1. Pria Baik Hati

1K 117 50
                                    

Our Marriage
Ch.1

Warn : OOC (Jika kau tidak suka OOC, jangan membacanya, gausa kepo, langsung close aja, wkwkw) Typos (akan ada banyak salah kata atau kalimat rancu, yah, aku tidak yakin juga haha)
.
Comment. Karena aku butuh pendapat kalian untuk perkembangan cerita ini.
Untuk Vote, terserah mau vote apa ngga, karna aku gapeduli vote yang penting kalian komen, itu aja.

Terimakasih.
Selamat Membaca.

***

Di sebuah ruangan temaram, duduk dua orang pria. Wajah mereka sama seriusnya, dengan yang lebih muda menunduk dalam, kepalanya hampir menyentuh lantai.

"Saya mohon, biarkan saya membayarnya." ucap yang lebih muda dengan suara bergetar.

Yang lebih tua diam dalam waktu yang lama. Mata biru keunguannya berkilau menatap seluruh isi ruangan dengan tatapan yang tajam. Jari-jemarinya mengetuk sandaran lengan dengan tempo yang beraturan. Sebelum akhirnya matanya tertuju pada yang lebih muda yang kini terlihat bersujud.

"Tentu saja kau harus membayar utangmu, nikahi anak itu. Khun Aguero Agnis."

***

Hari yang mendung. Aguero menatap langit kelam saat dia menyadari rintik hujan menetes di tangannya. Dingin menyusupi tubuhnya dari balik kemeja putih yang dia kenakan. Kakinya melangkah cepat, mencari tempat untuknya dapat berteduh sebelum hujan turun membasahi bumi.

Klining.

Dia memasuki sebuah cafe. Kehangatan segera ia rasakan. Cafe itu penuh, dia bahkan tidak bisa melihat meja yang kosong. Menghela napas lelah, dia sepertinya harus segera mencari tempat yang lain. Membuka pintu hendak pergi, suara hujan menyapanya beserta percikan air. Dia terdiam di tempatnya, tidak jadi untuk pergi.

Bagus, sekarang dia terjebak di sini tanpa tahu harus berbuat apa.

"Tuan, maaf ..."

Sebuah suara membuatnya menoleh, mendapati pelayan perempuan dengan celemek berwarna biru, tersenyum padanya.

"Ya?" dia bertanya.

"Cafe ini memang terlihat penuh, tapi masih ada kursi tersisa, apakah tidak apa-apa duduk di sana daripada berdiri di sini menunggu hujan?" tanya pelayan itu.

Khun mengangguk, "Duduk lebih baik, terimakasih, kau bisa menunjukkan tempatnya padaku."

Pelayan itu tersenyum lagi, "Baiklah, silakan ikuti aku! Ngomong-ngomong, selamat datang di cafe kecil ini!" suaranya sangat riang saat dia berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Aguero.

Aguero melihat sekeliling, benar-benar tidak ada kursi kosong.
Pelayan itu berkata, "Kursi kosong hanya tinggal satu, jadi aku harap kau tidak keberatan." dia kemudian berbelok, pada sebuah ruangan yang lebih kecil dari ruangan yang lain, terpisah oleh sekat kayu yang diukir apik menyerupai pahatan bunga teratai. Pelayan itu kemudian menunjuk ke arah satu meja di pojokan, "Itu tempatnya!" serunya.

"Terimakasih, maaf merepotkan." Aguero mengangguk kecil lalu berjalan menuju meja itu.

Ada seseorang pria yang duduk di sana, dengan koran di depannya, menutupi wajahnya. Aguero tidak bisa melihat wajahnya, tapi rambutnya yang berwarna brunette dan terlihat tidak asing membuat jantungnya berdegup, dan tubuhnya membeku.

Pria itu menurunkan korannya, manik emasnya bersitatap dengan manik biru Aguero. Dunia mereka seolah berhenti. Terasa begitu sunyi, bahkan suara pengunjung cafe yang mengobrol ataupun suara derasnya hujan tak terdengar.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang