Prolog

3.3K 56 9
                                    

Blue Moon

-Prolog-

Vallery melihat semuanya.

Di mulai dari kegelapan sang malam dan sesosok bayangan yang bergerak seolah menari di bawah terang cahaya bulan. Sosok itu hitam besar. Tubuhnya diselimuti jubah hitam. Dan sinar matanya menyorotkan kekejaman. Tangan kekarnya dengan mudahnya menghempaskan tubuh besar ayahnya. Bunyi berdebam pelan membelah kesunyian hutan. Dan bau anyir darah memenuhi penciuman Vallery. Darah orang tuanya. Sosok itu membunuh ayah dan ibunya. Begitu mudahnya.

Tidak!

Ini pasti bohong...

Seolah mendengar jeritan pikiran Vallery, sosok itu bergerak perlahan ke arah tempat Vallery. berdiri. Vallery mundur perlahan. Mencoba tidak membuat suara, menahan napasnya dan berusaha keras menenangkan detak jantungnya. Tapi dia tahu, sosok itu pasti menyadari hawa keberadaannya.

Sosok itu semakin mendekati halaman belakang pondok. Punggung Vallery semakin menempel pada dinding kayu. Pundaknya naik turun. Memejamkan mata, dia menarik belati di pinggangnya perlahan. Dia tahu apa yang akan dihadapinya. Dan dia tidak mempunyai pilihan.

Begitu Vallery menegakkan punggungnya, sosok itu ikut berhenti melangkah. Mereka berdiri berhadapan dengan rentang jarak empat meter memisahkan mereka. Vallery dapat dengan jelas melihat seringai laki-laki itu. Dan kedua bola mata merah laki-laki itu berkilat lapar. Mengerikan.

Mendadak, Vallery berlari cepat memutari pondok, namun sosok itu dengan mudah mengimbangi Vallery. Sekejap saja sosok itu berpindah menghadang. Bagaikan bayangan dengan kecepatan cahaya.

"Percuma, sayang. Aku pasti akan mematahkan lehermu."

Vallery menabrak dada laki-laki itu.

Sengaja.

Belati perak menancap tepat di dada kiri laki-laki itu. Darah hitam merembes deras membasahi jubahnya. Sosok itu berdiri tegap, wajah pucatnya menatap Vallery dengan tatapan merendahkan.

"Kau tidak akan bisa membunuhku dengan i-"

Vallery tersenyum sinis. Belum sempat laki-laki itu menyelesaikan ucapannya, kedua tangan Vallery mendorong keras laki-laki itu sampai dia kehilangan keseimbangan. Sosok itu mengerang, semakin keras begitu tubuhnya terbakar api unggun yang dibuat ayah Vallery.

Tanpa membuang kesempatan, Vallery berlari memasuki hutan lebih dalam lagi. Tidak peduli ranting-ranting pohon merobek ujung gaun tidur putihnya, dia berlari menembus hutan di dalam kegelapan malam. Udara dingin tampaknya tidak terlalu berefek pada tubuh Vallery. Tubuhnya menggigil ketakutan. Seluruh emosi bercampur aduk dalam dirinya. Dia senang dia dapat kabur dari vampir itu. Sedih melihat keluarganya terbunuh. Dan marah karena tidak bisa membunuh vampir itu.

Vallery berhenti sejenak untuk mengambil getah daun Cremoile. Dengan tangan gemetar, dia membaurkannya pada seluruh tubuh. Setidaknya daun itu dapat menyamarkan aroma tubuhnya. Vampir itu tidak akan tewas begitu saja di dalam percikan api. Sosok itu terlalu kuat untuk dirinya. Kemampuan berkelahinya tidak cukup kuat untuk melawan vampir tingkat atas yang lapar. Bahkan seorang vampire slayer sekelas ayahnya tidak dapat mengalahkannya. Alfon Hellsing, ayahnya adalah salah satu pembasmi vampire legendaris paling ditakuti di dunia kegelapan itu walau tidak sehebat kakeknya Vallery, Christ Vander Hellsing. Beliau adalah pembasmi makhluk kegelapan paling dihormati sepanjang masa. Kakeknya itu telah membunuh dan menyegel banyak makhluk kegelapan.

Dan vampir yang membunuh orang tuanya tadi pasti salah satu dari makhluk kegelapan yang disegel kekuatannya oleh kakeknya. Mereka kerap mencari keturunan Christ Vander Hellsing. Dan itulah sebabnya keluarga Vallery sebagai satu-satunya keturunan Christ Vander Hellsing selalu hidup dalam ketakutan dan berpindah-pindah. Dan sekarang Vallery ialah satu-satunya keturunan langsung Christ Vander Hellsing. Tetapi apa yang akan mereka cari jika kunci penyegel itu juga tidak diketahuinya?

Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang