2

0 1 0
                                    

Reana terlihat anggun, berkharisma, elegan, dan tak lupa wajah imut yang membuatnya semakin mempesona pada presentasi kali ini. Ralat bukan kali ini tetapi setiap kali ia mempresentasikan hasil kerja tim yang ia pimpin. Sikap profesional yang sangat dijunjung tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi investor dan pimpinan perusahaan lain untuk bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin wanjta itu.

Gadis berusia 26 tahun selalu berhasil memenangkan persaingan. Sejak usianya memginjak 21 tahun, ia selalu menjadi pemenang. Usaha memamg tidak akan menghianati hasil.

"Semoga proyek ini selesei sesuai target. Terimakasih. Selamat siang."Ucap Reana mengakhiri rapat kali ini.

Ia menganggukkan kepala sebagai tanda pamit lalu keluar dari ruang meeting perusahaan Adiyaksa.

Bibirnya mungkin tersenyum ramah. Tetapi aura dingin wanita mungil itu tak bisa diabaikan kehadirannya.

Karyawan menunduk hormat ketika wanita itu lewat. Senyumnya menghias namun matanya acuh. Wanita itu dekat dekat namun tak tersentuh. Itulah yang dirasakan para karyawan yang sudah lama bekerja dengannya.

"Lu rapat atau semedi sih? Lama banget kaya arisan emak rempog." Ucap Tere yang duduk di selonjoran di sofa ruangan Reana.

Reana berbinar ketika matanya menangkap sosok sahabat yang sangat ia sayangi. Ia tak menjawab ucapan Tere. Tetapi ia menghampiri Tere dan memeluk sahabatnya itu.

Tere membalas pelukan Reana dengan senang hati.

"Bolos ah. Gue pengen jalan-jalan." Ucap Reana santai yang ikut selonjoran di samping Tere.

"Skuy. Gue pengen ke Yogya. Hunting barang murah." Ucap Tere berbinar.

"Iyup. Gue pengen hunting makanan murah." Ucap Reana berbinar membayangkan uang selembar berwarna merah jambu bisa membeli berbagai macam makanan.

"Okelah. Cus bandara." Ajak Tere sembari mengulurkan tangan Reana untuk berdiri.

"Ganti pakaian dulu lah. Masa gini." Ucap Reana melihat penampilannya sendiri.

"Ya elah. Jangan kaya orang miskin. Beli aja di bandara. Biar couple an." Ucap Tere santai.

Reana memgambil dompet dan ponselnya lalu berlari kecil menyusul Tere yang sudah leluar dari ruang kerja terlebih dahulu.

"Saya pergi. Tolog handle semuanya ya. Terimakasih." Ucap Reanan memberi pesan pada sekretarisnya yang sedang sibuk menatap monitor.

Sekretaris itu menghela nafas lega. Akhirnya atasannya itu berhenti kerja setelah hampur tiga minggu dirinya romusha.

Reana mempercepat lari kecilnya ketika pintu lift sengaja ditahan oleh Tere agar Reana tidak ketinggalan.

Bruk..

Reana jatuh tersandung kakinya sendiri. Tere langsung menghampiri Reana yang susah berdiri sendiri. Karyawan yang berada di dekat Reana tak berani membantunya. Mereka takut aturan Tere yang melarang menyentuh atau sengaja berdekatan dengan sahabatnya itu.

" Lain kali tuh gak usah sok lari deh. Jalan aja masih kesleo." Oceh Tere meramgkul sahabatnya yang baik-baik saja.

"Ya elah biasa ini mah. Gak sakit ko sekarang." Ucap Reana terkekeh.

"Auah. Pokonya lo salah. Dibilang gak usah lari." Cerocos Tere di dalam lift. Ia tidak peduli ada beberapa karyawan yang juga berada di sana.

"Iya Ter iya." Ucap Reana kalem.

"Ngomong doang iya. Ntar petakilan lagi." Ucap Tere lalu mendengus.

Reana terkekeh mendengar ucapan Tere.

Muachh...

Reana mencium Tere lalu berlari keluar lift yang pintunya telah terbuka.

"BELOM MINGKEM CONGOR GUE. UDAH LARI LAGI. HEH MARKONAH TUNGGUIN GUE." Teriak Tere membahana sembari berlari kecil menghampiri Reana yang sudah masuk kedalam mobil.

Karyawan dan satpam yang melihat interaksi keduanya hanya geleng-geleng dan tersenyum.

Pasalmya wanita mungil dengan senyum ramah namun tak tersentuh itu benar-benar tersenyum tulus dan bertingkah memggemaskan jika bersama sahabatnya yang menjabat sebagai anaknpemilik perusahaan ini.

----

"Hueee.... Ini kenapa murce banget sih? Liat nih Ter." Ucap Reana heboh sembari menunjuk harga sepasang wedges.

"Kalo suka ambil aja." Ucap Tere tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang menggemaskan.

Reana sudah kesana kemari  dan naik turun tangga hanya untuk memilah barang yang menuutmya lucu.

Tere hanya mengikut di belakang. Ia tidak terlalu tertarik dengan barang-barang di sini.

"Tere pake ini deh biar caople an." Ucap Reana sembari memakaikan Tere topi ala pantai bewarna peach.

"Bentar selfie dulu. Ciiss." Ucap Reana lagi sembari memeotret dirinya dan Tere.

"Abis ini kepantai ya Ter. Aku mau ke indrayani." Ucap Reana antusias.

"Siiplah. Ayo pilih lagi yang lo mau." Balas Tere juga Antusia.

Reana mengangguk dan kembali memilah-milih barang yang unik.

Hampir dua jam mereka berada di toko aksesoris. Reana benar-benar khilaf belanja. Ia menghabiskan sembilan kantong plastik besar untuk barang-barang yang tadi dipilih. Masalah bayar-membayar Tere memaksa untuk memakai atm nya.

Wanita seksi yang memakai baju pantai dengan topi bewarna peach mengamati sahabatnya bermain air tidak jauh dari tempatnya duduk.

Sedangkan wanita mungil yang sedang diamati masih fokus berlari-lari menghampiri ombak yang datang. Sesekali wanita mungil tersebut menari  asal untuk menghibur.

"Sini minum dulu." Ucap Tere setengah teriak.

Reana segera menghampiri Tere. Ia duduk di samping Tere.

"Tere besok perawatan ya. Kulit gue go
!song nih." Ucap Reana sembari menunjukkan kulitnya yang sedikit memerah akibat terkena panas m300atahari sore.

"Okelah." Balas Tere santai. "Lo masih mau maen aer?" Tanya Tere.

"Mau foto-foto dulu mumpung pake topi couple an. Hehe..." Ucap Reana.

"Tono. Tolong potoin kita." Pinta Tere pada bodyguard yang setia berada di radius dua meter dari tempatnya duduk.

Reana dan Tere bergaya di depan kamera. Beberapa kali pose baik candid atau sengaja Tono ambil dengan apik.

"Sekarang kalian istirahat. Jam tujuh saya udah harus stanby. Saya tidak menolerir keterlambatan. Jangan lupa tetap waspada." Intruksi Tere sebelum masuk kamar pada empat bodyguard.

Bodiguard tersebut mengangguk mengerti.

"Oh ya. Cek area parkir. Say-"

"TEREE..." Teriak Reana dari dalam.

Tere segera berlari masuk kedalam kamar. Pintu kamar mandi terbuka. Tere melihat Reana yang sudah duduk memeluk lututnya sendiri sembari menangis ketakutan.

Tere memeluk Reana. Tubuh wanita itu bergetar saking takutnya.

"Shit. Siaga sekarang. Bereskan kekacauan ini. Tono tolong bantu saya mapah Reana." Ucap Tere kala melihat badan bayi yang masih berlumuran darah.

Ketika akan berdiri, tubuh Reana limbung. Reana pinsan. Tono segera menggendong tubuh Reana ala bridalstyle.

"Kita ke jakarta sekarang." Perintah Tere yang lamgsung diangguki bodiguardnya.

Di dalam mobil Tere hanya bisa mengelus puncak kepala Reana ketika wanita itu terus berguman dan menangis dalam tidurnya.

Ia menyesal karena tidak memastikan dulu bahwa semua aman. Ia tahu luka lama yang belum kering harus kembali terbuka dan ditaburi garam.

Tanpa sadar Tere menangis dalam diam. Dia merasa gagal menjaga Reana.

"Maafkan aku Re." Bisik Tere.

----

Terimakasih yang sudah membaca.
Semoga kalian suka😊

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 26, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Life CourseWhere stories live. Discover now