Setelah mendengar sebagian cerita dari dayang Tao tentang hidup putri Jian Ying, sungguh mengharukan memang. Seorang putri yang sama sekali tidak bersalah harus diasingkan dan hampir tidak di anggap sebagai bagian dari kerajaan.
Menurut cerita dari dayang Tao, dulu raja Baoyun sangat mencintai permaisuri Lien Hua yang mana adalah ibunda dari putri Jian Ying itu. Dari rasa sayangnya itu yang membuat raja Baoyun pilih kasih terhadap semua istri-istrinya. Sampai akhirnya permaisuri Yi Hua, istri pertama raja Baoyun, cemburu dengan perlakuan sang raja dan berusaha menghasut semua istri dan selir raja untuk membuat permaisuri Lien Hua di benci oleh raja.
"Oh jadi itu alasan kenapa sekarang putri Jian Ying berada di sini?" Tanya Zhao Jun.
"Iya tuan putri. Tapi selain itu, ada hal lain yang membuat tuan putri berada di sini." Kata Tao.
"Hal lain apa itu?" Tanya Zhao Jun kembali.
"Sebenarnya, 5 tahun lalu, saat usia tuan putri masih 14 tahun. Tuan putri berusaha mengakhiri hidup tuan putri dengan menyayat pergelangan tangan tuan putri dengan sebuah pecahan kaca." Jelas Tao sambil gemetaran.
"Aku bunuh diri? Kenapa bisa begitu?" Zhao Jun semakin penasaran tentang hidup putri yang sedang ia perankan ini.
"Maaf jika saya lancang mengatakan ini, tabib kerajaan mengatakan bahwa fungsi kinerja otak tuan putri yang sangat lemah, bahkan tuan putri akan mudah melupakan hal-hal yang mudah di ingat oleh manusia normal, seperti nama sendiri. Kala itu, tuan putri merasa sangat depresi dan ingin mengakhiri hidup." Kali ini Tao benar-benar sudah berkeringat dingin menceritakan kejadian itu.
("Oh, jadi putri Jian Ying ini mempunyai kinerja otak yang lemah. It's oke, selagi aku yang berada di tubuhnya saat ini, akan ku buat mereka semua menganga melihat perubahan putri Jian Ying yang tak lain adalah diriku sendiri. Jadi sekarang aku akan benar-benar menjadi Putri Jian Ying, panggil aku Jian Ying.") Batin Zhao Jun yang tak lain adalah putri Jian Ying.
"Emm, tapi kenapa sampai saat ini aku masih hidup, Tao?" Tanya Jian Ying.
"Ya, beruntung saat itu pangeran Jia Zhen dengan cepat menggagalkan usaha tuan putri untuk bunuh diri. Saya sangat bersyukur, berkat pangeran Jia Zhen, saya masih bisa berada di dekat tuan putri." Kata Tao.
"Jadi, selain kamu, tidak ada lagi dayang yang di perintahkan untuk menjagaku, ya?" Tanya Jian Ying.
"Hanya saya sendiri, tuan putri." Jawab Tao.
"Baiklah, aku sudah paham dengan situasinya." Kata Jian Ying sambil memakan suapan terakhir dari sarapannya.
"Sudah berapa lama aku tidak keluar dari paviliun ini?" Tanya Jian Ying.
"Semenjak kejadian itu, tuan putri belum pernah keluar lagi." Jawab Tao.
"Berarti sudah 5 tahun aku tidak merasakan kebebasan. Kalau begitu, temani aku untuk berjalan-jalan ke taman." Pinta Jian Ying.
"J-jalan-jalan ke taman?" Tanya Tao memastikan.
"Apakah ada yang salah dengan itu?" Jian Ying balik bertanya.
"T-tidak ada tuan putri, mari saya temani." Kata Tao mempersilahkan tuannya berjalan duluan.
("Ada apa dengan tuan putri? Tidak biasanya tuan putri bersikap seperti ini. Bahkan tuan putri akan memilih mengurung diri di paviliun dari pada keluar. Ada yang berubah dari tuan putri, semoga saja ini tidak lagi membahayakan nyawa tuan putri.") Batin Tao cemas.
Putri Jian Ying merasa ada yang aneh dengan paviliunnya. Kenapa di luar sangat sepi, tidak seperti suasana kerajaan yang ia bayangkan.
"Ah, Tao, dimana para pengawal dan dayang yang biasanya sering berjalan di sekitar sini?" Tanya Jian Ying memastikan.
"Mohon ampun tuan putri, dari tuan putri masih kecil pun tidak ada pengawal ataupun dayang yang di tempatkan di paviliun ini." Jawab Tao.
"Lalu kemana mereka semua?" Tanya Jian Ying sambil terus berjalan dengan anggunnya.
"Mereka semua berada di istana, tuan putri." Jawab Tao.
"Jadi, ayahku pun tidak ada niatan untuk memberi beberapa pengawal untuk menjagaku?" Tanya Jian Ying mulai geram dengan peraturan kerajaan ini.
