One Shot Jenlisa

Somewhere Only We Know

This story is not real.

Cerita ini tidak nyata.

Kindly play the song so you can feel my heart for her. 💗

🐺
Author

Have fun! 🐺😉

Lisa membolak-balik buku nya untuk mencoba memahami yang tertulis di dalamnya. Tapi pikirannya tetap tidak berhenti menjelajah memori tentang gadis manis yang beberapa waktu lalu menjadi bunga-bunga di hatinya.

Setiap pagi Lisa selalu ingat bagaimana senyum gadis mungil dan lucu sekaligus galak. Sesekali nampak seperti anak kecil, tapi ada saat di mana dia seperti nenek-nenek badass yang tidak berhenti marah kecuali dikabulkan permintaannya.

Senyum Lisa yang baru saja mengembang kemudian pudar karena Lisa sudah sampai pada bagian memori lain yang mengingatkannya bahwa gadis mungil itu tak lagi bersamanya.

Semua akses Lisa diblokir oleh gadisnya. Tersenyum lalu cemberut, tersenyum lagi lalu berubah menjadi sedih.

Jika Lisa tidak bisa mengontrol emosinya ketika berada di tempat umum pastilah dia sudah disebut gila.
Di dalam kamarnya, Lisa membebaskan beban hatinya ini karena tak sanggup lagi menahannya.

Semua ini berawal dari hal yang tidak disengaja. Tepat 9 bulan yang lalu dia mengenal sosok lucu itu.

❤️9 months ago❤️

Jennie Pov

"Bidi imit! Terserah gue lah, lah elu tadi kan mintanya gitu" aku jengkel sekali dengan orang yang baru saja aku kenal ini, banyak maunya, heran deh, dia makhluk dari mana sih.

"Bukan gitu Jennieyaa, maksudku itu, kita nulisnya gantian, bukan nulis panjang lalu baru aku yang lanjutin" Lisa mengeluarkan banyak emot lucu mungkin untuk menenangkan aku. Tapi dia memang entah kenapa mungkin sudah menjengkelkan sejak lahir.

Aku masih menggerutu tak karuan dan malas membalas chatnya. Dan dia selalu menghujani inboxku dengan emot tidak penting dan kalimat-kalimat random yang membuatku semakin ingin memakannya hidup-hidup.

"Lisa, aku kan udah bilang aku tu kerja ya, jangan menuh-menuhin inbox ku, kan aku capek liatnya!"
Ini sudah kesekian kali aku mengomel tentang perkara boom inbox dan dia suka sekali muncul di mana-mana. Karena kami sudah mulai dekat jadi aku kira tak mengapa dia tau beberapa akunku. Tapi ternyata itu membuatnya semakin menyebalkan saja karena akhirnya semua akun sosial mediaku jadi pelampiasan kegabutannya.