BIMAKARSA [ONE SHOOT]

28 6 11
                                    

-Happy Reading-

“Huft!” sambil menyela keringat, gadis itu terus mengayuh sepedanya. Entah sudah berapa lama ia berkutat dengan jalanan dikota Jakarta yang panas kala itu.

Ia adalah Karsa Jihana Lubis, gadis manis dari SMA Cendikia Alam. Anak yang baik tetapi terlalu baik, ia suka kesederhanaan, ramah kepada semua orang, pintar, dan rajin. Tak memungkiri banyak yang memanfaatkannya. Terlebih lagi Karsa adalah murid pendiam, dimana ia hanya memiliki beberapa teman yang memang se-frekuensi dengannya.

“Karrr!!!”

Seorang pria menghampiri Karsa, menyamakan posisi motornya disamping sepeda Karsa.

“Iyaaa Bimaa, gausah teriak gitu sih, aku kan ngga tuli!”

“Kan aku udah bilang sama kamu, kalau balik sekolah mending bareng aja. Daripada harus ngayuh sepeda begini.”

“Biar, memangnya kenapasih? Gaboleh gitu? Suka-suka lah.”

“Kamu ini teman kecilku, masa harus liat kamu setiap hari naik sepeda.”

“Terus aku harus naik motor bareng kamu? Ogah, yang ada aku terbang kebawa angin. Kamu kesetanan kalau bawa motor begitu.”

“Udah ah cepet naik! Panas tau.”

“Terus sepedaku..”

Karsa memperhatikan sepedanya kemudian kembali menatap Bima yang sedari tadi memasang wajah kesal.

“Tenang, kan mang Udin ada.”

“Hmm, iyadeh.” Saat tak mendapati alasan lain, mau tak mau Karsa akhirnya menurut saja.

Bimantara Putra Oka, Pria yang akrab dipanggil Bima. Ia adalah teman masa kecilnya Karsa, mereka sangat akrab, sudah seperti keluarga bagi Karsa.

Menurut Karsa, Bima adalah seseorang yang sangat menjengkelkan. Bersamaan dengan itu, ia dapat membuat Karsa menjadi manusia paling bahagia.

“Kar..”

“Hmm?”

“Kar..”

“Ih apasih, turun nih!”

“E-eh jangan gitu dong hahaha.”

“Abisnya gajelas banget!”

“Ke bukit Sura yuk?”

“Tumben ngajakin.”

“Mau apa ngga.”

“Boleh sih, tapi jangan lama-lama.”

“Loh kenapa? Padahal ada banyak hal yang pengen aku ceritain.”

“Tentang?”

“Ada deh, makanya jangan buru-buru pulangnya.”

“Dih sejak kapan main rahasiaan.”

“Ya ini mau aku kasih tau kupluk!”

“Hmmm boleh, aku juga mau ngelakuin sesuatu.”

“Apa?”

“Ada deh.”

“Dih ikut-ikut.”

Bukit Sura adalah tempat yang sering mereka kunjungi sejak dulu. Tempat mereka bermain, bercerita, segala suka maupun duka. Menjadi saksi bisu antara mereka berdua. Menurut mereka, bukit Sura adalah tempat yang menenangkan dan jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta. Sebenarnya namanya bukan bukit Sura, mereka sendirilah yang menamai bukit itu, nama yang cocok.

 Sebenarnya namanya bukan bukit Sura, mereka sendirilah yang menamai bukit itu, nama yang cocok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIMAKARSA [ONE SHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang