"Pake celana panjang."
"Udah."
"Kaos? Pake kaos?"
"Iya?"
"Jaket kamu mana? Dobel!" suruhku cepat, langsung mengambil hoodie terdekat di gantungan kamar dan pakein Kak Hoseok hoodienya walaupun sedikit anarkis tapi doi baik-baik aja tuh. "Pokoknya kamu punya waktu 25 menit buat ke supermarket bawah, cari barang yang udah aku list secepet mungkin, harus main jarak sama orang lain, jangan pegang apa-apa! Kalo bingung langsung video call biar aku tunjukkin, ngerti?"
Kak Hoseok hormat paskibra. "Siap ibu negara!"
Aku ambilin masker buat dia, tapi curiga lagi, "cuci tangan? Udah?"
"Udaaaaaaah." katanya, ketawa-tawa sendiri lalu pamer kedua tangannya yang sudah dilapisi pelindung anti virus. "Aku pake sarung tangan plastik di dapur ini, Yang. Aman udah."
Aku khilaf pas telapak tangan punyaku mau menangkup wajahnya, langsung geleng kepala dan mengucap, Kak Hoseok ketawa lagi meski suaranya mendem gara-gara udah pake masker. "Kenapa, mau bilang petuah apa lagi?" jadinya aku mengistirahatkan kedua tanganku di atas pundaknya, mode serius abis.
"25 menit."
"Iya, Sayang."
Tanganku meremas pundaknya, udah kayak gak rela sebenarnya, abisnya dia ngotot mau gantian belanja, bener sih harusnya ganti-gantian abisnya aku lagi mens sakit banget sampai susah jalan, tapi kan ... takutnya Kak Hoseok lama di sananya, pasti dia mikir dulu. Kalau aku kan langsung masuk terus udah hafal sectionnya yang mana. Coba dia ... belanja bareng bulan lalu, itu pun cuma tugas dorongin trolli terus ngikutin aku di belakang kayak anak itik.
"Yang, udah apa? Kamu udah kayak aku mau naik haji dah."
"Ih, awas ya, jangan lama-lama. Abis itu mandi, jangan duduk di sofa dulu, bajunya masukin keranjang yang udah aku pisahin di deket pintu, ya."
"Pintu mana?"
Bibirku manyun sebagai penunjuk arah keranjang yang ditaruh di lorong sehabis pintu masuk. "Tuh."
"Terus aku buka baju, telanjang, di ruang tamu?"
"Enggak keliatan kalo kamu cepet-cepet lari ke kamar mandi."
"Kalo diliatin cicak, gimana?"
"Yaudah."
"Yah, malu dong!"
Ah, ini orang ngelesnya ada-ada aja, aku mau nampol. "Ih! Binatang mana sih yang mau liatin kamu telanjang!"
Kak Hoseok terdiam, satu, dua, tiga, "Cicak."
AAARRRGHHH!!! Coba! Kalian! Pikir! Mana! Enaknya! Nikah! Sama! Dia!!!!!!!!!!!!!!!!!! Tarik napas, buang, tarik napas, buang, tarik napas, buang, tingkah laku Kak Hoseok doang yang udah bikin aku latihan napas orang lahiran padahal niat aja belum ada.
Tapi, Kak Hoseok, Si Pemegang Reputasi dari Suami Bahagia-Asal-Sama-Kamu-Yang, cuma terkikik geli melihat reaksi kepala aku yang mau copot, bentar lagi. Tangannya yang mengeluarkan efek suara krasak krusuk plastik terarah ke kepalaku buat diusap. "Keluar aja belom, kamu udah kasih tahu kegiatan kalo udah pulang." ujarnya, lalu melepas tanganku yang bertengger di pundaknya dan berjalan menuju pintu.
Tapi aku tahan lagi pas udah mau buka pintu, dia merengek. "Gak selesai-selesai nih."
Aku tatap matanya kayak ojan. "Kak Hoseok."
Dia mengerang, "apaaaaaaaa lagiiiiiii?"
"Kalo kamu jalannya yang cepet, nanti aku kasih hadiah."
Alisnya bertautan. "Hadiah apa."
"Kamu maunya apa."
Kita saling lempar pandangan beberapa detik, udah kayak cerita lope-lope. Kak Hoseok mengusap ujung dagunya terus menyeringai, hadeh gak enak perasaan aku. "Pijetin," katanya, "full body."
"25 menit."
"Serius?"
Aku mengeluarkan ponsel buat nunjukkin stopwatch dan Kak Hoseok ngibrit keluar👍👍 itulah manfaat menyiram minyak untuk mengobarkan api.
KAMU SEDANG MEMBACA
hari ke-31, giliran kak hoseok belanja
Fanfictionsebuah guide keluar rumah dari kak hoseok dan aku 🍒 APRIL, 12 2020