8. Masa Lalu

1.2K 176 41
                                    

Pagi harinya, Jeon Jungkook dan Kim Seokjin, yang sudah resmi dengan marga barunya, Jeon, karena kini sang pemilik hati sudah mengklaim dengan jelas, tanpa harus menyatakan sebuah untaian frasa ringan tentang seberapa besar pria itu mencintai dirinya. Karena bagi Seokjin, kini Jungkook telah menerimanya dengan sukarela. Keduanya duduk di sofa ruang tengah.

"Aku-" Jungkook berkata, namun kembali membuat jeda tatkala netranya bersibobrok dengan netra hazel milik Seokjin.

"Kenapa?"

Melihat Jungkook yang ragu, Seokjin bertanya dengan mengalihkan pandang ke arah televisi yang menampilkan acara kartun kesukaannya.

"Ya!"

Teriakan Seokjin menggema seiringan dengan layar televisi yang berubah total hitam, karena dimatikan oleh pemiliknya.

"Sebentar," menghiraukan Seokjin yang menatapnya tajam, Jungkook berjalan masuk ke arah kamarnya, lalu keluar dengan buku bersampul hitam ukuran sedang, tidak tebal namun tidak tipis juga.

"Ini," buku itu ia serahkan pada Seokjin.

Seokjin mengernyit, saat ia membuka satu halaman pertama, atensinya terfokus pada nama seseorang disana.

Bitter sweet past, Lisa.

"Apa?"

"Kau bertanya saat di Daegu, kan? Tentang mengapa aku selalu mengigau pukul tiga pagi?"

Seokjin mengangguk, "tapi aku kan sudah bilang, kalau kau tidak mau tak apa. Kenapa malah memberiku buku?"

"Ceritanya ada di situ, aku tak begitu ingat jika diceritakan."

Seokjin mengangguk, ia membuka halaman demi halaman.

Halaman satu hingga tengah, hanya bercerita tentang manisnya hubungan keduanya.

Entah itu berhubungan dengan acara kencan mewah, sederhana, atau bahkan bercerita tentang awal hubungan keduanya.

Tertulis, setelah pendekatan selama dua tahun, akhirnya Lisa menerima Jeon Jungkook sebagai kekasih. Kurasa, harusnya aku bahagia, karena memang aku bahagia. Seokjin menyemburkan sebuah tawa renyah saat melihat kalimat tak beraturan di sana.

"Kenapa?"

"HAHAHA KENAPA KAU BODOH SEKALI JEON?" Tak bisa menyembunyikan, suara tawa Seokjin terdengar lantang, namun masih merdu di rungu Jeon Jungkook. Belum lagi, netranya yang seindah bulan itu menyipit manis, juga pipi yang mencuat lucu, dan ekspresi bahagia yang membuat Jungkook rasanya semakin susah.

Susah melepas.

Susah meninggalkan.

Susah ditinggalkan.

Susah segala-galanya.

Seokjin menyusahkan. Seharusnya ia dilaporkan ke pihak berwajib! Jika ditanya jawab saja meresahkan. Iya benar, meresahkan hati Jeon Jungkook. Tanpa sadar, senyum kecil tersungging dibibirnya, membuat Seokjin menghentikan tawa.

"Kalau kau tersenyum, tampannya berlipat-lipat." Seokjin menggoda, niatnya. Tapi langsung diberikan hantaman keras pada wajah karena lemparan bantal sofa, yang sakitnya tiga kali lipat dari pada bantal di tempat tidur.

"Sudah baca saja!"

Dengan sebal, Seokjin menggerutu, sejujurnya ia tidak mau membacanya. Karena tertulis bagaimana gilanya Jeon Jungkook mengejar hati pujaannya. Bagaimana gilanya Jeon Jungkook yang merelakan segenap jiwa raga untuk menyenangkan hati kekasihnya. Bagaimana besarnya cinta Jeon Jungkook bagi Lisa, menyakitkan untuk Seokjin yang bahkan tidak pernah dilirik.

MelifflousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang