Chapter 1

139 20 71
                                    

Terlihat seorang pemuda tinggi bersurai hitam pekat tengah berjalan di atas tembok pembatas sebuah atap. Tatapan matanya redup, jejak airmata masih terlihat jelas pada pipinya yang dipenuhi memar dan lebam.

“Ibu, Yuko-chan….aku….aku lelah…aku….aku tidak memiliki siapa-siapa lagi…izinkan aku menemui kalian,” dengan begitu pemuda tinggi bersurai hitam pekat itu melangkahkan kakinya menuju udara kosong dan membiarkan gravitasi membawanya.

.

.

.

.

Derasnya hujan tidak menghentikan langkah seorang pemuda tinggi yang berjalan dengan tertatih, knuckles tangan kanannya lebam begitu juga dengan wajahnya yang dipenuhi dengan memar dan darah.

Namanya Nakajima Yuto, 18 tahun, mahasiswa Universitas Tokyo, hobinya adalah berkelahi.

“Tadaima.”

“Kau selalu saja berkelahi tapi kenapa kau tidak mati juga, dasar anak sialan!”

Ayahnya, Yabu, seorang owner salah satu Entertainment Company ternama di Jepang, Catharsis Entertainment. Yang dikatakannya sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi Yuto. Dia sudah terbiasa namun tetap saja hatinya sakit mendengar kata itu terucap dari mulutnya.

“Kei pasti akan kecewa jika melihat kelakuanmu, dasar pembunuh!”

Ibunya, Inoo Kei, seorang wanita yang cantik dan lembut, itu yang dikatakan oleh kakaknya. Namun Yuto tidak pernah bertemu dengan wanita itu karena seperti yang dikatakan ayahnya, dia adalah pembunuh. Dia lah yang membunuh wanita itu dengan lahir ke dunia ini.

“Ayah, sudah hentikan. Ayo Yuto, nii-chan akan mengobati lukamu.”

Kakaknya, Yuya, CEO Entertainment Company milik ayah mereka. Dia sempurna. Anak Idaman. Pintar, baik, penurut, tinggi, tampan, dewasa. Dia memiliki semua yang tidak Yuto miliki. Yabu sangat menyayangi Yuya.

“Apa yang dikatakan ayah tidak benar. Kau bukan pembunuh, ingat itu.”

Yuya sangat menyayanginya. Kakaknya adalah satu-satunya orang yang selalu ada di sisinya, untuknya, mengobati lukanya. Yuto sangat mengagumi lelaki itu. Dia adalah alasan kenapa Yuto tidak pergi menyusul ibu yang bahkan belum pernah dia temui.

“Terima kasih, nii-chan.”

“Sekarang tidurlah, besok kau sudah mulai kuliah kan?”

Pagi harinya dia telat ke kampus. Mata kuliah pertama adalah mata kuliah umum, filsafat ilmu. Dia mengetuk pintu di hadapannya lalu membukanya perlahan.

Di sana. Di depan kelas berdiri seorang lelaki yang tidak terlalu tinggi. Wajahnya sangat tampan dan damai, rambutnya hitam legam, kacamata membingkai wajah sempurna itu. Dia terlihat seperti mimpi.

“M—maaf saya terlambat.” ucap Yuto pelan

“Tidak apa-apa, masuk.” Itu adalah suara termerdu yang pernah Yuto dengar

Hanya ada satu bangku yang tersisa. Tepat di hadapan meja dosen. Mau tidak mau Yuto mendudukan dirinya di sana. Tepat di hadapan lelaki yang terlihat seperti mimpi itu.

“Baiklah, saya ulangi, nama saya Yamada Ryosuke. Dosen filsafat ilmu kalian untuk satu semester ke depan.”

Jadi untuk satu semester ke depan dia akan melihat lelaki itu? Apakah Tuhan akhirnya memutuskan untuk sekali saja mengasihinya?

“Ayo perkenalkan dirimu.”

Yuto tersadar karena rupanya lelaki yang terlihat seperti mimpi itu berbicara padanya. Dia menengadahkan wajahnya hanya untuk bertemu pandang dengan senyuman indah yang membuat pipi lebamnya bersemu merah.

[AU] SwevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang