Part III 🌻 Bukan lagi tentang kita?

62 37 7
                                    

Setelah melihat Eyla yang sudah menghilang dari jarak pandangnya, Rey lekas menaiki mobilnya dan meninggalkan bandara.

Kalau kalian belum tau nama lengkap Rey, namanya adalah Rey Aditya, pemuda tampan khas asia. Mata hitam pekatnya mampu menarik seseorang untuk tenggelam pada pesonanya, bibir tipis di wajah yang tegas mampu membuat lawan jenis terkagum, badan tegap proporsionalnya membuat Rey semakin menawan.

Kini Rey sudah berada di cabang perusahaannya, hari ini Rey akan bertemu koleganya. Bertemu mitra untuk membangun kerja sama. Rey sudah terbiasa hidup mandiri, ya meskipun dia lahir di keluarga yang terpandang. Ini adalah salah satu cabang perusahaannya, dirinya ingin langsung menerima koleganya yah sekalian dia berlibur.

"Pak Rey, ada yang sudah menunggu Anda." Ucap seorang sekretaris saat Rey hendak masuk ke dalam kantornya.

"Sudah di persilahkan masuk?" Tanya Rey.

"Sudah pak." Jawab sang sekretaris yang di balas anggukan oleh Rey, lalu setelahnya Rey mendorong pintu ruangannya.

Disana sudah ada seorang pria dan seorang wanita yang menunggu Rey. Di sana ada Elon dan seorang wanita. Rey tak tak tau seperti apa wajah Elon, dia hanya pernah mendengar namanya ya dan sebagai pacarnya Eyla.

Elon dan wanita itu berdiri saat melihat Rey sudah ada di dalam ruangan.

"Maaf membuat kalian menunggu." Ucap Rey saat melihat tamu pentingnya.

"Kami tidak menunggu lama pak." Jawab Elon sambil menjabat uluran tangan Rey.

Entah kebetulan atau apa wanita yang ada di samping Elon adalah mantan kekasih Rey sewaktu sekolah dulu. Rey dulunya cukup nakal, astaga rasanya Rey ingin tertawa karena sungguh di luar dugaan.

"Ara?" panggil Rey saat matanya menatap sesosok wanita yang ada di samping Elon sambil tersenyum hangat.

"Pak Rey." Sahut Ara sambil tertawa pelan sambil menjabat uluran tangan Rey.

"Ah iya, silahkan duduk." Ucap Rey lagi sambil mempersilahkan Ara dan Elon untuk duduk. Dan ya disini Rey belum tau kalau itu Elon.

"Ah iya Rey, kenalin ini Elon calon tunanganku." Ucap Ara sambil memperkenalkan sosok pemuda yang ada di sampingnya.

Mendengar nama Elon yang keluar dari mulut Ara membuat Rey tak dapat menyembunyikan raut wajah keterkejutannya yang sangat-sangat ketara.

Matanya dengan cepat menatap wajah yang ada di depannya itu. Rasanya Rey sangat ingin meninju wajah itu saat senyum bertengger di wajah yang menurut Rey tidak ada tampan-tampannya.

Walaupun Rey tau kalau senyum itu tidaklah tulus, namun ada sebagian hati Rey yang marah dan kesal.

Seketika sosok Eyla terbayang di pikiran Rey, membayangkan raut wajah Eyla yang berubah setelah mengetahui ini, astagaa Rey tak sanggup membayangkannya.

Tapi Rey harus menyikapinya dengan profesional, karena ini menyangkut pekerjaan. Dengan senyum kaku Rey tertawa sambil mempersilahkan pegawainya yang hendak mengantar minuman untuk mereka.

"Elon adalah pemegang saham terbesar di grup Ans. Kau tau kan Rey, aku membawanya kemari setelah dia menyutujui saranku untuk menjalin hubungan kerja sama dengan Bos besar Suns kita."Lanjut Ara sambil menjelaskan kedatangan mereka di anak Perusahaan Rey.

Setelahnya mereka membahas tentang rencana kerja sama mereka, membicarakan peluang untuk mendapat keuntungan di masing-masing perusahaan.

Dengan sebisa mungkin Rey berusaha meredam amarahnya. Sorot mata Rey tidak bisa membohongi Elon. Elon mengira karena dia adalah calon tunangan Ara, namun Elon tidak tau alasan sebenarnya.

Kini Rey sendiri di ruangannya, pembicaraannya dengan pemuda keparat itu sudah selesai. Kini Eyla lagi-lagi memenuhi isi kepalanya, apa yang harus Rey lakukan? Apakah dia harus memberitahu Eyla soal ini? Atau dia harus diam...saja?

