2. Rumus Usaha

7 1 4
                                    

TENG! TENG! TENG!

Bel sekolah pun berbunyi, pertanda bahwa waktu kegiatan mengajar belajar telah dimulai. 

Seluruh siswa siswi kelas 11 IPA 1, yang menyebar langsung kembali ke tempat duduk masing masing.

Tak lama seorang pria berbadan tegap dengan wajah yang menawan dan memikat masuk ke dalam ruang kelas 11 IPA 1,dengan menenteng sebuah tas hitam di bahunya dan buku tebal soal soal fisika ditangan kirinya. 

Beliau adalah  Pak Wicak salah satu Guru Fisika di SMA Normezza.

"Assalamualaikum anak-anak" sapa Pak Wicak dengan senyum iritnya yang tak terlihat seperti tersenyum.

"Waalaikum salam Pak" jawab anak-anak kelas 11 IPA 1 kompak.

"Sekarang kita mulai kegiatan belajar mengajar kita, Ridho dan Nando tolong ambil buku paket fisika di pustaka" perintah Pak Wicak sambil mencari posisi nyaman untuknya duduk dan mengajar.

"Baik Pak" sahut Ridho dan Nanda.

Suasana kelas hening, tidak ada murid yang berani bicara, pasalnya Pak Wicak termasuk dalam jejeran guru killer di SMA Normezza.

"Baik, sembari menunggu buku paket kalian sampai, buka buku catatan kalian tentang Energi dan Usaha" kata Pak Wicak dan dibalas anggukan seluruh murid dikelas tersebut.

"Nah, siapa yang masih ingat rumus usaha dan penjelasannya?" tanya Pak Wicak sambil mengedarkan pandangannya pada seluruh murid dikelas.

"anjir, kuis mendadak" gumam Teesya yang hanya bisa didengar oleh dirinya.

"Rumus usaha apaan dah? Kerja keras ditambah iklas kali ya?" gumam Teesya lagi sambil membolak balik catatannya yang kosong. Teesya tak pernah mencatat Ia hanya akan memfoto catatan yang ditulis Pak Wicak dipapan tulis atau catatan punya temannya. Soalnya Teesya pikir itu bukan hal yang penting dan Ia juga mager.

"Apa pelajarannya sudah dilupakan?" tanya Pak Wicak karena tidak ada murid yang mengajukan diri menjawab pertanyaannya, dan semua murid menjadi was-was.

"Saya Pak!" Kata Rena teman sebangkunya yang membuat seluruh murid memandang Rena dengan tatapan terima kasih.

"Oke, Rena maju ke depan, tulis rumusnya di papan tulis dan jelaskan" kata Pak Wicak.

Rena pun berjalan ke depan dan menulis rumus Usaha dan menjelaskannya, tak berapa lama ia pun kembali ke tempat duduknya.

Buku paket telah datang dan mulai dibagikan ke setiap murid atas perintah Pak Wicak.

"Baiklah anak-anak buka halaman 70 dan kerjekan soalnya, jika ada yang tidak paham bisa langsung bertanya pada saya" Kata Pak Wicak.

"Anjir 20 soal essay, ngerti aja kagak. Ini namanya eksploitasi anak nih" gumam Teesya sedari tadi, saat melihat soal soal yang diberikan oleh Pak Wicak tak main-main.

"Rena sayang, gue boleh liat ga jawabannya, ga paham nih. otak gue panas" bisik Teesya pada Rena.

"Bentar bentar gue coba coba" kata Rena sambil sibuk mencoret coret bukunya dengan angka angka.

"Oke entar liat ya Ren" kata Teesya lalu menyibukkan dirinya dengan melihat pemandangan di luar jendela.

Teng! Teng! Teng!

Bel istirahat pun berbunyi seluruh siswa bersorak girang.

"Baiklah untuk hari ini, sampai disini dulu. Bagi yang belum siap, latihannya dikumpulkan paling lambat besok pagi sebelum saya datang. Terima kasih" kata Pak Wicak dan berlalu meninggalkan kelas dengan membawa tumpukan buku siswa rajin yang menyelesaikan tugasnya hari itu.

"Gila sih, ngasih tugas ga nanggung nanggung" kesel teman kelas Teesya Nada.

