| Prologue |

467 46 10
                                    

"Wei Ying."
Lan Wangji menggenggam erat jemari dingin milik Wei Wuxian. Tangan putih dengan beberapa bercak darah yang masih membekas itu tampak sedikit bergetar disaat ia tetap memaksakan dirinya untuk menyalurkan energi spiritualnya. Siapa pun yang memiliki niat sedikit saja untuk memperhatikannya pasti tau kalau pemuda Lan itu sedang diambang batas kekuatannya.

Namun, sosok pemuda dengan pita merah menghiasi rambutnya yang ternoda oleh darah itu kini terlalu kacau hanya untuk sekedar memperhatikan orang yang berlutut sambil memegang jemarinya.

Wei Wuxian hanya duduk. Berhadapan. Namun, tak sedikit pun ia memperhatikan pemuda dari Gusu Lan didepannya. Matanya lurus, pandangannya kosong, pikirannya berkecamuk, jiwanya... Mati.

Jiwanya telah mati disaat ia melihat satu-satunya orang yang selalu percaya kepadanya terhunus oleh pedang yang ditujukan untuk dirinya.

Shijie...


Shijie telah mati.

Jika satu-satunya orang yang percaya kepadanya kini telah mati, maka apa arti dari setiap nafasnya saat ini? Apa arti dari yang selama ini ia perjuangkan?

Selama ini, apa yang sebenarnya telah dilakukannya?

Melindungi Yunmeng jiang?
Tapi... Ia bahkan kini tak lagi bagian dari Yunmeng. Semua orang mengenalnya sebagai pemberontak laknat yang tak tahu balas budi. Yunmeng jiang telah hancur, dan itu semua karena dirinya.

Menyelamatkan orang-orang yang tersisa dari sekte Wen?
Tapi... Wen Qing... Wen Ning... Paman Keempat... Bibi... Semuanya telah mati. Bahkan A-yuan, balita kecil itu pun tak luput dari kehancuran yang dibawanya.

Lalu, apa?

Membahagiakan Shijie?

Hah, omong kosong. Bahkan dirinya tak berani mengucapkan kata maaf kepada Shijie-nya.

Dan jika ia berani pun... Sudah telat. Sudah terlalu telat. Sudah terlalu telat karena kini pasangan bahagia itu telah mati karena dirinya!!

Dia... Merusak kebahagian semua orang.

Dia... Tak pantas hidup.

Mati.

Ia sebaiknya mati saja!!

Mati!!

Mati!!

Mati!!

Mati—

—lalu membawa semua para bajingan serakah penuh Hiprokriti itu keneraka bersamanya.

Benar...

Semuanya akan lebih baik—



—Jika ia mati.

Saat pemikirannya sampai dititik buta, pandangannya meredup. Yang semula seperti diambang kematian, kini... telah mati total. Tak ada secercah harapan untuk kehidupan disorot matanya sedikitpun.

Lan Wangji membeku untuk sesaat. Ia merasakan setiap perubahan disekitar Wei Wuxian. Ia merasakan betapa sorot mata gelap itu semakin kelam tanpa adanya cahaya sedikitpun. Perbedaan suhu badan pemuda Wei itu pun tak luput dari perhatiannya. Dingin. Semakin dingin, terlalu dingin seperti mayat yang tak lagi memiliki nyawa.

Lan Wangji, untuk pertama kalinya mengenal apa itu rasa takut.

Wei Wuxian sedang kacau dan terpuruk. Sedang sedih dan terluka. Lan Wangji bisa mengetahui semuanya.

Meet You Under The Heavens. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang