Kalla POV
Aku memilih menutup lembaran buku diary dan memasukkannya ke dalam tas. Rasanya seperti mimpi ketika tanpa sengaja laki laki tadi menolongku. Bukan apa apa, selama aku dalam kondisi yang seperti ini tak banyak orang yang mau perduli. Hanya sedikit saja, Selebihnya hanya cemoohan dan tatapan aneh yang selalu ku dapat. Sore ini cuaca terlihat bersahabat, Langitnya redup namun tidak mendung. Membuatku langsung terbawa suasana. Ku topangkan daguku pada lengan yang tertumpu pada pinggiran kursi roda. Menikmati pemandangan di depanku yang terlihat asri dengan beberapa jenis bunga disana.
Jedug....
Secara spontan aku menoleh ke sisi kiri, seperti ada sesuatu yang menghantam kursi rodaku. Ku tundukkan kepalaku mendapati sebuah bola tergeletak disana.
"Bola siapa?" Gumamku. aku menelusuri pandangan kesisi kanan dan kiriku mencari siapa pemiliknya. Sampai ku dapati seorang anak laki laki berdiri beberapa meter di depanku, memandang bola miliknya, Dengan tatapan takut dan sedikit aneh.
"Hei... sini, kamu yang punya bola ini ya? " tunjukku kearah bola itu.
Ia hanya mengangguk dan berjalan mendekat kearahku, bukan... bukan... lebih tepatnya ke arah bola miliknya.
"Boleh ambil? "
Keningku berkerut bingung mendengar pertanyaannya, nadanya terdengar sedikit takut namun ekspresi wajahnya terlihat menggemaskan. Lucu sekali....
"Boleh ambil aja, punya kamu kan?" Kataku terkekeh mendengar pertanyaannya yang polos.
Dengan cepat ia mengambil bola miliknya dan menangkupnya di depan dada.
"Bagus bolanya, beli di mana?"
Tanyaku dengan atusias, berharap ia tidak lagi merasa takut padaku."Dicana di deket Lumah." Jawabnya denga logat yang masih terdengar cadel dan tangan yang tak kalah antusias menunjuk arah jalan.
Entah benar atau tidak yang pasti itu terlihat lucu menurutku.
"Kakak Kalla."
Ku ulurkan tanganku sebagai tanda pengenalan, entah kenapa aku ingin bermain dengan bocah laki laki yang belum ku ketahui namanya ini, ah... sebentar lagi aku akan mengetahuinya.
Dia hanya memandangi uluran tangaku lalu berganti memandang bola mataku. Tak berapa lama ia membalas uluran tanganku dengan tersenyum.
"Itan" katanya.
"Ian?" kataku berusaha memperjelas namanya.
"no.. no...no itan kakak tantik." Ulangnya membenarkan perkataanku. Namun jujur itu tidak membantu sama sekali aku tetap tak mengerti.
"Ikan?" Tebak ku. Aku tau ini sangat absurd, tapi siapa tau kan benar.
Ia malah melongo mendengar nama yang ku sebutkan, raut wajahnya terlihat terkejut dan kesal. Aku yang ditatap seperti itu bukannya takut malah membuat tawaku meledak saat itu juga.
"Ha... ha... ha... maaf maaf, habisnya kakak gak tau nama kamu siapa?"
Melihat aku tertawa, ia tak jadi kesal. Malah ikut tertawa juga denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalla
Teen Fiction"Aku lilin kecil ditengah bilik gelap yang temaram, sunyiku tak dapat kau sentuh meski kau berusaha merubahnya." -Kalla "Aku sama seperti mu yang rela menerangimu meski membakar diriku." ...