Anggap Saja Kata Pengantar

26 4 2
                                    

"Ketika nada adalah titik temu, maka akhir dari sebuah melodi adalah titik pisahnya."

Diatonika

ketsiamanda2020


Mari sama-sama pahami satu hal. Kita diciptakan bukan untuk menjadi penyembah kata bernama cinta. Hidup tidak melulu soal itu. Adakalanya, patah hati karena mimpi yang dihancurkan beribu-ribu kali lebih menyakitkan daripada patah karena cinta.

Rasa yang kusebut tadi adalah hanya pengiring jalan. Jangan lengah atau terkecoh. Fokus pada tujuan adalah lebih baik daripada meladeni sisi pemanisnya.

Bagi kaum penganut gagal move on, cerita ini mungkin bisa menjelaskan bahwa batasan antara rasa di masa lalu dan masa sekarang adalah soal kesadaran hati. 

Di sini juga, kita akan sadar bahwa perubahan karakter seseorang sangat bisa terjadi seiring tekanan dan rasa. Manusia itu tidak tetap, tidak kekal, dan selalu berubah.

Atau barangkali, ada yang lupa bagaimana cara menjatuhkan hati?

Apa pun itu, senang rasanya bisa kembali menuntaskan cerita ini. Revisi besar yang memakan waktu pun menjadikan para tokohnya lebih terasa 'hidup'. Jalan cerita Diatonika versi ini berbeda jauh dengan Diatonika sebelum revisi. Jangan kaget, ya, kalau lihat tokohnya hilang. Cuma ganti nama dan sifat dikit, kok. Hehe.

So, siap mengikuti perjalanan Kadena mengejar cita-cita dan mengulik arti lain dari cinta?

Ah, kurang asyik kalau belum pencet bintangnya. Jangan lupa tambahkan ke reading list juga, yuk! Biar semakin banyak yang ambil pelajaran dan kebaperan dari cerita ini. Hehe. 

Terima kasih. Selamat membaca!

Salam sayang,

ketsiamanda

DiatonikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang