Suasana haru menyelimuti keenam bersaudara, isakan tangis dan lantunan ayat suci terdengar begitu sendu. Orang orang ramai berkumpul di rumah mereka, menyalurkan rasa pedulinya.
Anak kecil yang sekarang sedang di rangkul oleh ibunya terlihat begitu bingung saat semua orang menangis. Mungkin untuk anak usia umur 4 tahun belum mengerti tentang kematian, tapi air matanya mengalir tanpa disadari saat melihat ayahnya terbujur kaku.
Anak kecil itu menengok ke arah ibunya
"Ibu, ayah nggak kenapa napa kan?" Ibunya hanya bisa memperlihatkan tatapan sendunya dengan sedikit senyuman di bibirnya. "ayah kamu udah tenang disana nak." kepala anak tersebut terus di elus - elus oleh ibunya.Walaupun begitu anak itu tetaplah menangis, hingga akhirnya sang ibu menggendong dan membawanya kesebuah hutan untuk menjalankan tradisi di kota tersebut yaitu memeluk sebuah pohon pisang. Entah apa maksud dari tradisi itu, tapi yang pasti jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal harus melakukannya.
Hari demi hari telah mereka lalui tanpa adanya sosok seorang ayah. Keadaan mulai tidak membaik, berbagai konflik mulai bermunculan. Kebun yang tadinya sangat terurus sekarang menjadi terbengkalai, tidak ada di antara mereka yang mengerti mengelola perkebunan.
Keadaan ekonomi mulailah sulit. Mengharuskan anak kecil itu yang bernama Andre, harus mengambil beberapa ranting di hutan dengan adeknya Rizki untuk di jual kembali.
Meskipun mereka berdua memiliki saudara empat kandung yang lainnya, tapi mereka tidak mau membebankan kakak - kakaknya sendiri, karena mereka juga tahu bahwa kakaknya sedang dalam keadaan yang sama, susah.
Selain permasalahan ekonomi, desas - desus dari tetangga pun bermunculan. Seolah - olah menjadi seorang janda di kampung tersebut adalah sebuah kesalahan. Yang akhirnya mengharuskan mereka pindah ke kota lain.
Dunia masyarakat memanglah kejam, harus mendengarkan setiap obrolan pahit dari mereka yang tidak menyukai kita.
Perjalanan jauh mereka tempuh untuk pindah ke sebuah kota "manis" di Jawa barat, guna untuk membuka kembali lembaran yang baru. Hidup tentram disana tanpa adanya sosok ''pengganggu"
Cerita baru pun dimulai di sini. Seperti halnya kata manis, penduduk disini sangatlah ramah dan tidak kalah juga dengan suasana alam yang begitu asri.
Kedatangan mereka pun disambut dengan penuh kebahagiaan oleh sepupunya maupun penduduk yang disini.
Adaptasi baru pun dimulai di kota ini, memang sangatlah susah untuk bisa beradaptasi terhubung bahasa disini dan di daerah mereka dulu sangatlah berbeda.
Apalagi posisi mereka sekarang tinggal di rumah sepupunya, agak sedikit tidak enak hati karena banyak merepotkan.
Anak ke Lima dan si bungsu ini mengharuskan mereka melanjutkan sekolah disini, walaupun mereka terpaut satu tahun tapi mereka tidak bersekolah di sekolah yang sama.
Andre, anak ke Lima dari enam bersaudara itu memilih untuk masuk sekolah di SDN 1 Sukamaju.
Pertama masuk sekolah sendiri sebagai orang baru begitu sangat memalukan, kala itu hari Senin Andre pun bergegas berangkat sekolah dengan jalan kaki, perjalanan kurang lebih satu kilo meter ia tempuh.
Hembusan nafas tidak beraturan dan peluh keringat di dahi bercucuran. Ia pun memilih duduk sejenak di depan teras kelas sembari meminum botol yang dibawanya dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpisah Oleh Kematian (cerpen)
Teen FictionSahabat ? Mungkin bagi sebagian orang tidak mempercayainya. Namun bagi mereka sahabat benar adanya. Ini hanyalah sebuah cerpen. Maafkan jiga masih ada pemilihan kata yang kurang. Selamat membaca. Enjoyy🌈