Mula

47 4 0
                                    

Jakarta, 1978

Seperti pagi biasanya, Jan memulai harinya dengan menyeduh kopi di pagi hari ditambah roti berlapis selai coklat selepas mencuci muka, lalu segera bersiap untuk pergi ke kantor dibilangan kawasan Jakarta Pusat. Sebuah kebiasaan layaknya default setting pada rutinitas keseharian Jan.

Berbeda lagi ceritanya jika sedang terjadi peristiwa besar yang sedang terjadi Negara ini, maka biasanya Jan akan lebih memilih menginap di kantor hingga pekerjaannya rampung ketimbang harus pulang dan mengerjakannya dari rumah dengan deadline di depan mata. Bagi seorang Jan Herold, rumah adalah tempatnya untuk singgah beristirahat menenangkan pikiran setelah berhadapan dengan kejamnya dunia.

Ketimbang menggunakan mobil seperti kebanyakan orang, Jan lebih memilih menggunakan sepeda onthel yang ia beli setelah 2 bulan kedatangannya di Indonesia. Selain karena macet, ketika ditanya alasan lainnya yakni "Biar lebih pribumi" jawabnya, yang selanjutnya dibalas dengan kekehan ataupun nyinyiran dari si penanya. Namun Jan tidak ambil pusing dengan nyinyiran maupun cemoohan yang diberikan kepadanya selagi itu tidak membahayakan dirinya.

Jan mengerti apa yang dilakukan Negaranya dulu memang tak termaafkan bagi penduduk Negara ini meskipun sekarang Indonesia sudah merdeka. Walau agak sulit untuk bisa tinggal disini pada awalnya, namun karena hal tersebutlah alasan mengapa ia dengan nekat lebih memilih untuk tinggal di Indonesia.

Saat sampai di Stasiun Jakarta Kota, Jan memarkirkan Jason –sepeda onthel yang Jan harap menjadi sepedanya yang terakhir, setelah berkali-kali sepeda-sepeda sebelumnya ditemukan ringsek tak berbentuk– setelah membeli tiket menuju Stasiun Tanah Abang, Jan kemudian menunggu kereta di peron 2.

Suasana di stasiun pada hari itu tak seramai biasanya, Jan pun tak tahu ada apa dengan hari itu. Bagi Jan hal ini merupakan momen yang jarang ia temui, maka dari itu Jan memutuskan untuk mengabadikan keadaan stasiun yang sangat ia kagumi tersebut melalui kamera polaroid Onestep miliknya yang tersimpan di dalam tasnya.

Setelah merasa cukup, Jan pun melihat hasil jepretannya yang ia ambil beberapa saat lalu. Di tengah-tengah melihat hasil jepretannya, tatapan Jan terpaku saat kertas foto yang ia pegang menampilkan seorang gadis dengan rambut sebahu yang mengenakan kemeja putih yang dimasukkan ke dalam celana sedang menoleh kearah kanan –arah datangnya kereta– dan tangan kanannya yang memegang tasnya yang tersampir di bahu.

Jan melihat ke arah tempat si gadis berdiri tadi lalu kembali ke kameranya yang masih menampilkan gambar gadis tersebut –yang Jan sangat yakini bahwa gadis tersebut merupakan Orang Indo dilihat dari perawakannya– tanpa sadar bibirnya membentuk sebuah lengkungan seraya berkata "Cantik."

Dan tanpa Jan sadari bahwa ia sudah jatuh pada si Gadis Indo Peron Seberang tersebut.














to be continue...














Introduce

Jan Herold

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jan Herold



Lysanne van Afflen / Aina Rachmawati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lysanne van Afflen / Aina Rachmawati

-

-

and other cast will be coming soon!



Glosarium

Orang Indo (singkatan dari nama dalam bahasa Belanda, Indo-Europeanen, "Eropa-Hindia") adalah kelompok etnik Mestizo yang ada (atau pernah ada) di Indonesia—dulu Hindia Belanda—dan sekarang menjadi kelompok etnik minoritas terbesar di Belanda. Kelompok etnis ini dicirikan dari kesamaan asal usul rasial, status legal, dan kultural. Kaum Indo merupakan keturunan campuran antara orang dari etnik tertentu di Eropa (terutama Belanda, tetapi juga Portugal, Spanyol, Jerman, Belgia, dan Prancis/Huguenot) dengan fenotipe Eropa dan orang dari etnik non-Eropa tertentu di Hindia Belanda/Indonesia. (source : Wikipedia)

Sesuatu di BataviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang