----------
Terduduk ku di ruang dingin sunyi ini, Merenung memikirkan apa yang baik nya ku lakukan, Ketika aku memutuskan pergi, Ku ingat pintu ini terkunci, Aku memegang kunci itu tapi entah kenapa sulit bagi ku untuk membuka pintu nya, Sebagian dari ku ingin tetap tinggal disini.
Tertawa terbahak ku membuat ruangan ini menghangat, Membuat diriku terdekap, Dan semakin nyaman berada di ruang hampa ini, Namun juga membuat menangis menjeritku semakin kencang, Mengingat hanya aku yang berada di sini, Tertawa sendiri dan akhirnya menangis sendiri, Semacam pedang bermata 2.
Ingin ku buka pintu ini dan keluar dari ruangan sial ini, Namun sepertinya percuma, Karna kau pun terkunci di ruangan hampa lainnya, Sama seperti ku, Namun bukan karna ku.
HEI KELUARLAH, KEMARI BERANI KAN DIRIMU MENERIMA TAMU, AKU SUDAH DI SINI,DI DEPAN MU AKU MENUNGGU MU MEMBUKA PINTU, AYO BUKA PINTU NYA!
Meski ku berteriak seperti itu berjuta kali, Kau tak akan membuka pintu nya kan?, Dan itu adalah alasan mengapa aku tak bisa pergi dari ruang sial ini.
Tak sampai hati aku meninggalkan mu disini, Biarlah meski kita di ruang yang berbeda, Tak menatap muka, Bahkan kau tak sadar aku disini, Biarlah aku ikut merasakan dingin dan hampa ruangan yang sedang kau diami juga sekarang.
Tenang kau tidak sendiri, Aku menemanimu dan menunggu mu berani membuka pintu.
Supaya kita bisa bertemu.
------------Tertanda
Althafine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk kamu.
Kurzgeschichtensedikit goresan tinta tentang segala keluh kesah dalam hidup Althafine.