PROLOG

2 0 0
                                    

"Diiii..." Lovania berteriak cukup keras memanggil sang pujaan hati yang terus berjalan tanpa menghiraukannya.

Farrel Abdi Dominicko menoleh sekilas kearah gadis yang berusaha menjajarkan langkah dengannya sambil terus meneriakkan namanya.

"Di, tunggu dulu, aku mau bicara bentar." Vania terus merengek agar Farrel yang di sapa Abdi oleh Vania mau menunggunya.

Dengan malas Farrel akhirnya berhenti lalu berbalik arah berhadapan dengan Vania.

Dengan nafas yang masih tersengal Vania tersenyum. Setidaknya Farrel mau mendengarnya kali ini.

Vania mendongak, menatap Farrel tepat di mata. Senyum di bibirnya tidak surut, meski yang di tatap tidak melunturkan ekspresi dinginnya.

"Di, aku..."

Farrel mulai kesal saat Vania malah kehilangan kata-kata di depannya. Sebenarnya mau apa gadis alay ini.

"Kalo lo ga ngomong juga, gue pergi sekarang!" Ucap Farrel datar. Benar-benar buang waktu berhadapan dengan Vania, pikirnya.

"Ak..aku.." Tatapan dingin Farrel membuat Vania semakin gugup. Nyalinya tiba-tiba menciut saat berhadapan dengan Farrel.

"Akusukasamakamu." Ucap Vania cepat saat Farrel akan beranjak dari hadapannya.

Farrel menaikkan sebelah alisnya. Senyum mengejek terbit di bibirnya sekilas.

"Semua orang juga udah tau kalau lo suka sama gue!" Balas Farrel sinis. Sikap dinginnya benar-benar membuat Vania menciut.

Vania menunduk, tidak berani menatap Farrel tepat di mata lagi. Rasanya dia ingin menangis sekarang.

"Lo benar-benar gadis gak tau malu! Tiga tahun lo ngejar-ngejar gue. Udah gue tolak berkali-kali, masih aja ngeyel dekatin gue! Gak punya harga diri apa lo?!" Bentak Farrel cukup keras, hingga menarik perhatian orang-orang di sekitar.

Vania mendongak, menatap Farrel dengan air mata yang siap tumpah.
"Maaf.." lirihnya nyaris menyerupai bisikan sebelum kembali menunduk.

"Dengar ya Vania! Sudah cukup lo bikin masa SMA gue suram! Jangan pernah ikutin gue lagi! Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi! Gue gak akan pernah suka sama cewek kayak lo! Jauh-jauh dari hidup gue! Ini terakhir kalinya gue berhadapan sama lo!" Farrel berbalik pergi menaiki motornya tanpa menoleh lagi ke arah Vania.

Vania menatap kepergian Farrel. Air mata yang sedari tadi di tahannya akhirnya jatuh juga.

'Kalo aku bisa milih, aku juga ga mau jatuh cinta sama kamu Di.'

Tanpa memperdulikan orang-orang sekitar yang menatap kasihan kearahnya, Vania beranjak, menaiki sepeda motor kesayangannya meninggalkan pelataran Sekolah Menengah Atas tempatnya menimba ilmu tiga tahun ini.

Vania tidak menyangka. Tiga tahun masa SMA nya yang menyenangkan, berakhir menyakitkan di hari kelulusannya.

"Selamat tinggal SMA.. Selamat tinggal Farrel Abdi Dominicko.."

~~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THIS LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang