Bab 1. Kehilangan

32 12 27
                                    

"Kehilangan yang paling mendalam adalah kehilangan keluarga tercinta"
-Rifki Armanda-

Bau obat-obatan sangat menyengat saat masuk dalam indra penciuman Rifki, badannya terasa kaku untuk digerakkan, saat membuka mata dia melihat ruangan serba putih dengan banyak alat di dekatnya, tangan, kaki dan kepalanya diperban. Entah siapa yang membawanya ke ruangan ini.

Asik dengan lamunan tentang apa saja yang sudah terjadi, terdengar suara pintu yang dibuka oleh seseorang pria baru baya, dengan senyum mengembang di wajahnya dan menenteng sebuah kantong plastik entah apa isinya.

"Halo nak, kau sudah bangun?" tanya pria paruh baya itu

Rifki hanya mengangguk sebagai jawaban dan pria paruh baya itu hanya tersenyum dan mengangguk. Tampak pria itu mengamati gerak gerik Rifki.

"Kamu pasti bingung ya kenapa kamu ada di sini?" tebah pria itu tepat sasaran

"Semalam kamu mengalami kecelakaan bersama kedua orang tuamu, benar?" tanya pria itu dan Rifki hanya mengangguk membenarkan pertanyaan itu

"Saya Zafran Rayhan, orang yang membawamu dan keluargamu ke rumah sakit ini" ucap Zafran memperkenalkan diri dan hanya dianggukan lagi oleh Rifki karena merasa canggung

"Kamu namanya siapa?" tanya Zafran mencairkan suasana

"Rifki Armanda," jawab Rifki dingin

Zafran tersenyum melihat kelakuan Rifki yang bisa dibilang cuek dan dingin pada orang yang ditemuinya, entah mengapa dia menyukai anak yang ditolongnya ini, Zafran adalah pria yang memiliki impian untuk mendapatkan anak laki-laki, tapi kenyataannya dia tidak bisa karena kecelakaan yang dialami istrinya sampai merenggut nyawa istri tercintanya, dia dan istrinya di karuniai seorang anak perempuan yang cantik dan ceria, mungil dan pintar persis seperti ibunya.

"Rifki," panggil Zafran

Rifki tidak menjawab dia hanya menoleh dengan mimik wajah bertanya kenapa?

"Kamu mau nggak jadi anak angkat saya?" tanya Zafran To the point

"Orang tua saya bagaimana?" tanya Rifki dengan muka kagetnya

Seketika wajah Zafran pucat, dia sampai lupa dengan keberadaan orang tua Rifki dan dia juga lupa memberitahukan kepada Rifki kalau orang tuanya sudah tiada. Zafran bener-benar melupakan itu, lalu bagaimana cara menjelaskan pada Rifki yang masih berumur sangat muda yang belum tahu apapun.

"Hmm, Rifki kamu yang sabar ya..... hmm orangtua kamu sudah tidak ada saat di tempat kejadian," jawab Zafran menundukan kepala, entah kenapa dia merasa bersalah karena tidak memberitahukan kepada Rifki.

Rifki diam seribu bahasa, kaget? Tentu saja dia kaget dengan berita ini. Kedua orang tuanya telah pergi mendahuluinya, semua impian yang dibangun bersama keluarganya seketika musnah ditelan waktu. Sedih? Jangan ditanya, siapa yang tidak sedih ditinggal oleh orang tua? Kecewa? Tentu, hanya dengan kurang dari 1 menit semuanya hilang.

Terlalu banyak impiannya yang hilang, apalagi impian terbesarnya adalah membawa orang tuanya pergi ke Makkah, dan impian-impian kecilnya, sungguh Rifki hancur sekarang. Kepingan-kepingan memori pun mulai terputar di otaknya.

"Bunda tau nggak?" tanya Rifki sambil berlari kearah bundanya

"Nggak tau, sayang," jawab bundanya terkekeh

"Ihhh, Iki sebel tau sama ayah," aduan Rifki dengan suara sebelnya

"Emang ayah kenapa?" tanya bunda sambil mengelus kepala Rifki

"Masa Iki minta permen nggak dikasih, trus ayah malah makan permen," sebel Rifki

Bundanya hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya yang sangat lucu ini jika sedang ngambek.

