Satoe

20 3 1
                                    

"SELAMAT PAGIIII!!!!"

"Berisik lo!" Sahut Tio -teman Jan semasa S2 yang cukup dekat dengannya- dengan wajah masam yang berjalan menuju ruangannya.

"Masih pagi jangan marah-marah dulu yo." Jan hanya menatapnya tergelak.

Yang ditatap hanya melirik acuh lalu memasuki ruangan dengan tulisan 'Redaktur Pelaksana' di bagian depan pintu.

Bukan tanpa alasan seorang Tio Rukmana bersikap seperti itu, Jan tahu dengan jelas sahabatnya itu baru saja mengambil keputusan yang 'salah' dengan membiarkan rubrik berita yang cukup kontroversial itu naik cetak pada 3 hari yang lalu sehingga mengakibatkan kantornya hampir dibredel oleh pemerintah.

Karena kasus tersebut, Tio yang merintis karirnya dengan cemerlang dan tadinya digadang-gadangkan akan menjadi kandidat pengganti Wakil Pemimpin Redaksi nanti, hanya bisa bersyukur saat setidaknya ia tidak dipecat dari jabatannya saat ini. Kejadian tersebut juga mengakibatkan Pemimpin Perusahaan akhirnya memutuskan untuk tidak mencetak surat kabar sampai seminggu ke depan, sehingga yang dilakukan Jan saat ini hanyalah memilah gambar-gambar dalam disketnya untuk ia cetak nanti.

Saat ia tengah memindai beberapa gambar, Jan kembali teringat kembali dengan foto si Gadis Indo tadi yang mengingatkan dirinya seperti pernah melihat Gadis itu sebelumnya namun Jan tak ingat melihatnya dimana.

"DOR! Ngahuleng wae si Abul teh, ngke kaasupan karek nyaho."  Sebuah teriakan tepat di sebelah kanan Jan disusul tepukan cukup keras di punggungnya yang membuat Jan meringis.


"  Sebuah teriakan tepat di sebelah kanan Jan disusul tepukan cukup keras di punggungnya yang membuat Jan meringis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngomong apa sih kamu Han? Pake Bahasa aja, saya ga ngerti." Sahut Jan sambil mengelus punggungnya.

"Aih kitu rek sok-sokan jadi pribumi ceunah." Cibir Rehan, si wartawan muda yang bergabung dengan perusahaan bersamaan dengan Jan 2 tahun lalu.

"Weits! Siapa nih a'? Narsum buat minggu depan? Geulis pisan euy." Tanya Rehan saat melihat foto si Gadis Indo yang tengah dipegang Jan.

"Bukan Han, narsum buat minggu depan belum dikasih tau."

"Terus ini siapa a'?"

"Calon jodoh saya Han." Jawab Jan tersenyum lebar.

"Astagfirullah nyebut urang teh, nyesel urang nanya." Jawab Rehan sambil berjalan kembali ke mejanya, sedangkan Jan hanya tertawa geli melihat reaksi Rehan beberapa saat lalu. Mungkin hanya Jan dan Tuhan yang tau jika Jan mengaminkan ucapannya tadi.





🌷🌷🌷🌷🌷






"Bang, ikut makan ga?" Ajak salah satu rekan Jan untuk pergi makan siang.

"Dimana?"

"Di Bu Marni bang biasa, lagi tanggal tua nih."

"Hahaha oke deh nanti saya nyusul aja ya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sesuatu di BataviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang