Sepuluh tahu lalu
"Jen! Jun!"
Seorang anak kecil laki-laki memangil anak perempuan bersama anak laki-laki yang sedang bermain sepak bola di tengah lapangan rumput yang luas siang hari ini. Tiga sahabat yang langka di dunia sudah seperti Ferrel Rachel dan luna, bedanya ini dua laki-laki dan satu perempuan
"Ada apa Jan? Katanya gak mau main?" Tanya Jeni
"Maafin aku Jen, Jun, bukannya aku gak mau main, tapi tadi mamah sama papahku pergi ke pengadilan"
"TERUS?" tanya Jeni dan Juni serempak
"Cerai"
Jeni dan Juni langsung memeluk Janu
"Kenapa kamu gak bilang Jan?" Tanya Jeni
"Maafin aku, aku takut kalian inget masalah kalian juga"
Pelukan mereka pun lepas. Janu mengusap air matanya dengan punggung tangan
"Sekarang, aku takut sama cinta" ucap Janu sedih
"Jangan kaya gitu, lagian kita masih tujuh tahun" jelas Jeni
Mereka tertawa mendengar apa kata Jeni yang benar nyatanya
"Ya udah kalau gitu kita janjian aja jangan ada yang punya pacar..." Usul Janu
"kok gitu?" Potong Jeni dan Juni kompak
"Ih aku belum selesai ngomong! Dengerin nih......Nungguin yah?"
"IH JANU!!!" Ketus Jeni dan Juni gemas
"Jangan ada yang punya pacar sampai kita bener-bener siap! Gimana?" Tanya Janu dengan tatapan meyakinkan
"Siap apanya?" Tanya Jeni tak mengerti
"Ya siap lahir batin Jen" jawab Janu
"Siap lahir batin buat sakit hati kali" ucap Juni
"Nah ini maksudku" Janu tertawa tanpa suara
Jeni dan Juni diam tidak berbicara lagi
"Eh kok bengong!, Gimana?" Tanya Janu
"Ya aku sih, siapa takut" jawab Juni
"Ya udah, tapi aku mau ngusulin satu janji lagi ya?" Pinta Jeni
"Janji apa?" Tanya Janu dan Juni bersamaan
"Jangan ada yang ninggalin satu sama lain karena apapun, terkecuali..."
"Nikah?" Tanya Janu
Jeni menggelengkan kepala
"Mmm.. sampai maut menjemput kita gitu?" Tanya Juni
"Nah ini, kayak orang tua kita" jawab Jeni dengan ibu jari yang berdiri
"Ya pasti iya Jen" ucap Janu
"Apalagi aku Jen" sambung Juni
"Janji?" Tanya Jeni dengan memberdirikan jari kelingkingnya
"JANJI" jawab Janu dan Juni dengan menautkan jari kelingking mereka dengan jari kelingking Jeni.
Mereka saling menatap dengan senyuman yang bahagia. Dalam hati mereka juga saling berdo'a, agar bisa seperti orang tua mereka yang masih bersahabat sampai sekarang, bahkan sampai diwarisi kepada anak-anaknya dan sampai orang tua mereka single perent pun, mereka masih bersahabat. Jani Aurel, Joshua fasya, dan Johand djafar ( mamah Janu, Papah Jeni, dan Papah Juni).
"Ayo main sepak bola lagi" ajak Jeni
"Ayo siapa takut?" Jawab Janu
"Ayo yang menang ditraktir cimol ya" tantang Juni
"Yang kalah ditraktir cilung" Janu ikut-ikutan
"Kamu si pasti kalah Jan" canda Jeni
"Ya gak apa-apa yang penting ditraktir"
Soal bermain sepak bola Juni dan Jeni lah jagonya, tapi untuk Janu lebih memilih mengajukan traktiran untuk yang kalah karena dia selalu kesulitan memasukan bola ke gawang yang Jeni jaga. ya, Jeni ahli dalam menjaga gawang.
Mereka pun langsung bermain sepak bola. Jan Jen Jun lah tokoh utama dari cerita warisan Rachel Ferel dan luna yang membuat manusia takut dengan yang namanya friendzone dan friendship. Apakah mereka akan takut? Atau akan menantang hal tersebut?.
***
Hallo hallo pembaca
Ini baru part awal yang menceritakan singkat masa kecil Jan Jen Jun ya.. selanjutnya akan ada pertanyaan yang membuat kalian tak ingin meninggalkan Jan Jen Jun
Jangan lupa vote dan komen kalian, selalu Jan Jen Jun tunggu
Kalian amat berarti bagi Jan Jen Jun
Salam hangat
Pebi sus
KAMU SEDANG MEMBACA
Jan Jen Jun ( On Going )
Ficção Adolescente"Jan, Jun, lu suka cewek kaya gimana?" tanya Jeni sangat antusias "SUKA KAYA LU!" jawab Janu dan Juni serempak "kalau lu suka cowok kaya gimana Jen?" tanya Juni sendiri "Suka kaya lu berdua" Janu dan Juni pun saling menatap ... ini cerita anti mains...