4. Release Date

35 5 1
                                    


Sudah selesai. Ruang rapat yang biasanya penuh dengan kursi, kini sudah disulap menjadi ruang simulasi. Di tengah ruangan itu, sudah berdiri tegap replika tempat kaca yang digunakan untuk menyimpan buku itu di Museum Kesenian Indonesia. Tempat kaca itu dibuat sangat mirip. Sebuah balok dari kaca berukuran 50cmx50cm dan tinggi 30cm. kaca itu diletakkan di atas penyangga dari besi yang disekrup ke lantai. Kaca itu menempel erat pada besi tersebut. Satu-satunya cara untuk memasukkan atau mengeluarkan sesuatu dari kaca itu adalah dengan membuka bagian atapnya. Namun kini, katup itu terkunci dengan gembok yang menggantung di bagian belakang dari kaca itu.

Di sebelah kaca itu, berdirilah beberapa orang. Merah berkata pada rekan-rekannya, "Ah. Selesai juga ini kaca. Hei Ungu! Sudah mirip atau tidak?"

Ungu mengeluarkan handphonenya, "Mirip banget."

Biru bertanya, "So, can you pull it off?"

Ungu menjawab, "Well. Let's see." Ungu menoleh ke arah pink yang duduk agak jauh dari situ. Pink sedang sibuk sendiri dengan laptopnya. Ungu berseru, "Pink! Gambar di kamera kita sama gambar di museum, udah sama kan?"

Pink melihat di laptopnya yang sudah tersambung dengan hardware-hardware lainnya. Salah satunya tersambung dengan kamera yang dipasang di langit-langit ruangan itu. Kamera itu diletakkan persis seperti letak kamera di museum. Dalam aksi mereka nanti, itulah musuh terbesar mereka. Pink berkata, "Aman! Aku yang masang sendiri kameranya. Sudah pasti pas!"

Biru mengeluh, "You know what? This is too much." Biru melihat ke arah Hitam, "Do we have to do this?"

Hitam menjawab, "Iya. Ini penting supaya kita tidak melakukan kesalahan nantinya."

Biru menyela, "Not this. I mean, this entire heist. Look, those people have a lot of money to hire us. Can't they just bribe the museum?"

Hitam mengacungkan ketiga jarinya. "Oke satu. Buku itu adalah salah satu karya penting yang ada di Museum Kesenian Indonesia. Jadi kalau buku itu hilang, akan ada penyelidikan besar-besaran. Siapapun yang disogok oleh mereka, pasti terseret. Saya yakin dibayar berapapun, tidak ada yang mau meresikokan hal itu. Kedua, hal pertama tidak berlaku pada kita karena kalau rencana ini berhasil, tidak akan ada yang sadar bahwa buku itu hilang."

Hitam mendekat pada Biru lalu menatapnya dalam-dalam. Hitam berkata, "Ketiga, kamu harus ingat bahwa ada sesuatu yang lain, selain uang yang mau kamu perjuangkan. Ada rahasia yang masih mau kamu lindungi. Rahasia itu juga kan yang membuatmu bicara menggunakan Bahasa Inggris sepanjang waktu. Remember, Blue. I know."


Biru merasa terpojokkan. Dunia yang sudah ia tinggalkan bertahun-tahun yang lalu, dibawa kembali di hadapannya. Itulah mengapa ia tidak suka dengan apa yang tim ini kerjakan. Biru sudah tidak mau lagi mencuri. Sejak beberapa tahun yang lalu, Biru sudah pensiun sebagai pencuri kendaraan bermotor.

Ketika ia masih SMA, ia berkenalan dengan dunia balap liar. Lewat dunia itulah ia terlibat dengan mafia penguasa kotanya. Tentunya ia tidak berbisnis langsung dengan petingginya. Biru hanyalah kacung yang dilatih dan disuruh mencuri motor dan mobil untuk menambah kekayaan keluarga mafia tersebut. Namun berkat pengalaman itu, Biru menguasai berbagai macam teknik mencuri kendaraan. Bisa dibilang, Biru tak perlu takut lagi jika kunci kendaraannya hilang. Ia tetap akan bisa membawanya pulang.

Hampir dua tahun menjadi bawahan mafia, Biru sadar bahwa jalan yang ia tempuh tidak akan membawanya ke mana-mana. Itulah mengapa ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan izin pergi ke Jawa untuk kuliah. Bos mafia itu mengizinkannya pergi dengan syarat jika Biru buka mulut tentang operasi kejahatan yang dimiliki bos mafia itu, keluarga Biru tidak akan selamat. Biru menerima syarat itu lalu pergi.

Cinematic Crime (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang