Cuaca siang ini memang bisa diakui sangat terik dari biasanya. Matahari seakan memancarkan cahaya sepenuhnya. Terik yang membuat sebagian manusia merasa gerah. Bahkan sangat gerah. Tangan itu meraba isi tas kerjanya mencari satu benda yang mungkin bisa menghilangkan keringat yang mulai muncul di dahinya. Setelah benda itu di dapatkan dia langsung mengusap dahinya. Satu tangan lainnya tak tinggal diam untuk mengibas-ibaskan ke arah lehernya.
"Hahh, panas banget dah." Keluhnya sambil mengibas-ibaskan tangannya lebih cepat. "Lagian ini si Nafi lama banget."
Dari arah jarak pandang sepuluh meter matanya menangkap sosok laki-laki yang ditunggu sedari tadi. Berjalan dengan begitu santainya seperti tidak punya salah karena sudah membuat orang lain menunggu. Rambut hitam pekat yang terlihat baru saja terkena air di tata rapi menyisir dengan jarinya ke arah belakang hingga membentuk belahan dari jarinya. Kemeja warna navy dengan celana kain warna hitam. Dan, oh tidak lupa dengan outer andalannya yang kali ini bewarna abu-abu muda. Sedikit stylish memang tetapi tidak mengurangi maco pada dirinya.
"Sumpah, lama banget kemana aja, sih?"
Menarik nafas sekali baru Nafi menjawab "Sorry, habis beli sesuatu, perasaan tadi juga udah aku suruh balik duluan kenapa malah nunggu aku, Del?"
Della memutar matanya, "Segitu teganya biarin gue balik ke kantor pake kaki? Dasar."
Nafi terkekeh lalu menarik tangan Della menuju mobilnya dan balik ke kantor bersama. Sampai di depan mobilnya, kini ganti Della yang tertawa membuat Nafi bingung. Tangan Della langsung menuju kerah outer Nafi yang berdiri tidak rapi membuat sang empunya terlihat minus di depan orang lain. Terlihat tidak seperti biasa yang terkenal dengan kerapiannya.
"Nggak rapi banget deh, Naf."
Nafi langsung menghadap ke mobil yang memantulkan bayangan setengah tubuhnya untuk merapikan dirinya sekali lagi walaupun sudah dirapikan oleh Della "Makasih,"
Sebelum memasuki mobil, Nafi melihat seorang cowok di tepi jalan bersama cewek. "Em, Del."
Merasa terpanggil Della menoleh ke Nafi, "Kenapa?"
Telunjuk Nafi bergerak menunjuk ke arah cowok yang dilihat tadi. "Itu cowok kamu, kan?" selesai mengucapkan pertanyaan itu, cowok yang ditunjuk Nafi menoleh tepat kearahnya dengan raut muka kaget.
"Rendra?" Nafi mengangguk sambil melihat cowok itu yang telah berjalan ke arahnya.
"Hai, kamu habis dari mana?" Tanya Rendra setelah berdiri di hadapan Della dan Nafi. "Naf," sapanya.
Nafi mengangguk dan membalas sapaan Rendra. Menghela nafas pelan agar tidak tedengar seperti dengusan. Nafi cukup paham dengan situasi ini, bahkan dia juga sangat hafal. Nafi memutuskan menunggu di samping pintu mobil kemudi sambil memperhatikan ponselnya. Mengecek apakah ada panggilan dari bos untuk segera kembali, mengingat dia akan ada meeting besar-besaran.
"Aku habis belanja sesuatu sama sepupu aku. Kamu habis dari mana?"
"Sama, tadi niatnya mau beli sesuatu, tapi barangnya lagi nggak ada."
"Kamu mau aku kenalin sama sepupu aku? Itu dia ada di sana."
Mendengar hal itu Nafi langsung menolehkan kepalanya ke Della. Lagi dan lagi Della menggeleng. "Nggak usah, lagian aku juga mau balik ke kantor mau meeting."
Kali ini Nafi mendengus kesal sudah bodo amat jika dia tertangkap basah. Serius, Del?.
Akhirnya obrolan yang terasa memuakkan bagi Nafi itu selesai juga. Della langsung memasuki mobil diikuti dirinya. Melajukan mobil menuju kantor. Beruntunglah mereka hari ini karena kurang dari 15 menit lagi meeting di mulai dan jalanan tidak macet. Sebelum Della keluar dari mobil, Nafi mengucapkan kesekian kalinya yang membuat Della jengah.