Gelaaap...
Pukul 01:00, tiba-tiba saya terbangun dan berniat ingin berbagi dengan kalian. Berbagi mengenai hal-hal yang belum pernah saya ceritakan sebelumnya.
Hai, nama saya Asda.
Nama yang hadir untuk lahir yang tidak diterima.
Saya anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Memiliki dua kakak laki-laki; Giefas yang tampan dan Dzanie yang manis. Giefas menjadi kebanggaan saya, dia hebat dan tidak pernah merepotkan. Sedangkan Dzanie, dia orang yang dapat diandalkan. Saya juga memiliki orang tua lengkap, meski pernah kehadirannya tidak muncul dalam benak."Hhhh.." menghela nafas.
Keluarga kami adalah keluarga yang bahagia dan berkecukupan, awalnya. Sampai suatu waktu masuk seseorang ke dalam ruang lingkup keluarga kami.
Perlahan kehidupan mulai hancur.
Rumah tangga yang gagal dan perekonomian yang berantakan, menjadi penyebab "penyiksaan". Saya bicara bukan tanpa alasan.Penyiksaan fisik dan mental sudah menjadi hal yang biasa saya dapatkan. Mungkin ini, penyebab saya mengidap mental illness (Bipolar Disorder) bertahun-tahun dan tidak kunjung sembuh. This mental illness caused me to experience fluctuating and drastic mood swings. Sisi manik dan depresi yang sangat intense membuat saya mengalami kesulitan mengelola tugas kehidupan sehari-hari.
Berbagai treatment sudah saya lakukan.
Mulai dari konsultasi dengan counselor, psychologist, hingga mengonsumsi ratusan obat dari psychiatrist - tidak ada hasilnya. Mungkin, karena saya masih stuck pada masa denial dan kurang mendapatkan treatment yang tepat.Saya sempat mengira bahwa saya telah sampai pada titik lelah dan ingin menyerah dengan mengakhiri hidup. Tidak hanya sekali. Berkali-bekali. Tapi saya gagal, tidak pernah mati. Entah karena Tuhan sangat sayang atau karena Tuhan mau melihat penderitaan lebih lama lagi.
I really wanted to cry, but I couldn't.
My tears are dry.. My tears have run out..Saya ingin mengeskpresikan sakit yang saya rasakan, tapi saya lupa bagaimana cara melakukannya.
This happened for years, sampai suatu malam, saya mendapat kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang mampu mengubah mindset saya yang buruk menjadi lebih baik. Saya jadi mau belajar banyak mengenai psychology dan mental illness.
Setelah saya berusaha memahami dan memperdalam mengenai mental illness, menurut pengalaman saya, ada hal yang ingin sekali saya tunjukkan pada kalian bahwa "Semakin kita menolak, semakin kita tidak mau tahu, semakin kita tidak mau terima, maka mental illness itu sendiri akan semakin menguasai dan melemahkan kita. Tapi sebaliknya, apabila kita pelan-pelan mau tahu, mau belajar, dan mau terima, justru kitalah yang akan menjadi penguasa mental illness kita sendiri."
Karena itu, saya menulis ini.