2-Departure

330 43 3
                                    

   Dengan wajah riangnya Mikasa mulai menaiki setiap anak tangga yang menuju ke kamarnya. Dibukanya pintu penghubung dengan kamarnya dan tampak sebuah ruangan dengan dekorasi sederhana. Mikasa mulai melangkahkan kaki dan manjatuhkan dirinya ke tumpukan bantal yang ada di atas tempat tidurnya.

   "Eren.." keluhnya sambil mulai mengambil handphonenya yang berada di sakunya. Tampak ia mulai memindahkan jarinya dari bawah ke atas berkali-kali di atas layar handphonenya. Mencermati isi handphone itu dengan seksama hinggak berhenti di sebuah bagian yang membuatnya terdiam.

   "Eren... aku merindukanmu," bisik Mikasa dan terlihat bahwa Mikasa sedang melihat pesan terakhirnya kepada Eren yang tidak kunjung datang balasannya. Mikasa lalu menutupi wajahnya dengan syal merah pemberian Eren dan mulai memejamkan matanya hingga ia tertidur lelap.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

   Disisi lain, tampak Erwin yang saat ini berada di depan pintu ayahnya, ia mulai mengetuk pintu dan membukanya setelah terdengar jawaban dari balik pintu itu. Di meja kerjanya, Mr.Smith terlihat sibuk melakukan pekerjaannya. Setelah melihat kedatangan anaknya itu ia mulai meninggalkan pekerjaannya dan beralih kepada anaknya.

"Ayah, aku mau menyampaikan jika Levi mengikuti beasiwa ke Prancis itu. Apa ayah memperbolehkannya?" tanya Erwin.

"Ayah memperbolehkannya."

"Kenapa? Bukannya ayah tahu dampak jika dia pergi ke sana?"

"Ayah tahu, tapi itu adalah keinginannya dan keinginan 'dia' juga. Ayah mau ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan, dan kurasa Jepang juga sudah bukan tempat yang aman lagi untuknya." jawab Mr.Smith.

"Apa maksud ayah? Mereka akan datang?"

"Ya, maka dari itu jika ada apapun yang terjadi pada ayah, pergilah menyusul Levi." ucap ayahnya, Erwin pun hanya terdiam mendengar ucapan ayahnya tersebut. 


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mereka tiba di hari dimana mereka akan berangkat ke Prancis. 

"Barang kalian sudah kalian siapkan?" tanya guru pembimbing mereke, Pak Hannes.

"Sudah pak," Jawab Mikasa sambil mendorong tas koper merahnya. Sedangkan Levi berjalan di belakangnya. Tidak lupa saat ini keluarga mereka sedang bersama mereka untuk mengantarkan keberangkatan mereka.

"Sudah tidak ada yang ketinggalankan Mikasa?" tanya Carla setelah mereka berhenti di depan pintu masuk bandara.

"Tidak ada kok bu," jawab Mikasa dan dibalas dengan senyuman yang tersungging di wajah ibunya.

"Baguslah kalau begitu, di sana kamu jangan lupa makan yang sehat ya. Jika ada apa - apa telponlah ibu dan tentunya Eren. Ini rumah sakit milik ayahmu beserta alamat dan nomer teleponnya." kata Carla sambil memberikan selembar kertas kecil dan menutup telapak tangan Mikasa dengan kedua tangannya. "Hati - hati ya Mikasa," lanjut ibunya.

"Terima kasih bu, kalau sudah sampai aku akan memberi tahu ibu." jawab Mikasa lalu membungkukkan tubuhnya. Levi menyaksikan hal itu dan tidak menghiraukan Erwin yang terus mengajaknya bicara, lebih tepatnya menasehati Levi.

"Jangan sekali - kali kamu menginjakkan kakimu ke Jerman." kata Erwin memperingatkan. Levi mulai menoleh ke arah Erwin.

"Kenapa?" tanya Levi.

"Kamu lupa? Itu salah satu syarat kamu bisa mengikuti beasiswa ke Prancis." jawab Erwin.

"Bukan itu yang kumaksud, ck. Alasan kenapa aku tidak boleh ke Jerman?"

My Cold Hearted Neighbor [Rivamika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang