risky. Di dalam cerita ini, aku ingin menceritakan kisah nyataku, kisah cintaku yang lebih pantas disebut dengan ‘cinta monyet’.

Begitu banyak hari-hari yang kulewati bersama dia. Dia yang sudah membuatku jatuh hati kepadanya. Namun aku hanya akan menceritakan kejadian yang kuingat dan sekiranya pantas untuk kuceritakan, karena aku tidak bisa mengingat semuanya. Bahkan sejak kapan aku mulai menyukainya pun aku tidak ingat.

Saat itu aku masih duduk di bangku kelas 3 SD. Gadis asing itu berjalan mengekor di belakang guru memasuki kelasku. Namanya Dita. Dia murid baru pada saat itu.

Aku tidak begitu banyak mengingat kejadian saat pertama kali aku melihatnya. Yang aku ingat hanyalah ketika di hari pertama dia masuk ke kelasku, aku dan kedua temanku menertawakannya diam-diam karena tas punggungnya terlihat hampir lebih besar daripada tubuhnya.

Dita memang tergolong gadis pendek saat itu. Makanya teman-temanku, Direy dan Nizar, selalu mengusilinya.

Waktu berlalu tanpa ada kisah menarik di antara kami. Setidaknya sampai kami beranjak ke kelas 5 dan ikut tergabung dalam ekskul Pramuka. Aku tidak tahu sejak kapan pertama kali aku menyukainya. Tapi yang kuingat, aku sudah menyukai Dita sebelum kami ikut camping dalam kegiatan Pramuka tanggal 13 Agustus 2014 yang lalu.

Tidak banyak yang bisa aku ingat, momen seperti apa saja yang sudah aku lewati bersama dia saat itu. Kebanyakan kisahku terekam dalam memori ingatanku setelah kami duduk di bangku kelas 6 SD.

Seperti kataku, kisah cintaku ini hanya ‘cinta monyet’ yang aku sendiri pun tak habis pikir, kenapa aku bisa sampai merasakan hal seperti ini! Ada-ada saja.

Dan... Aku akan mengawali kisahku di sini.

Seperti biasa, kelasku bukanlah kelas yang jauh dari kata sepi. Hampir setiap hari kelas ini selalu ramai.

Anak-anak kelas VI sedang bermain di dalam kelas. Sedangkan Pak Herlan, wali kelas, kelas VI, sedang memeriksa buku catatan matematika anak-anak muridnya.

“Nah, bagikan!” ujar Pak Herlan menepuk tumpukan buku matematika yang baru saja selesai ia periksa sambil mengusap matanya yang terlihat sudah lelah.

Dita melangkahkan kaki ke depan meja guru dengan maksud ingin mengambil tumpukan buku yang ada di atas meja kemudian membagikannya. Secara bersamaan, Direy teman sebangkuku, berlari ke depan meja guru untuk mengambil buku matematika itu. Dan secara tidak sengaja, tangan Direy menyentuh tangan gadis itu sampai hampir semua anak murid kelas VI menyoraki keduanya.

“Cieee...”

Adeuyyy...”

“Kiw, kiw...”

Anak-anak kelas VI bersorak riuh pada keduanya.

Setelah buku matematika itu dibagikan, Pak Herlan berkata, “Istirahat!” Sambil memijit pangkal hidungnya. Sepertinya beliau sangat kelelahan.

Aku pun dengan cepat berlari ke belakang sekolah. Kemudian menangis entah kenapa di sana.

Ya, aku menangis. Katakanlah aku lebay. Tapi memang begitulah yang terjadi. Aku menceritakan yang sesungguhnya. Kasam se.


Aku melihat Direy datang menghampiriku dengan menenteng sepatu di tangannya. Sepertinya dia langsung mengikutiku ke sini saat aku berlari tadi. Dengan cepat aku menghapus air mataku agar Direy tidak bertanya kenapa atau ada apa. Setelah itu, aku bersikap seperti biasanya. Jajan, bicara, bercanda dengan teman-temanku.

***

Beberapa hari kemudian...

Saat itu Dita sedang pacaran dengan teman satu sekolah kami yang bernama Zeni, yang mana sebenarnya Zeni itu adalah adik kelas kami. Ia hanya satu tingkat di bawah kami.

Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang