*
*
*Berdua. Duduk di balkon kamar milik Jeno. Sembari merasakan dinginnya udara yang menusuk tulang. Namun kedua anak adam itu tak peduli. Mereka hanya peduli pada masing-masing ego.
"Maaf..." Sebuah kata meluncur dari bibir Jeno. Ia mengucapkannya dengan bibir terisak menahan tangis.
"Jangan meminta maaf, tolong. Itu hanya akan membuatku merasa bersalah." Renjun membalas.
Kemudian Jeno bersuara lagi, "Tapi aku yang bersalah disini, Renjun."
"Kita sama-sama salah. Jadi, lupakan saja."
Lelaki bermarga Lee itu menoleh pada sang kekasih. Oh, apa lebih tepatnya, mantan kekasih?
"Sudah tak ada harapan?"
Renjun menjawab dengan sebuah anggukan.
Jeno pikir hubungannya akan berjalan mulus tanpa ada masalah apapun. Tapi siapa sangka? Sebuah hubungan pasti ada rintangannya meski yang sangat menyakitkan sekalipun.
"Jadi, hubungan kita berakhir?" Seolah tak terima Jeno kembali bertanya.
"Yup. Terima kasih dua tahunnya, Lee Jeno."
"Terima kasih kembali, Huang Renjun." Jeno menatap bintang dilangit yang membentuk sebuah rasi indah. "Bagaimana kalau teman?"
Renjun menoleh kearah Jeno. Wajahnya kebingungan seolah bertanya maksud dari perkataan Jeno barusan. "Teman?"
"Ya, kita tak bisa berteman?"
"Oh, bisa. Tentu saja bisa. Mulai hari ini kita teman." Renjun membalas.
"Nah, kalau begitu temani aku disini...sebagai teman." Jeno memohon ketika ia melihat si pemuda Huang membereskan barang-barangnya.
Setelah mendengar permintaan yang terdengar dengan suara lemah tersebut, Renjun meluluh. Kakinya kembali melangkah mendekati Jeno yang masih berada di balkon kamar.
"Aku harus pulang, Jeno."
"Temani aku dulu. Bagaimana kalau kita bernyanyi?"
Tawaran yang menyenangkan. Kapan lagi kan kau bisa bernyanyi berdua dengan temanmu sembari menatap langit malam yang indah?
Dan akhirnya Renjun mengangguk. Mengiyakan permintaan sang teman.
Jeno mengambil gitarnya yang terletak disebelah nakas. Kemudian ia kembali duduk disebelah Renjun yang sudah menekuk kedua lututnya, menahan dingin.
Jeno memetik gitarnya sesuai alunan. Entahlah, hanya lagu ini yang terpikirkan olehnya saat ini. Ia pun mulai menyanyikan bait lagunya.
I will leave my heart at the door
I won't say a word
They've all been said before you know
So why don't we just play pretend
Like we're not scared of what's coming next
Or scared of having nothing left
Look, don't get me wrong
I know there is no tomorrow
Entah karena terbawa suasana atau apa, Renjun pun melanjutkan lagunya. Menyanyikan lagu tersebut seolah ia berada di sebuah pertunjukkan.
All I ask is
If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do
what lovers doIt matters how this ends
'Cause what if I never love again?
"Maaf..." Ucap keduanya berbarengan.
Mereka saling tatap. Mencoba mencari sebuah harapan, tapi gagal. Memang mereka tidak ditakdirkan untuk menjalani sebuah hubungan. Memang sedari awal mereka salah. Dan memang sedari awal mereka hanya mementingkan ego masing masing tanpa ada yang bisa melerai.
Akhirnya, hanya sebuah kata maaf yang menjadi pemisah.
END
loh, apenih? 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Songfic [Noren]
Fanfictiononeshots/drabble/ficlet noren berdasarkan lagu ©archive