"Dulu raja Baoyun pernah memberi penjagaan ketat untuk tuan putri, tapi tak lama setelah itu, permaisuri pertama Yi Hua, memerintahkan untuk tidak lagi memberi pengawal disini dengan alasan tuan putri tidak akan kabur walau tidak dijaga pun." Jelas Tao.
"Sudah dikucilkan sampai hampir tidak di anggap bagian dari kerajaan di tempat yang jauh pula dari istana, tidak diberi penjagaan juga? Ini sudah kelewatan, aku tidak bisa diam saja. Tao, antar aku menghadap ayahanda." Kata Jian Ying.
"T-tapi tuan putri..." Kata Tao ragu.
"Kenapa? Apa kamu takut aku kenapa-napa?" Tanya Jian Ying lagi.
"Bukan seperti itu tuan putri, tapi raja sangat..." Kata Tao terpotong.
"Sangat membenciku, maksudmu?" Jian Ying memotong ucapan Tao, dan Tao hanya mengangguk takut.
"Hey, Tao. Lihatlah aku, apakah aku masih terlihat selemah dulu? Apa kau tidak yakin kalau aku bisa mengatasi ini? Aku bukanlah Jian Ying yang akan diam lagi kalau ada yang bersikap tidak adil padaku. Mulai sekarang, percayalah kalau aku bisa menjaga diriku sendiri." Jian Ying meyakinkan Tao.
"B-baik tuan putri, mari saya antar." Akhirnya Tao menurut.
Dalam perjalanan menuju istana inti, Jian Ying dan Tao sudah berpapasan dengan beberapa pengawal dan dayang yang selalu menunjukkan wajah terkejutnya saat melihat Jian Ying. Para pengawal dan dayang tidak ada satupun dari mereka yang memberi hormat pada Jian Ying. Sampai akhirnya dia bertemu dengan putra mahkota—Jia Zhen dan beberapa pengawal dibelakangnya.
"Jian Ying, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Jia Zhen dingin tapi wajahnya masih menunjukan keterkejutannya.
"Ini pangeran Jia Zhen yang saya ceritakan, yang sempat menyelamatkan nyawa tuan putri." Bisik Tao di telinga Jian Ying.
"Apa yang aku lakukan? Apakah itu perlu aku jawab?" Jian Ying balik bertanya dengan nada tenang.
Jia Zhen benar-benar tidak percaya dengan situasi ini, Jian Ying yang ia kenal bukan seperti sosok di depannya ini.
"Maaf pangeran, Jia Zhen, aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol denganmu, aku permisi dulu." Kata Jian Ying sambil berjalan melewati Jia Zhen.
("Apa ini, dia ingat siapa aku? bahkan dia seberani itu padaku? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?") Batin Jia Zhen bingung.
Putri Jian Ying kembali melanjutkan perjalanannya menuju kediaman ayahandanya. Tapi, hal serupa kembali terulang, kali ini Jian Ying bertemu dengan Putri Mei Yin (putri dari permaisuri ketiga—Li Wei) dan Xin Qian (putri dari selir pertama—Qi Xuan).
"Wah apa ini, benarkah itu kau, putri Jian Ying?" Tanya Mei Yin dengan wajah angkuh bercampur terkejut saat melihat Jian Ying.
"Ada apa denganmu, sampai kau berada di istana ini?" Kali ini Xin Qian yang bertanya.
Jian Ying sangat muak melihat dua gadis di depannya ini, sebelum Tao memberi tau siapa mereka pun, Jian Ying sudah bisa menebak mereka berdua itu siapa.
"Kalian berdua benar-benar tidak sopan, ya." Kata Jian Ying sambil menunjukkan senyum smirknya.
"Kalian beruntung, kali ini aku memaafkan perlakuan kalian padaku. Tapi, jika kalian berlaku tidak sopan lagi, aku juga tidak bisa menahan diriku untuk tidak menghukum kalian." Kata Jian Ying dengan sedikit penekanan.
"Jadi, ingat baik-baik, berlakulah sopan kepadaku untuk kedepannya, wahai adik-adikku." Jian Ying menepuk pipi kedua putri itu dan berlalu pergi.
"Hah, apa-apaan ini, bagaimana bisa dia berlaku seperti itu padaku?" Gumam Mei Yin sambil memegang pipinya yang tadi sempat di tepuk oleh Jian Ying.
"Kakak, aku tidak bermimpi, kan?" Tanya Xin Qian pada Mei Yin.
.
.
.
.
.
.
.
Legend of exile princess
Ttd : author imut🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Legend of exile princess [HIATUS]
FantasyZhao Jun adalah seorang mahasiswi pintar di kampusnya. Walau begitu, setelah kepergian orang tuanya, Zhao Jun harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, hasil dari kerja part time nya yang minim hampir tidak mencukupi hidupnya, apalagi t...