"Iya, ganteng sih tapi kalau kejam gini, ga guna jadinya" oceh temannya yang lain menanggapi.

"Iya ih ga dikasih diskonan soal, padahal baju aja diskon" oceh yang lainnya lagi.

Teesya tampak tak peduli, yang penting dia sudah kumpul berkat Rena yang mengerjakan soal dengan khidmat tadi.

Sekarang waktunya untuk memakan bekalnya, ia sudah tak sabar dengan bento box buata Bi Sumi kali ini.

Teesya pun membuka kota bekalnya yang berwarna hitam berbentuk persegi panjang dan memiliki tiga sekat dengan ukuran yang berbeda beda dengan mata berbinar binar.

Karena Bi Sumi meletakkan makanan favoritnya, yaitu sayur wortel dan kacang panjang tumis pada sekat yang paling kecil, lalu nugget ayam wortel tiga biji,sosis goreng berbentuk bunga dan beberepa potongan chicken ball di sekat berukuran sedang tersebut dan yang terpenting adalah nasih berbentuk panda dengan rumput laut di sekat yng ukurannya sama dengan sekat lauk.

Bento Box yang dibawa Teesya sebagai bekal sudah seperti bekal anak TK. Tapi Teesya menyukainya, ia suka bentuk bentuk lucu dan itu membuat semangat makannya meningkat.

Saat sedang asyik menyantap bekalnya tiba tiba Martin mengajak anak anak dikelas untuk melakukan konser bersama.

"Ayo nyanyi aja daripada stress" teriak Martin pada anak anak yang lain sambil mengangkat gitarnya tinggi tinggi.

Para anak laki laki dikelas mulai mendorong kuris dan meja ke sisi dinding agar mereka bisa lesehan dilantai.

Martin pun duduk di kursi Rena disamping Teesya yang sedang asyik makan. Para anak anak indie mulai mematikan lampu kelas dan menutup gorden jendela dan menyalakan flash ponsel mereka.

Martin pun mulai memetik gitar dengan jari tangannya yang panjang dan mulai membuat irama nada sebuah lagu yang berjudul "Miniatur" dari Suara Kayu.

"Sya, pinjem hape dong, ga hapal lirik, paket gue habis" kata Rena dari bawah karena posisi Rena yang duduk dilantai dan Teesya yang masih dikursinya yang tetap makan.

"Ck,Kere" kata Teesya menghujat tapi juga tetap memberikan ponselnya pada Rena.

Mereka pun bernyayi bersama layaknya konser Indie yang diselenggarakn di Indonesia.

Mereka menyanyikan beberapa lagu galau mulai dari lagu Tulus, Rossa, Fiera Bersari, Andmesh sampai ke lagu Lewis Calpadi.

Banyak lagu yang sudah dinyanyikan, tiba-tiba Randy anak kelas sebelah mengetuk pintu dan menginfo bahwa Rena Audrayna temen nya yang aneh bin ajaib dipanggil Tuhan eh engga dong dipanggil Pak Wicak maksudnya.

"Temen gue yok" ajak Rena pada Teesya yang sedang membereskan kota bekalnya.

"Dih ogah" tolak Teesya soalnya ia mager banget.

"Gue laporin Pak Wicak ya lo nyontek gue tadi" kata Rena mengancam.

"Anjir ga seru lo, yaudah ia bentar minun dulu haus" kata Teesya kesal.

"Cepet elah lama" kata Rena dan langsung menarik Teesya keluar kelas.

"Santuy dong mbak" kata Teesya kesal.

"Iya iya marah mulu lu" kata Rena dan berhenti menarik Teesya.

"Ya elu narik narik gue kek sapi aja" kesal Teesya.

"Iya mangap" kata Rena sambil cengengesan.

"Haduh untung temen" kata Teesya mencoba bersabar sambil mengelus dadanya dan menarik nafas dalam dalam.

"Eh eh doi gue ada di depan mata" kata Rena kegirangan sambil.

"Sia--" belum selesai Teesya bertanya Rena sudah menyampiri cowok yang ia bilang doi.

"Pa... Anjir gue ditinggal" sungut Teesya.

****

To Be Continue

T E E S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang