1 - Beasiswa

756 51 8
                                    

"Mikasaaa!!!" suara yang menggemparkan seluruh orang yang berada di kantin itu berasal dari Armin Arlert yang merupakan teman masa kecilnya Mikasa. Mikasa menoleh setelah ia berhasil meneguk segelas air putih yang kini berada di tangannya.

"Ada apa Armin?" Tanya Mikasa dengan nada anggunnya.

"Selamat!! Kamu berhasil mendapatkan beasiswa ke Perancis!!" Jawab Armin. Mikasa pun tidak bisa menutupi senyum bahagia yang kini terpampang di wajah cantiknya. "Benarkah?" Tanya Mikasa sambil menutupi senyum bahagianya dengan telapak tangan kanannya.

"Iya! Selamat! Akhirnya kamu bisa mendapatkan beasiswa ke Paris dan bisa menyusul Eren di sana!" Jawaban Armin tersebut berhasil membuat mood Mikasa yang buruk dikarenakan ia sudah lama tidak bertemu dengan Eren menjadi baik lagi. Tidak ketinggalan juga, Levi mendengar berita tersebut. Ia sudah lama duduk di pojok kantin yang bisa melihat Mikasa dengan leluasa.

Levi tersenyum tipis dan hal itu diperhatikan oleh teman dekatnya yang sangat gila, Hanji. "Barusan kamu tersenyum?' Hanji menatap Levi dengan muka tidak percaya.

"Cih, itu tidak masuk akal!" Jwab Levi, namun Hanji tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya dan beralih menanyakan pertanyaan yang sama kepada Erwin.

"Barusan Levi tersenyum kan Erwin? Aku tidak berhalusinasi kan?" Erwin menatap Hanji dan menghentikan tangannya yang akan menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.

"Ya, kurasa dia tersenyum." Jawab Erwin yang berhasil membuat Hanji menyeringai kecil dan Levi yang merasakan aura keanehan mulai mucul di tubuh perempuan itu.

"Aku tidak tersenyum!" Levi mendengus kesal.

Hanji mulai menyeringai lagi. "Hei Levi! Yang dikatakan Erwin itu mutlak dan aku sebagai saksinya juga! Jangan berbohong kepada kami!"

"Aku ti-"

"Mana mana sepertinya kamu tersenyum karena melihat sesuatu!" Ucap Hanji memotong perkataan Levi. Levi mendorong muka Hanji supaya ia tidak mendekati tubuhnya.

"Kamu berisik, kacamata! Mengganggu makan siangku." Ucap Levi yang beranjak berdiri dari tempat duduknya lalu meninggalkan kedua orang itu.

Hanji mulai berbisik – bisik dengan Erwin. Ia tahu bahwa ada yang mencurigakan dari teman dekatnya itu.

"Apa kamu melihat arah tatapannya tadi Erwin?" Tanya Hanji sambil melihat sekelilingnya.

"Dia menatap gadis rambut sebahu berwarna hitam itu, Hanji."

"Yang mana? Disini banyak sekali yang berambut seperti ciri ciri itu. Apa yang memakai syal merah itu?" Wajah Hanji mendekati Erwin sambil menyembunyikan telunjuknya yang mengarah pada gadis berambut hitam sebahu yang menggunakan syal merah.

"Ya benar itu orangnya." Jawab Erwin. Hanji melebarkan matanya. "Ada apa?' lanjut Erwin.

"Bukannya dia Mikasa? Yang waktu itu pernah menampar Levi."

"Aku tidak ingat." Jawab Erwin singkat. Melihat tanggapan Erwin, Hanji mendengus kesal lalu melanjutkan bercerita. "Waktu itu Levi menendang Eren Yaeger, teman Mikasa. Hal itu membuat Mikasa marah dan menampar Levi."

"Tapi apakah karena itu Levi menjadi menyukainya?!" Hanji beranjak berdiri dari posisi duduknya setelah mengambil kesimpulan entah darimana. "Aku akan mencoba mendekati Mikasa!"

Erwin hanya diam saja tidak menanggapi apa yang saat ini perempuan itu lakukan, karena jika Hanji sudah sangat penasaran maka apapun akan Hanji lakukan. Erwin mulai menyeruput tehnya yang sudah dingin dan sembari melihat tingkah konyol Hanji yang berada di meja deretan anak kelas 2. Terlihat Hanji berusaha menggali informasi dari seorang perempuan bernama Mikasa Ackerman.

My Cold Hearted Neighbor [Rivamika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang