6. Oksigen dan Pembalut

3 1 2
                                    

"Siapa sih Sya?" tanya Alka sambil menatap Teesya lamat-lamat.

******

"Ck. Alka bawel kayak emak-emak. kan tadi lo nyuruh gue bilang ke supir gue kalau gue udah dianterin pulang sama topeng monyet' jawab Teesya sambil membalas tatapan Alka, toh sekarang mereka lagi terjebak macet.

"Kok sambil ketawa ketawa, emang supir lo selucu itu?"tanya Alka dengan nada tak suka.

Teesya menatap Alka aneh.

"Lo kenapa dah? Sensi amat, PMS ya?" kata Teessya

"Ck semerdeka lu deh" jawab Alka kesal.

"Yah ngambek, bocah emang" kata Teesya lalu kembali fokus ke ponselnya.

Baru Teesya ingin mengetikkan seuatu Alka langsung merebut ponsel Tessya tersebut.

Baru Teesya ingin protes tapi Alka sudah memotong keinginan Teesya tersebut dengan berkata.

"Bosen gue Sya, temenin gue ngobrol napa" kata Alka dengan wajah memelas memandang Teesya disampingnya.

"Ogah" tolak Teesya entah mengapa hatinya berdegup kencang saat melihat Alka. Tapi Ia menepis semuanya karena ia sadar ia baru kenal Alka beberapa jam saja.

"Jangan gitulah Sya" kata Alka sendu.

Karena tak tega Teesya pun mengiyakan permintaan Alka.

"Al, emang lo tau rumah gue? Serius deh" kata Teesya bertanya lagi.

"Enggak, tapi kan lo tinggal kasih tau alamatnya aja hehehe, simple kan" kata Alka sambil menarik gas mobil karena mobil didepan mereka sudah maju walau hanya sedikit.

"Ck. ribetin anjir" kata Teesya menatap kesal Alka.

"Mulutnya astaga, pengen di cium yah? kasar beut" kata Alka sambil mendekatkan wajahnya pada Teesya.

"Mau ngapain lo Jamet! gue tabok ya lo" kata Teesya kesal sambil menempeleng wajah tampan Alka.

"Skincare an ya lo, kok pipi lo kenyel kenyel gitu" tembak Teesya sambil menatap tangan dan wajah Alka bergantian.

"Kok Jamet sih Sya, jelek banget, gimana nanti mau nama namain anak kita kalau pengetahuan kamu tentang nama less banget" kata Alka heboh.

"Halu bego" cibir Teesya

"Ck. Kejam! Btw gue emang terlahir tampan jadi komponen pembentuk wajah gue juga yang bagus kualitas mahal gitu" kata Alka sombong.

"Halah kagak usah kebanyak bacot lu Jamet" kata Teesya sinis.

"Harusnya lo bersyukur gue bacot, jarang jarang ada cewek yang liat gue bacot. Lo harus merasa tersanjung karena lo orang ke-2 yang mau gue perhatiin selain mami gue" terang Alka panjang lebar dengan nada bangganya.

"Halah buaya kek lo, mulutnya emang manis kayak gula" cibir Teesya.

"Kalau aku buaya kamu air nya dong biar kita terus bersama sama" kata Alka gombal.

"Dih, lu buaya darat perairan kagak ada yang mau  nerima lo" ejek Teesya

"Yaudin, berarti lo jadi daratan tempat gue hidup atau lo jadi oksigen gue aja? Biar selalu gue butuhin dan menjadi bagian terpenting dalam hidup gue" kata Alka sambil menatap Teesya dengan senyum yang mengembang sehingga membentuk bulan sabit dimata Alka.

"Yaudah, kalau gue jadi oksigen lu, lo jadi pembalut gue aja gimana?" kata Teesya membalas tatapan Alka dengan senyum manisnya.

Pipi embul Teesya yang empuk menarik perhatian Alka, tanpa aba-aba Alka mencubit pipi chubby Teesya membuat si empunya mengadu kesakitan.

"Anjir Alka, lepasin gue bangke!!" ronta Teesya sambil memukul lengan Alka dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanan nya mencoba meraih rambut Alka untuk dijambak.

"Lepas atau gue botakin kepala lu!" ancam Teesya kepada Alka dengan matanya yang menyipit seakan memberi peringatan pada Alka bahwa ia tidak main main.

Akhirnya Alka pun melepaskan cubitan gemasnya ke Teesya. Ingat Alka tak takut pada Teesya, ia hanya kasihan jika pipi embul Teesya yang sekarang sudah memerah dibuat sakit olehnya.

"Hehehe sorry soalnya pipi lo lucu" kata Alka tanpa dosa.

"Hahaha makasih" sarkas Teesya sambil mengelus pipinya yang memerah dan terasa sakit karena unyelan Alka.

"Sya makan dulu yuk, dah sore nih" Ajak Alka melihat restoran ayam kalasan tak jauh dari tempatnya berheti karena macet.

"Ogah gue makan ama lu" sinis Teesya masih kesal dengan Alka perihal masalah pipinya.

"Ah elah jahat lu ama gue" kata Alka cemberut.

"Bodo" 

"Gue traktir deh lo makan sepuasnya gimana?" tawar Alka lagi.

"Beneran sepuasnya?" tanya Teesya sambil menatap Alka dengan mata bulatnya penuh harap.

"Iya beneran, sepuasnya." kata Alka sambil menatap manik manat teesya dan tangan sebelah kirinya mengelus surai rambut Teesya.

"Gue sih ga bisa nolak ya kalau dipaksa gini" kata Teesya sambil tersenyum senang, akhirnya dia dapat makan gratis.

"  Ga ada yang maksa sih" kata Alka mengoreksi  ucapan Teesya

"Dih, kalau ga iklas ya udah sih" Gas Teesya tak suka.

"Iya iya, canda doang gue, sensi amat dah"  kata Alka sambil melajukan mobilnya ke arah tempat makan.

"Awas aja kalau PHP" cemberut Teesya.

"Engga elah, santuy. Lagi macet nih, kita makan disana tuh keliatan kan restonya" kata Alka sambil fokus ke arah depan.

"Eh serius makan disitu?" kaget Teesya.

"Kenapa? Lo ga suka? Mau makan ditempat lain aja?" tanya Alka.

"Ga usah. Disitu aja, tapi jangan nangis ya nanti kalau dompet lu kering, ayam kalasan tuh salah satu makanan favorit gue, siap siap deh lu bangkrut." kata Teesya mengingatkan.

"Santuy aja, sultan gue mah" kata Alka sambil tertawa, melihat Teesya yang memperingatinya terlihat imut dan lucu dimata Alka.

******

To Be Continue 

T E E S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang