Matahari Sore

4 1 0
                                    

"GOOD MORNING EVERYONE"

Kegaduhan di dalam kelas sekejap berubah menjadi sepi.

"OKAY HEAD OF THE CLASS, please help me to collect all your friends homework."

Seseorang bangkit dari kursi nya, kegaduhan mulai terjadi lagi.

"Opi, itu siapa?" bisik Gia kepada teman barunya.

"Bu Indra, guru Bahasa Indonesia disini. Kalau yang lagi ambilin tugas anak-anak namanya Rema, ketua kelas disini" balas Opi dengan suara yang lirih.

Sebuah anggukan diberikan Gia kepada Opi sebagai tanda ucapan terimakasih atas penjelasan singkat yang Gia terima.

"Silakan yang merasa belum mengumpulkan maju kedepan," perintah Bu Indra.

Terlihat hanya Jhate dan Gia yang berdiri dari kursi mereka dan berjalan menuju ke depan kelas.

"JHATE LAGI?" ucap Bu Indra dengan nada yang tinggi.

Jhate yang sedang dipermalukan terlihat tidak merasa sedang dipermalukan hanya membalas ucapan Bu Indra dengan senyum dan tawaan lirih.

"Kamu, siapa?"

"Perkenalkan bu nama saya Gia, murid baru disini bu. Ini hari pertama saya masuk sekolah bu. Mohon maaf apabi..." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Bu Indra langsung memerintah Gia untuk duduk di kursinya lagi.

"Terimakasih, Bu Indra" ucap Gia sambil sedikit membungkukkan badannya.

Setelah itu, Jhate tetap berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran selesai.

"Terimakasih semua, jangan lupa untuk tidak meniru perilaku Jhate diminggu depan. Selamat makan siang" ucap Bu Indra dengan mengedipkan 1 matanya kepada seisi kelas.

Terlihat Gia yang sedang sibuk mengemasi alat tulisnya.

"WOY, GIA" seru Jhate sambil menarik tangan Gia untuk segera meninggalkan ruang kelas.

Gia yang sempat merasa tidak nyaman akibat pergelangan tangannya yang ditarik terlalu keras, sempat beberapa kali meneriakan kata sakit kepada Jhate namun Jhate tidak mendengarkan, asik sendiri membayangkan bagaimana serunya menghabiskan waktu dengan anak baru yang sudah Jhate incar semenjak Jhate tiba di gerbang sekolah.

"Duduk sini," pinta Jhate "ada snack banyak, gaboleh cuman ambil 10" canda Jhate.

Gia masih tercengang atas hal yang baru saja menimpanya, hahaha terkesan sebuah kejadian yang tragis, bukan seperti itu. Namun tetap saja cukup membuatnya tercengang.

"Halo? Atas nama Mbak Gia kan ya?" Jhate melambaikan tangannya tepat di depan mata Gia.

"Eh, iya. Maaf, aku masih bingung" ucap Gia sambil memasang ekspresi watados nya.

"Ini Mbak Gia, snacknya sudah datang. Monggo dijamah" Jhate mendekatkan semua snack ke arah Gia.

"Thanks."

"Jadi, kenapa pindah kesini?"

Sambil berusaha membukakan bungkus camilannya, Gia mengangkat kedua bahunya.

Jhate mengambil alih kegiatan buka-membuka bungkus camilan itu dari tangan Gia.

"Dijawab, atuh."

"Mama pindah dinas."

Jhate memberikan beng-beng yang sudah keluar dari bungkusnya kepada Gia.

"Thanks."

"Makan yang banyak, Gi" sambung Jhate.

Pembicaraan terus berlanjut seiring dengan menipisnya camilan yang Jhate siapkan.

Tak terasa waktu pun berlalu, keduanya tidak sadar bahwa waktu istirahat sudah habis. Seingat Gia, yang mengingatkan mereka pada waktu adalah sinar matahari yang mulai berubah warna menjadi jingga. Ya, panggilan alam untuk masing-masing jiwa muda agar segera meninggalkan tempat mereka berada dan menuju pulang untuk beristirahat.

Tidak ada pembicaraan yang istimewa. Jhate yang tampak kagum dengan perawakan Gia, sisi lain malah sebaliknya.

Beberapa pertanyaan yang disampaikan Jhate, secara tidak langsung memaksa Gia untuk memutar kembali memori masalalu di otak Gia. Membuat sang puan terus tenggelam dalam pemikirannya tentang bagaimana masalalu berusaha menenggelamkan mimpinya.

Gia berterimakasih kepada senja yang tidak malu untuk mengingatkan waktu. Perasaan lega menyelimuti Gia begitu Gia sudah sampai di dalam kamar.

"What a day, Jhate."


-

-

-

-

-

-

PLEASE GUYS, NEXT WEEK OK?
thankyou, love <3.

Sudut PandangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang