Two

236 25 4
                                    

"Sudah selesai?" tanyaku pada Sasuke yang menyodorkan buku latihan kimianya padaku. Dia tampak menggeleng ragu. Jumat sore ini kami sedang mengerjakan semua tugas sekolah demi mencapai akhir pekan yang menyenangkan tanpa beban. Kami biasa melakukannya dan minggu ini kamarku mendapat giliran.

"Nomor 12, aku tidak dapat jawabannya." adu Sasuke padaku yang notabene selalu menjadi guru belajar mereka. Aku tersenyum kecil.

"Aku juga tidak dapat, sepertinya itu soal bonus. Tulis saja jawabanmu tanpa opsi." kataku mengendikkan bahu.

"Sudah." jawabnya. "Berarti aku sudah selesai kan?" tanyanya kemudian. 'Gesit seperti biasa.' aku membatin kemudian mengangguk kecil dan tersenyum.

"Bantu 'Dobe'-mu, Sasuke-kun. Kurasa dia akan mimisan." kekehku pelan. Aku menatap Naruto yang tengah serius menatap bukunya dengan dahi berkerut. Mencoba memahami soal-soal yang di suguhkan sambil membayangi Orochimaru-sensei yang melambaikan lidah dengan vulgar. Dia memang lambat dalam pelajaran, aku memaklumi itu.

"Tidak mau." Sasuke menolak dengan tangan yang meraba rak buku mencari sebuah komik dan aku melotot ke arahnya. "Dia lemot, kau ingat." lanjutnya acuh.

"Tsk." Naruto yang mendengar itu dengan gemas mencoret tangan Sasuke dengan pena yang ia pegang sebelum Sasuke bisa menghindar. Merasa harga dirinya jatuh sedangkan aku merasa dia tidak memiliki itu. Sasuke mendelik ke arahnya.

Aku bersedekap tidak puas dengan jawaban Sasuke. Bagaikan seorang kakak yang mempunyai permintaan mutlak untuk dilakukan dan kenyataannya memang aku yang paling tua di antara mereka. "Aku harus membuat Taco." aku menatap Sasuke yang balik menatapku dengan enggan seakan aku sedang menggunakan hak istimewa sebagai seorang wanita dan yang tertua disini. "Ekstra tomat jika Naruto selesai dalam 30 menit?" aku mengedipkan sebelah mataku.

Dia langsung duduk dengan tegap. "Call."

Aku hanya bisa terkikik geli sebelum akhirnya berdiri dan berjalan keluar kamar. Baru dua langkah menuju tangga dan aku merasa seperti melupakan sesuatu. Aku kemudian membalikkan tubuhku kembali ke kamar dan mendapati Naruto sedang menggapai buku latihanku dengan Sasuke yang sedang membaca komik acuh tak acuh ketika aku membuka pintu.

"Kalian mau di hajar?"

Plaakkk.

"Awww!" Naruto meringis kecil ketika Sasuke dengan tanpa rasa bersalah melempar komik ke wajahnya begitu aku datang mengagetkan mereka.
Sasuke langsung membuka buku paket kimia di hadapannya dan berpura-pura fokus mengajari Naruto yang masih kesusahan meneguk ludah menatapku ngeri. "A-ah, Sa-Sakura-chan . . . A-ada yang tertinggal kah?" dia gugup dan itu sungguh lucu. Sasuke dan Naruto tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya dan aku hampir meledak dengan tawa ketika melihat mereka berdua pucat pasi.

"Perhatikan aku, Dobe!" Sasuke mencekik leher Naruto dan memaksa kepalanya menunduk menatap rentetan soal di hadapan mereka. Naruto terlihat malang sedangkan aku hanya bisa geleng-geleng kepala menahan senyum melihat mereka berdua.

"Jangan buat aku tampak seperti ibu tiri jika kalian hanya makan adonan kulit Taco nanti." kataku tegas sambil berjalan menuju mereka dan mengambil buku latihanku. "Ada sotong bakar dan jus melon juga. Jadi cepat selesaikan tugas kalian." kemudian aku berjalan keluar kamar dan menutup pintu pelan dengan mengulum senyuman.
    
   
oOo
    
     
"Groaaaaak . . ." aku dan Sasuke mengernyit jijik saat mendengar Naruto bersendawa dengan hebatnya. "Aaahhh, nikmatnya~" dia mengusap-usap perutnya yang sedikit membuncit.

"Aku punya banyak untuk kalian bawa pulang."

"Uwaaahhh! Terimakasih, Sakura-chan~" Naruto nyaris menjerit. Dia kegirangan sehingga menggesekan pipinya ke pipiku dengan manja.

Frien.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang