Anak Nakal Terlahir dari Keluarga yang tidak Memperhatikan
Tulisan ini akan menjadi media untuk memberi tahu kepada semua orang yang kenal saya. Tentang mengapa saya tidak bisa menjaga lisan seperti wanita umum kebanyakan. Mari disimak:)Umur 5 tahun kalian lagi apa? Ada yang bilang baru masuk TK dan dibimbing ibunya belajar. Malamnya diajak bercanda sama ayahnya. Kamu tahu? Di umur segitu saya lagi apa? Nangis. Saya ngeluh sama Tuhan, saya bilang "Ya Allah, kok aku gak sama kaya mereka? Kok aku dijagainnya sama Emak? Papa aku kemana ya Allah, katanya kerja. Kok gak pernah pulang? Mama ku kok sibuk banget?". Itu yang selalu jadi bicaraan saya setiap malam. Kamu bisa bayangkan, bagaimana rasanya anak sekecil itu memikul beban yang luar biasa menyiksanya.
Umur 6tahun, saya mengerti semuanya. Kalau saya dilahirkan jauh berbeda dari yang lainnya. Ayah saya meninggalkan saya sejak saya masih sangat kecil. Ibu saya disibukan bekerja agar makan saya tercukupi.
Hal menyakitkan kembali mengusik batin saya saat itu. Ibu saya meninggalkan saya demi laki-laki yang ia cintai, ia abaikan saya yang menangis, merintih, meminta agar dia tetap disini, bersama saya. Saya mengutuk diri saya sendiri saat itu. "Ya Allah, Aya ini beban ya buat semua orang? Kok semuanya ninggalin Aya?". Anak 6 tahun sudah dipaksa berpikir dewasa padahal belum waktunya.
Akhirnya ibu saya kembali, dengan membawa seorang anak di kandungannya. Dia menikah lagi. Anak itu jadi adik saya sekarang, dan saya tidak membencinya. Saat dia masih di dalam kandungan, Saya selalu berdo'a agar dia selalu dapat bahagia. Tidak merasakan hak yang menyakitkan seperti saya.
Semuanya berubah sejak ayah tiri saya menceraikan ibu saya. Saya jadi tahu sifat ibu saya, dia bahkan pernah pergi dari rumah hanya karna tidak terima saat saya marah. Saya marah karna cemburu, dia lebih asik berbincang di telepon dengan seorang lelaki yang menyentuh hatinya. Saya ingin diperhatikan, itu saja.
Beberapa tahun berlalu, saya dibuat oleh Tuhan dengan hati yang lebih kuat dari Baja. Saya selalu bisa menahan beban yang ditangguhkan pada saya sejak saya kecil. Saya bersyukur, setidaknya meski tidak ada kasih dari orang tua saya. Ada nenek saya yang menjaga dan merawat saya. Ya Allah, saya rindu dia:')
Tuhan akhirnya membenturkan kehidupan saya ke tembok berduri. Dia ambil satu-satunya orang yang yang mencintai saya. Nenek saya. Dia meninggal saat saya kelas 8 SMP. Tepat beberapa minggu setelah ulang tahun saya saat itu. Oh apalagi ini?
Berkali-kali Tuhan beri saya cobaan, Saya tahu. Tuhan sayang sama saya. Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan diluar batas kemampuannya. Tetapi, saat itu. Awal mula segalanya dimulai.Itu adalah satu hal yang membuat saya sadar. Bahwa saya punya kekurangan di diri saya. Iya, saya depresi ringan. Emosi saya mudah tersulut, kepala saya sering sakit, saya sering hampir ingin membunuh diri saya sendiri.
Sungguh luar biasa hantaman yang ditinggalkan oleh orang tua saya. Menyakitkan rasanya, saat saya ingat semua hal yang membuat saya amat sangat berbeda. Ketika anak 5 tahun bermain dengan orang tuanya, saya hanya bisa berada di dalam rumah, berbicara dengan boneka kertas yang saya buat. Ketika anak 6 tahun belajar ditemani ibunya, saya belajar sendiri, sulit atau mudah semuanya saya telan sendiri. Dan ketika saya mendapat peringkat di sekolah. Orang tua saya terkesan biasa saja dengan prestasi saya, bahkan saya tidak pernah mendengar "Alhamdulillah, kamu pinter ya. Tingkatin belajarnya terus ya,Nak". Prestasi saya, tidak akan membuat orang tua saya mau melihat ke arah saya.
Dulu, cita-cita saya ingin menjadi seorang dancer. Saya tekuni sampai saya hampir lanjut ke sebuah acara untuk menjadi dancernya. Ayah saya menentang keras, dia bilang "Ngapain sih lu dance-dance segala? dance-dance t*i anj*ng! Berenti! Gua gak suka!". Oke, dan saya memakluminya. Saya berhenti, saya buang mimpi saya.
Ketika saya lihat teman saya bercanda dengan orang tuanya, saya marah padanya. Saya bilang "GUA GAK SUKA LU BECANDA SAMA ORANG TUA LU, GUA CEMBURU!". Oh bukan, bukan gadis remaja yang bilang itu. Itu adalah ucapan anak kelas 2 SD. Bayangkan, anak yang harusnya tidak punya pikiran apapun, tapi sudah punya perasaan sedewasa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home Blog:)
AcakIni real story ya:).Di setiap part hanya ada satu kisah:) Happy Reading:)