p.s: little bit 🔞
*
*
*
Suara bisikan bisikan para mahasiswa dan mahasiswi yang tengah berkumpul di koridor gedung terdengar. Isinya hanyalah gosip-gosip tak jelas yang merajalela di kalangan kampus.
"Jangan mimpi, Renjun itu sempurna. Mana mau dia sama lo."
"Bener, tapi penasaran gak sih kalian masa orang se-sempurna Renjun gitu gak punya pacar?"
"Ya penasaran sih. Tapi gatau siapa."
"Yang pasti ya bukan sama Jeno kan hahaha...."
"Gak mungkin lah, orang rajin kok sama orang berandalan."
"Iya kan? Renjun tuh kayaknya udah dijodohin sih sama orang tuanya. Secara orang kaya kan suka gitu."
"Masih ada harapan ah. Gue mau berjuang dulu dapetin Renjun."
"Gaada otak ya lo hahaha..."
Huang Renjun. Manusia sempurna tanpa cacat. Keluarganya terpandang, serta dirinya yang serba bisa dalam segala hal. Ia sudah sering mendengar dirinya dibicarakan oleh orang-orang. Namun ia tak peduli. Toh, semua orang kan memiliki pandangan yang berbeda tentang dirinya.
Ketika ia asik berjalan di koridor gedung, ia dikejutkan dengan tepukan di pundaknya.
"Renjun!"
"Astaga, Haechan ngagetin. Kenapa?"
"Pacar lo berantem lagi!"
Mendengar itu, Renjun segera berlari entah kemana. Karena terlalu panik, ia bahkan tak menanyakan keberadaan sang kekasih.
Melihat itu Haechan hanya bisa menggeleng malu.
.
.
.
"Kenapa?"
"Kenapa apanya?"
"Kenapa berantem lagi?"
"Dia ngehina kamu."
"Yaudah biarin. Kok kamu sewot?"
"Lah, kamu pacar aku kan?"
"Terus?"
"Kok gak seneng dibelain pacarnya?"
Renjun menghela nafas kasar. Ia bersender pada punggung sofa yang empuk tersebut. Matanya menatap langit-langit entah apa yang ia pikirkan. Kemudian pemuda itu menolehkan kepalanya, menatap laki-laki yang seumuran dengannya itu.
"Udah, Jeno. Mereka gabakal berhenti. Please, berhenti berantem. Aku capek ngobatin kamu, tauuu..." Ujarnya sembari menepuk pipi Jeno pelan.
"Aku gak nyuruh kamu ngobatin aku?"
Mendengar itu Renjun melemparkan kapas bekas obat merah tersebut tepat kedepan wajah Jeno. Kemudian ia beranjak dari sofa menuju kamar.
Namun saat ia hendak membuka knop pintu, tubuhnya tertahan. Jeno memeluknya dari belakang. Pundaknya terasa berat karena kekasihnya itu menaruh kepalanya disana. Renjun kembali menghela nafas, mencoba mengangkat kepala sang kekasih dari pundaknya namun tak bisa."Lepas." Ujarnya sarkas.
Tak ada jawaban.
"Jenooo~ lepas ah, berat."
Mendengar suara Renjun yang melembut, Jeno mengangkat kepalanya kemudian mengecup pipi sang kekasih.
"Maaf." Kata Jeno.
Renjun tak menjawab, ia melangkah kedalam kamar masih dengan Jeno yang memeluknya.
"Sayang, maaf."
"Lepas dulu ah." Kini Renjun sudah berbalik menatap Jeno.
"Ngga, sebelum kamu maafin aku."
"Yaudah iya, aku maafin."
Jeno pun tersenyum. Dengan cepat ia membawa sang kekasih ke pelukannya dan mengecupi bahu Renjun yang tereskpos.
Renjun dengan paksa melepas pelukan Jeno pada tubuhnya. Ia lelah, butuh tidur.
Melihat Renjun yang sudah duluan merebahkan diri ke kasur, Jeno mengikutinya. Ia kemudian menaruh kepala Renjun ke dada hingga tubuh sang kekasih berada di dekapannya.
"Yang, jangan tidur dulu. Temenin aku nonton."
"Nonton sendiri aja ah." Suruh Renjun.
Hening sementara. Jeno sedang melamun. Kemudian Renjun menepuk pipi Jeno dengan pelan hingga lelaki itu menoleh padanya.
"Denger ya, gausah berantem lagi. Mau mereka hina aku, hina kamu, hina Haechan, gausah didengerin. Mereka tuh gatau apa-apa tentang kita, Jeno. Haters gonna be hate, right? Mereka tuh sirik sama kita." Renjun memejamkan mata ketika Jeno tak henti menatapnya. "Dah tidur."
Karena gemas, Jeno pun mencubit pipi Renjun agak keras, membuat sang empu meringis kesakitan sampai terduduk. "Sakit, anjir."
"Heh mulutnya."
"Ya kamu lagian kenapa sih."
"Temenin netflix-an."
"Ngga. Mau tidur."
"Yaaanggg~"
Sebenarnya Renjun benar-benar lelah, ingin tidur. Tapi bayi besarnya ini benar-benar menjengkelkan.
"Yaudah ayok. Cepet."
"Oke."
.
.
.
Entah bagaimana awalnya, tv didepan hanya menampilkan gambar tanpa suara. Yang ada hanyalah suara-
"Nghhh..."
Renjun kini duduk diatas pangkuan sang kekasih tanpa pakaian dengan Jeno yang asik menyusu bak bayi kecil. Sedangkan ia meremas bahu Jeno dengan keras dan dibawah sana milik Jeno tengah mengaduk lubangnya.
"Jeno...Ahhh..."
"Be patient, baby."
Renjun seolah dibawa terbang, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya keras hingga tak sadar bahwa bibirnya sudah berdarah.
"Aahhh..."
Akhirnya putih pun datang, Renjun terkulai lemas di pelukan sang kekasih. Jeno sendiri tengah menikmati pelepasannya. Terasa perut dan paha nya terasa basah karena sperma mereka berdua.
Ya, Renjun harus mencuci sprei ini besok.
END
takbiiiirrrr noren rangkulan. mana badannya nempel banget lagi, dahlaahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Songfic [Noren]
Hayran Kurguoneshots/drabble/ficlet noren berdasarkan lagu ©archive