Rey mengacak rambut hitam legamnya frustasi. Dia lupa kalau dia tak mempunyai nomor Eyla, dan dia tak tau apakah dia akan kembali bertemu dengan Eyla.

Kini mata tajam Rey melihat ke kaca besar yang menembus pemandangan kota yang indah. Nafas Rey terkadang berhembus dengan kasar di sertai berbagai pikiran yang berkecambuk di kepalanya.

Di lain tempat sesosok gadis manis baru saja sampai dia kota kelahirannya setelah berlibur yang hanya satu hari, astaga ini benar-benar melelahkan.

Suara ponsel yang berdering sedikit mengagetkan gadis itu. Dengan cepat di rogohnya tas kecilnya dan segera mengambil ponselnya dan menekan tombol hijau.

"Aku baru saja ingin menelpon bee, ini udah sampai bandara." Jawab Eyla, ya ternyata Elon yang menelpon Eyla.

"Syukurlah. La." Sahut Elon disana.

"Iya bee." jawab Eyla sambil melangkahkan kakinya ke pintu keluar bandara. Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan papanya yang katanya ingin menjemputnya.

"Aku akan kembali minggu depan." Ucap Elon dengan nada berat dan helaan nafas yang terdengar kasar.

"Utuututtu tayang." Sahutan dari Eyla sembari di iringi gelak tawa gadis itu sedikit banyak membuat beban Elon terangkat. Astaga, apa yang sudah Elon perbuat?

"Ga apa-apa bee. Aku ngertiin kamu kok. PAPA!!" Teriak Eyla dengan keras saat dia melihat seorang lelaki paruh baya ya yang masih terlihat lumayan oke.

"Yaudah bee, aku tutup ya. Nanti kalau sudah sampai dirumah aku telpon. Okey?" sambung Eyla sambil tergelak sebab Papanya sudah menjitak kepala Eyla sambil pura-pura marah.

Setelahnya panggilan terputus, karena terlalu asik dengan papanya, Eyla tidak mendengar suara seorang wanita yang memanggil nama Elon di sana.

"Elon?" Panggil Ara yang kini berdiri di samping Elon. Meraka sedang menghadiri pesta salah satu kolega Elon. Entah kenapa dia bertemu Ara di lombok. Apa Ara mengikutinya? Semua ini membuat Elon pusing.

"Eyla?" tanya Ara lagi. Entahlah, Ara sendiri sudah tau bahwa Elon sudah merajut kasih bersama dengan wanita lain. Tapi kenapa meraka tidak mengakhiri ini?

Pertanyaan Ara hanya di balas oleh helaan nafas Elon yang berat, raut wajahnya seketika berubah.

Bayangan Eyla kini sudah memadati pikiran Elon. Gelak tawa Eyla barusan begitu terngiang-ngiang di kepalanya.

Kenapa dia terjebak di hubungan konyol ini, salahnya yang tidak mengenalkan Eyla dengan keluarganya. Bukan, bukan Elon tidak mau hanya saja dia rasa dia belum menemukan waktu yang tepat.

Dan Ara? Ara adalah teman masa kecilnya lebih tepatnya teman dekat adiknya Elon. Elon punya adik perempuan yang sebaya dengan Ara. Entah sejak kapan Ara menjadi ingin semakin dekat dengannya dan sialnya kini dia dipaksa terikat dengan Ara.

Kini hembusan angin malam menerbangkan helai-helai rambut keduanya, berharap ini semua segera berlalu. Meraka berharap tidak ada lagi luka yang terus menggrogoti hati mereka, tidak ingin melukai siapapun. Meraka hanya ingin bersanding dengan orang yang mereka cintai dan orang yang mencintai mereka.

Di sisi lain ada kehangatan yang semua orang tak ingin itu berubah menjadi dingin, ada gelak tawa yang semua orang ingin itu tetap terdengar, ada keceriaan yang semua orang ingin itu tetap ada di gadis yang kini sedang menikmati waktu bersama orang tuanya.

Tapi, tak ada yang tau seperti apa kedepannya. Meraka semua berharap untuk terus ada di ruang lingkup kebahagian dan kehangatan yang terus memeluk mereka. ya, hanya itu saja.




.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai, its okey of its not you balik lagi. Bakalan crazy up loh. Semoga suka ya💕

Vote dan komen tetap jadi semangat❤️

It's Okay If It's Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang