01:: the new kid

29 7 9
                                    

Teng teng teng!

Bel istirahat berbunyi.

Hng, bukan. Bukan bel istirahat, melainkan bel makan siang. Eh, bukannya sama saja?

Para penghuni kelas yang jiwa laparnya telah meronta-ronta segera keluar kelas menuju kantin untuk memuaskan para cacing didalam perut mereka.

"Woi, cepet dikit napa. Gua laper nih, harus ngebut makannya njir!"

Aku menoleh kesumber suara. Disana, didekat meja Guru nampak 3 anak laki-laki sedang berjongkok entah melakukan apa.

"Sabar elah, tali sepatu gue minta diruqyah keknya,"

Masa bodoh dengan mereka aku berjalan keluar kelas. Menolehkan kepala kesana-kemari mencari temanku yang bilang ingin ketoilet sebentar.

Saat sedang asyik mencari, aku dikejutkan suara lirih yang berasal dari sampingku.

"Mm, maaf, permisi."

"Ah, iya, maaf. Silahkan." ujarku pada anak lelaki berkulit pucat yang ingin masuk kekelas namun terhalang olehku.

Ia menundukan kepalanya lalu masuk kedalam kelasku. Aku belum pernah melihatnya. Dia dari kelas sebelah kah, atau anak baru?

"EH WOI, RI!"

saat sedang memikirkan ini itu, terdengar teriakan melengking dari belakangku. Aku segera nenoleh kebelakang. Disitu, nampak gadis berambut panjang yang berlarian disepanjang koridor.

"Hayyo, mau kekantin diem-diem dari gue ya," ucapnya setelah tiba sambil menepuk pundakku berkali-kali.

"Iya, lo lama,"

"Yeeh...yodah lah yuk ngantin," jawabnya sambil menyeretku kekantin.
.
.
.
.
Di kantin, sangat ramai. Didesaki siswa-siswi yang ingin mengisi perut mereka.
Terlebih lagi para anak laki-laki yang harus makan terburu-buru.

Aku duduk disalah satu bangku kantin, sedangkan Siyeon - temanku tadi - sudah pergi memesan makanan.

Tak!

Tiba-tiba ada suara benda diletakkan, aku menoleh. Itu, ada orang yang meletakan nampan makanan lalu duduk berhadapan denganku. Aku menghela nafas gusar.

"Kenapa harus disini sih?" tanyaku pada anak lelaki yang telah memakan makanannya dengan lahap.

"Gue buru-buru anjir, numpang makan bentaran doang elah,"

Aku menghela nafas lagi, akan kumaklumi. Beberapa detik kemudian datang dua anak laki-laki lain yang duduk didepanku. Aku melotot terkejut.

"Kok lo pada kesini semua sih!" bentakku kesal.

"Kenapa sih?" tanya salah satu dari mereka.

"Lo pada duduk ditempat lain bisa kan,"

"Penuh semua noh," ujarnya lagi. "Lagian numpang makan bentaran doang, pelit banget lo," lanjutnya.

Aku mendengus sekeras-kerasnya. Selama beberapa menit ini aku hanya bisa menatap mereka yang sedang makan dengan lahap. Hei, kenapa Siyeon belum kembali juga.

Saat menolehkan kepala kekiri aku tak sengaja melihat Siyeon berjalan kearahku. Oh, tapi ia tak sendirian, ada Jeno disampingnya. Hm, pantas ia lama.

"Nih," ujar Siyeon lalu memberiku senampan makanan.

"Lama sih lo," dengusku.

"Yee, antri ya,"

"Woi, lu makan aja. Noh anak-anak laen dah pada baris noh," ucap Jeno yang ditujukan pada tiga anak lelaki yang duduk dihadapanku.

The Dusk and Dawn; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang