1

0 1 0
                                    

Dentuman musik dan kerlap kerlip lampu tak membuat seorang wanita mungil berbalut pakaian kantor tertarik untuk menuju dance floor yang telah dipenuhi manusia dari berbagai gender dan kasta. Rasa wine memenangkan fokus wanita itu untuk menyesap lagi dan lagi minuman yang ada di tangan lentiknya.

"Dikacangin... di lalerin..." Nyanyi wanita seksi yang dudul berhadapan dengan wanita mungil tadi.

"Hehe..." Kekehwanita mungil itu lalu kembali menyesap winenya.

"Minum terus sampe teler. Ntar kalo teler fw kasih om-om biar di grepein." Ucapnya santai.

"Yang banyak duitnya ya, Ter. Hehe..." Balas wanita mungil itu.

"Tenang aja Re. Gue cariin yang tajir melintir 7 turunan gk abis duitnya." Ucap Tere-wanita seksi.

"Udah sono. Lo tuh ganggu tau gak sih." Usir Reana-wanita mungil- sembari mengibas-ngibaskan tangan tanda mengusir.

"Dih. Heh kampret. Gue juga ogah di sini. Banyak cogan seksi yang harus gue jelajahi bibirnya." Ucap Tere kesal. Ia memberikan kode pada bartender perempuan dan beberapa orang yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk. Setelah mereka mengangguk ia melenggang pergi menuju dance floor.

Baru tiga langkah meninggalkan tempat duduknya. Reana merengek sembari meremtangkam tangan. Tere terkekeh kemudiam kembali untuk menyambut pelukan sahabatnya yang sangat manja.

"Bilang Qia kalo mau ke kamar. Jangan nyelonong." Ucap Tere lalu mencium gemas pipi Reana.

Reana hanya mengangguk sebagai jawaban iya.

"Yaudah gue hunting dulu." Ucap Tere kemudian pergi sesuai tujuannya tadi.

Reana kembali menikmati wine yang entah telah gelas kebarapa yang ia minum.

Kepalanya sudah melayang. Tetapi itu tak membuat Reana berhenti menyesap wine dengan pemuh penghayatan.

Dengan gerakan cepat. Bibir Reana sudah dilumat ganas oleh pria yang tak Reana kenali. Pria itu memegang tengkuk Reana untuk memperdalam ciumannya. Satu tangan lagi memegang pinggang ramping Reana untuk lebih rapat pada tubuhnya.

Reana hanya diam tak tahu harus bagaimana. Logikanya memperingatkan ia untuk mendorong pria ini jauh dari tubuhnya. Tetapi tubuhnya merespon sebaliknya. Rasa hangat dan nyaman membuat ia tak ingin mengakhiri cumbuan paksa pria ini. Wangi segar pinus menyeruak di indra pemciumannya.

Para pria yang sedari tadi memperhatikan Reana merasa kecewa pada dirinya sendiri. Seharusnya mereka pintar memanfaatkan keadaan yang tengah kacau karena wanita pemilik sekaligus sahabat Reana tidak ada di club.

Bugh... Bugh... Bugh...

Pukulan keras berkalu-kali mengenai punggung belakang pria tersebut membuatnya harus melepaskan cumbuan nikmat itu. Ia menoleh kebelakang. Sebelum botol anggur mengenai tubuhnya lagi pria itu segera menepis hingga botol yang masih terisi penuh tersebut pecah. Untungnya di delat mereka tidak ada orang sehingga hal itu tidak menyebablan korban.

"Bajingan lo. Nyosor-nyosor sembarangan. Lo gak tau peraturan di club ini?" Teriak Tere marah tepat dihadapan pria yang sedang menatapnya kesal.

Pria itu menahan emosinya. Ia tak mungkin akan menyerang balik pelaku yang telah memebuat punggungnya linu. Sebab pelakunya adalah wanita.

"Teree.... Mau bobok." Ucap Reana manja. Ia berdiri sempoyongan. Kakinya berusaha melangkah menuju Tere yang hanya beberapa langkah dari tempatnya.

Tere mendorong pria yang masih berada di hadapannya, lalu ia memapahnya.

"Qia. Jelaskan pada bajingan ini. Gue urus Rea dulu." Perintah Tere sebelum meninggalkan bar.

----
"Hueeeee...... Dingiiiiin Tereeeee." Teriakan Reana membahana di kamar mandi.

Life CourseWhere stories live. Discover now