"Hm."
Senyum miris terukir diwajah sang istri.
"Terima kasih."
Dan itu akan menjadi kata terakhir yang akan di dengar oleh si suami dari istrinya yang benar benar akan pergi darinya.
Pada akhirnya, semua berujung pada penyesalan.
Hari berganti menjadi pagi. Sinar matahari perlahan menghangatkan bumi. Kicauan burung dapat terdengar sana sini. Pagi indah yang dapat membangunkan setiap makhluk agar segera memulai hari.
".. Huh?"
Cahaya matahari menyelusup masuk ke dalam ruangannya. Membangunkan seorang pria yang sempat tertidur nyenyak dengan kepala yang terletak di meja. Namun, rasa kantuk nya sirna seketika menyadari di mana ia berada.
Dazai Osamu.
Nama yang tertera di papan nama kecil yang terletak di sudut meja nya.
Mencoba tertidur lagi. Namun seperti nya tak bisa. Ia pun pasrah dan terpaksa untuk bangun dipagi yang ia rasa tak biasa ini. Merasa ada yang berbeda.
Merasa ada yang berbeda karena sesaat ia menyadari bahwa istrinya tak ada.
Ah, apakah karena ia tertidur di ruang kerjanya?
Tidak, istrinya pasti akan tidur di sofa yang ada di ruangannya demi menunggunya untuk bangun dan kembali tidur ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaannya. Meski berakhir istrinyalah yang tertidur di sofa dan malah dia yang harus menggendong atau membangunkannya untuk berpindah ke kamar.
Namun ia tak keberatan.
Sebenarnya.
Tak ingin menghabiskan waktu hanya untuk berpikir, Dazai pun memutuskan untuk keluar dari ruangannya dan memeriksa ruangan lain yang tentunya mencari sang istri yang bersikap tak biasa yaitu tak menunggunya di ruang kerjanya.
Di kamar tidur mereka. Kasur dan selimut tertata rapih. Barang barang di atas meja rias pun tak berpindah posisi. Pertanda bahwa istrinya tak ada di sini. Dazai pun kembali mencarinya lagi.
Di kamar tidur putranya. Tertera papan nama yang tergantung di pintu kamar putranya. Dazai Daiki, namanya. Anak semata wayang nya dengan dia yaitu istrinya, Dazai Ariseeina yang kini tengah dicarinya.
Tidak ada.
Lagi-lagi tidak ada.
Padahal, kalau istrinya yang bernama Ariseeina itu tak tidur di kamar mereka, sudah dipastikan bahwa ia tidur di kamar Daiki. Namun kenyataannya, Daiki hanya tidur sendirian dengan tenang dan nyaman. Membuat Dazai tak tega membangunkannya dengan suara pintu yang akan segera ditutupnya. Sebisa mungkin ia lakukan tanpa menimbulkan suara.
Dazai pun menghela napas. Mencari didua kamar pun tetap tidak ada. Ia tak bisa menemukan di mana Ariseeina. Namun ia tak bisa menyerah begitu saja kan? Maka ia memutuskan untuk melihat ke dapur.
Aroma masakan menyeruak indra penciuman nya. Membuat Dazai yakin bahwa istrinya ada di sana. Namun di saat yang bersamaan, ia juga merasa ragu jika Ariseeina benar-benar ada di sana. Dazai pun terus melangkah untuk memastikannya sendiri dengan mata kepalanya.
".. Memang, tidak ada ya?" Gumam mya sedih ketika yang ia dapati hanyalah makanan yang tersaji rapih di meja makan yang menjadi satu dengan dapur ini.
Sungguh, ke mana sebenarnya istrinya ini?
Pertanyaan itu lah yang terus menghantuinya.
Dazai kemudian duduk di salah satu kursi meja makan dan merenung sejenak tentang kepergian istrinya yang tak biasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/237082591-288-k110935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
Fiksi Penggemar「Fanfiction - Complete」 "Seharusnya aku tahu. Tolong maafkan aku." Pernahkah kau mengatakan sesuatu yang dapat membuat hati seseorang terluka bahkan bertahun-tahun lamanya? Dan kemudian menyesal dengan semua perkataan yang terbilang kasar yang kau k...