"Trus apa kata ayah?" tanya bunda penasaran

"Ayah bilang kalau mau permen harus kerja dulu," jawab Rifki

"Bener kata ayah, kalau Rifki ingin sesuatu harus kerja keras dulu biar dapat uang trus beli permen deh," jawab bundanya dengan senyum mengembang

"Kalau gitu Iki mau kerja, jadi orang sukses supaya bisa bawa bunda dan ayah ke Rumah Allah di Makkah," jawab Rifki antusias.

Lalu bagaimana sekarang? Dengan siapa dia hidup sekarang? Apakah dengan Om Zafran yang baru saja dia kenal? Atau pergi ke rumah lamanya hidup sendirian? Apa yang bisa dia lakukan dengan umur yang masih 5 tahun ini? Kenapa tuhan mengampil semua impiannya? Kenapa Tuhan memberikan ujian seperti ini padanya? Selama ini dia selalu menuruti keinginan kedua orang tuanya, dia tidak pernah melawan, lalu kenapa Tuhan mengambilnya dari Rifki?

Sungguh banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala kecil Rifki, tapi siapa yang akan menjawab semua itu, dia bahkan tidak memiliki jawaban itu. Ingin marah pun dia tidak bisa, kalaupun bisa pada siapa dia akan melampiasannya? Dia hanya seorang anak kecil yang ditinggal orang tuanya.

"Rifki....." panggil Zafran membuyarkan lamunan Rifki

Rifki hanya menoleh tanpa mau menjawab, entahlah sifatnya seketika berubah menjadi cuek, dingin dan tidak pedulian.

"Mau liat orangtuamu??" tanya Zafran lagi

Lagi-lagi tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Rifki, hanya gerakan kepala saja yang dia tunjukan sebagai jawaban. Perlahan Zafran mendekat membawa kursi roda lalu membantu Rifki untuk duduk di kursi roda dan membawanya menuju ruang mayat yang ditempati oleh orang tuanya.

Selama di perjalanan Rifki terus saja diam dan melamun, Zafran pun ikut diam dan larut dalam pikirannya, entah apa yang akan dia lakukan untuk Rifki.

Sekarang mereka sudah berada di depan ruang mayat, Zafran perlahan membuka pintu ruang mayat dan mendorong kursi roda Rifki, di depan mereka ada dua mayat yang sudah ditutupi kain kafan, perlahan Zafran mendekatkan Rifki ke arah mayat agar Rifki bisa melihat dengan jelas wajah kedua orang tuanya.

Bagaimana kondisi Rifki sekarang? Down, tentu saja melihat wajah kedua orang tuanya yang terbaring kaku dengan wajah pucat di atas ranjang mayat, siapa yang tidak down? Jika berada di posisi Rifki?

"Rif...." panggil Zafran setelah sekian lama diam, karena merasa aneh dengan Rifki yang hanya diam pula menatap mayat, tidak ada tangisan, tidak ada gerakan apapun yang dilakukan Rifki.

"Rif..." panggil Zafran lagi karena tidak ada jawaban yang diberikan Rifki

"Om, Rifki sekarang harus apa?" tanya Rifki dengan suara lemahnya, suaranya tersirat banyak luka dengan mata yang siap menjatuhkan air mata.

"Kamu harus ikhlas Rif, om yakin kamu anak yang kuat, anak yang hebat" semangat Zafran

"Om beneran mau angkat aku jadi anak?" tanya Rifki ragu

********

Okay gannn akhirnya bisa Up lagi gaaan.
Nih maaf ya untuk part" awal aku masih pendek
nanti pas pertengahan sampai akhir baru panjang
biar pada gantung gtu

okay jangan lupa tinggalkan jejak
VOTE dan KOMEN YA..... Follow juga akun Author

Love For a Dreamer [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang